5

1.4K 85 6
                                    

Mobil hitam milik Azka berhenti di depan rumah sakit. Azka membuka pintu tengah, menggendong Aura keluar dan berlari memasuki rumah sakit. Beberapa suster datang dengan sebuah brankar.Azka meletakkan Aura di atas brankar itu.

Brankar itu langsung didorong memasuki ruang UGD. Azka terduduk di kursi tunggu. Apa yang dia lakukan?

Belum pernah seperti ini. Entah kenapa, perasaan khawatir itu hadir tiba-tiba hingga membuat raga nya tergerak begitu saja.

Tak lama setelah itu, teman-temannya datang berlarian ke arahnya.

"Panik banget ka. Beneran suka lo sama Aura?". Tanya Desta yang sedang bertelentang di lantai dingin rumah sakit. Beberapa pasang mata menyorot Desta dengan pandangan aneh. Tapi Desta tak menghiraukannya.

Kairez yang duduk di samping Azka langsung menendang kaki Desta diiringi decakan. "Bangun lo. Jangan bikin malu!"

"Seru Rez. Lo cobain deh. Rasanya ah mantap"

"Dasar gila" Erlan ikut merebahkan diri di samping Erlan. Melupakan gumamannya yang mengatai Desta Gila. "Ah mantap!".

Kairez menatap Erlan jengah. "Lo jangan iku-ikutan Lan. Satu aja bikin gue darah tinggi. Jangan sampai tupperwer lo gue pecahin!"

Erlan bergidik ngeri. Ia bangkit. Diikuti Desta yang duduk di sebelahnya.

"Pertanyaan gue belum lo jawab"

Colekan Desta pada lengannya membuat nya mengumpat pelan. Ia jadi teringat banci lampu merah yang suka mencolek-colek nya ketika lewat. Hingga beberapa kali membuat Azka nekat menerobos lampu merah demi menghindari makhluk yang suka Desta goda. Desta tidak tau, kalau mereka cewek jadi-jadian.

"Pertanyaan apa?"

"Lo suka sama Aura?"

"Harus gue jawab?"

"Ya harus lah!"

"Oh"

Desta berdecak. "Percuma gue ngomong sama lo!"

"Nggk usah ngomong"

Melihat sohibnya tengah kesal, Erlan beralih merangkul bahu Desta. "Sabar Des. Emang pantes lo di gituin". Sialan! Erlan sama sekali tidak membantu.

Desta menepis kasar lengan Erlan. Ia berdiri, menampilkan wajah tersakiti. "Kalian t-"

"Gimana keadaan Aura?" Tanya Laisa yang baru datang bersama Agra.

"Masih di tangani dokter"

"Lo emang perusak suasana ya" Ucap Desta menatap Laisa kesal.

"Ck, gue lagi gak mau debat"

"Eleh, bilang aja lo takut kalah"

"Mending lo diem!"

"Kenapa? Takut gak bisa ngelawan?"

Kali ini Laisa langsung bangkit menjambak rambut Desta. Agra menghela napas. Selalu seperti ini. Desta dan Laisa adalah dua hal sangat harus di pisahkan. Ada saja tingkah Desta yang memancing emosi Laisa.

Pintu terbuka. Menampilkan wajah seorang dokter yang baru saja keluar. "Tidak ada yang terlalu serius. Hanya saja, dalam satu minggu ini, nona harus dirawat untuk pemulihan"

Azka mengerutkan keningnya bingung. Nona?

"Kita boleh masuk dok?" Tanya Laisa . Dokter itu mengangguk. "Saya permisi"

Mereka masuk secara bersamaan. Pandangan pertama yang mereka lihat adalah Aura yang tengah tertidur di atas brankar dengan tenang.

"Masya Allah. Gini ya kalau bidadari lagi tidur" Ucap Desta yang hanya di tanggapi angin lalu oleh mereka.

***

Aura sudah sadar sejak tadi. Ruangan VVIP yang ditempatinya benar-benar kosong. Aura bersyukur karena ia bisa kabur lagi.

"AAAAA"

Aura refleks berteriak ketika membuka pintu yang ia lihat pertama kali adalah sebuah boneka annabel. Bahkan ia sampai melupakan kakinya yang masih sakit untuk berlari dan kembali berbaring diatas ranjang.

"Anjing lo cas" Gumam Aura. Aura yakin, Lucas sengaja meletakkan boneka itu agar Aura tidak berani kabur lagi.

Kakinya terasa berdenyut hebat, bahunya terasa sakit karena Aura yang refleks berbaring hingga menyebabkan tekanan pada lukanya.

Ceklek

"Ada yang sakit Ra?" Tanya Laisa. Ditangannya terdapat sebotol minuman dingin. Ia dan teman-temannya yang lain pergi ke kantin saat rasa lapar mulai terasa.

"Bahu gue sakit" Laisa langsung memencer sebuah tombol yang berada disisi brangkar Aura supaya dokter datang tanpa perlu dipanggil lagi.

"Sa, buangin boneka didepan"

Laisa mengerutkan keningnya bingung "Boneka apa?"

"Emang gak ada boneka didepan?"

"Gak ada"

Dokter datang dan segera memeriksa keadaan Aura. Disela pemeriksaan, Aura menatap satu persatu wajah yang tadi datang bersama Laisa. Fokusnya berpusat pada cowok yang bermain ponsel dengan tiga kancing teratas dibuka, cowok yang menolong nya tadi.

"Tatap terosss" Suara Desta membuat Azka mengangkat pandangannya. Ia menatap Desta kemudian mengalihkan tatapan pada orang yang ditatap Desta.

Meskipun tertangkap basah, Aura masih menatap cowok yang juga masih menatapnya. Mereka bertatapan cukup lama hingga terputus karena dokter itu mengajak Aura berbicara.

Mood Aura semakin buruk setelah dokter itu pergi. Seminggu terkurung ditempat ini sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Aura. Baiklah, mulai dari sekarang ia akan mulai merancang rencana untuk bisa kabur.

Hening cukup lama, Desta menyikut lengan Laisa yang duduk disebelahnya. Desta sudah menceritakan perihal Azka yang tertarik kepada Aura, walaupun kabar itu masih abu.

"Oh iya Ra, kenalin ini Azka" Ujar Laisa sembari menujuk Azka.

"Dan lo Ka, dia Aura" Laisa berusaha memberi senyum seiklas mungkin walau jiwanya mulai terasa panas. Laisa berniat baik, menjodohkan mereka berdua. Tapi respon yang ia dapat sangat-sangat menguras emosi nya, apalagi ini hari kedua tamu bulanannya.

Laisa tidak berharap diberi senyuman, walaupun respon mereka cuma "oh" Laisa tidak akan seemosi ini. Nyatanya mereka tidak bereaksi. Mereka tetap sibuk dengan kegiatan masing-masing, Azka membaca buku dan Aura yang merenung.

______________________________________________________________________________________

My Psyco GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang