31

166 21 0
                                    

Aura membuka matanya secara perlahan. Ia mendesah pasrah, lagi-lagi ia harus menempati tempat yang tidak disukai nya. Bed pasian yang empuk ini pun tidak akan bisa membuat Aura betah untuk berlama-lama disini.

Aura meraba nakas disamping bed untuk mencari remot tv. Ia merasa sangat bosan sekarang. Kamar VVIP dengan fasilitas sangat lengkap yang ditempatinya terasa menyiksa untuknya.

Setelah cukup lama mencari siaran tv yang cocok, akhirnya Aura menyerah. Ia meletakkan remot itu dengan sedikit kasar keatas nakas. Acara tv akhir-akhir ini benar-benar terasa tidak berguna, tidak bermutu dan tentu saja tidak menarik. Padahal dulu Aura lebih suka menonton tv daripada bermain ponsel ataupun laptop.

Bicara soal ponsel. Sejak ia pergi ke Swedia, ia belum memegang hp nya sama sekali. Ponselnya tidak sengaja tertinggal saat di dalam mobil menuju bandara. Lagi pula, ia memang tidak butuh hp saat itu. Duduk berjam-jam di depan komputer selama empat hari. Jadi tidak salah tebakan Lucas bahwa Aura tidak akan pulang kerumah saat turun dari pesawat.

Aura melirik jam yang terpajang diruangan putih itu. Jam setengah delapan pagi dan Lucas masih belum datang. Untuk kesekian kalinya, Aura mengehala napas pasrah. Sudahlah, tidak ada harapan untuknya melarikan diri.

                                  ***

Azka mengerang malas ketika merasa panas diruangan yang ia tempati. Dengan terpaksa, ia membuka matanya. Jam tujuh pagi. Azka melihat ac kamarnya mati. Ternyata terjadi pemadaman listrik pagi ini. Azka mengumpat kesal. Kalau bukan karena listrik, ia tidak akan terbangun pagi-pagi seperti ini.

Dengan malas, Azka beranjak dari ranjangnya menuju gorden. Menggeser gorden hingga kamarnya diterangi oleh sinar matahari yang memancar kebumi. Ia mengambil handuk, menjalankan rutinitas yang biasanya dihari libur akan ia kerjakan saat jam sebelas.

Azka menguap, ia masih mengantuk. Tadi malam ia tidur jam tiga malam karena ia susah tidur. Nama Aura masih mengusik hati dan pikirannya hingga ia tertidur menjelang pagi.

Azka keluar dengan memakai celana pendek hitam dengan keadaan topless. Ia mengacak rambutnya yang masih basah. Bau sabun beraroma kopi menguar dari tubuhnya. Terasa harum dan menenangkan secara bersamaan.

Dengan kaos hitam yang tersampir di pundak sebelah kiri, ia melangkah menuju meja tempat ponselnya terletak. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat pesan dari nomor tidak dikenal.

Nona sakit. Dirawat
dirumah sakit anjayani

Azka tidak memusingkan pesan itu. Ia hanya membalas 'siapa' setelah itu melenggang kelantai bawah dengan ponsel yang masih digenggamannya.

Lima belas menit setelah empat roti ludes masuk perutnya, nomor tidak dikenal tadi menelponnya. Setelah berpikir sebentar, ia pun mengangkat telpom itu.

"Halo"

"..............."

"Siapa?"

"........"

"........"

"Oke gue kesana sekarang. Makasih"

Azka langsung menyambar kaos hitam yang terletak di atas sofa. Jantungnya berdebar kencang setelah bertelponan dengan Lucas. Ia berlari menuju motornya dan langsung meng-gasnya menuju alamat yang diberi Lucas. Hanya dengan memakai celana pendek hitam dan kaos hitam tanpa helm karena ia lupa memakainya, begitu saja sudah berhasil menyita perhatian cewek-cewek yang melihatnya. Wajah Azka yang tampak serius, menambah kesan macho pada cowok itu. Jadi, tidak heran jika banyak cewek yang terpekik saat melihatnya. Bukan lebay, namun itu fakta.

Sesampainya dirumah sakit, ia langsung berlari kedalam setelah mencabut kunci dari motornya.

                                   ***

Dengan malas, Aura bangkit menuju kamar mandi karena tekanan pada kandung kemihnya. Selain itu, mukanya terasa sangat berminyak saat ini. Mungkin hanya dengan minyak pada mukanya sudah bisa menggoreng satu kilogram ikan.

Ia mengambil sabun muka, odol, dan gosok gigi yang terletak diatas nakas.

Sebelum keluar dari kamar mandi, ia menatap mukanya yang tampak lebih cerah setelah ia cuci. Ia memutar kenop pintu untuk kembali berbaring di ranjang rumah sakit. Emang apa lagi yang bisa ia lakukan selain berbaring ditempat ini?

Baru selangkah keluar dari kamar mandi, ia merasakan tubuhnya didorong pelan hingga membentur dinding. Penciumannya langsung dipenuhi aroma kopi dari orang yang mendorongnya. Orang itu mengukungnya hingga geraknya terbatas.

Azka tersenyum miring "Darimana aja?"

Aura diam. Sungguh ia kehabisan kata-kata kali ini. Tubuhnya susah digerakkan. Bukan karena kukungan Azka, namun karena ia merasa gugup.

Azka mengusap bibir pucat Aura dengan lembut. "Lo pikir setelah lo ngerebut ciuman pertama gue lo bisa lari hm?"

Aura mendorong Azka agar menjauh darinya. Namun, tenaga Azka ternyata sangat kuat ditambah lagi keadaan Aura sekarang. Sehingga dorongan Aura hanya seperti angin lalu bagi Azka.

Tangannya berganti mengelus kepala Aura lembut. "Lo gabisa lari lagi sayang"

Azka terkekeh pelan. Bagi Aura, itu terdengar seperti kekehan yang menakutkan.

"Ka-

Cup

Sesuatu yang lembut dan lembab itu menempel sempurna dibibir Aura. Aura diam, tubuhnya membeku dan membuatnya semakin gugup apalagi saat ini Azka mulai menggerakkan bibirnya perlahan. Siapapun tolong Aura sekarang juga!

Setelah dua menit, Azka melepas tautan mereka. Ia mengusap bibir Aura yang basah karena ulahnya. "Lo ngerebut ciuman pertama gue dan gue ngerebut ciuman kedua lo. Impas kan?"

Aura mengerjapkan matanya beberapa kali. Detak jantungnya sangat tidak terkontrol saat ini. Tubuhnya masih tegang efek kegugupan karena ulah Azka.

Mood Aura yang memburuk karena sakit, menyebabkan Aura mudah sekali merasa sedih. Seperti saat ini, matanya sudah berkaca-kaca. Ini bukan dirinya sama sekali. Namun apa boleh buat, hatinya bergerak lebih cepat dari pada egonya untuk kali ini.

Ia memeluk Azka dengan erat. Isakan kecil perlahan terdengar ditelinga Azka. Raut Azka mendadak berubah cemas ia mendorong bahu Aura dengan perlahan agar ia bisa menatap wajah Aura. Aura semakin mempererat pelukannya. Ia malu jika Azka melihat penampilannya yang berantakan. Pada akhirnya Azka mengalah. Ia membalas pelukan Aura lebih erat, diiringi kecupan ringan dipucuk kepala cewek itu.

__________________________________________________________________________________

Vote yuk:)

My Psyco GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang