Azka menggendong tubuh Aura memasuki rumah Aura. Panas Aura tiba-tiba naik setelah jam istirahat tadi. Karena itulah Azka membuat surat izin untuk mereka berdua hingga mereka diizinkan pulang.
Aura berdesis kesal. Ia sangat membenci yang namanya demam. Sifat manjanya akan keluar saat dia demam. Karena itulah saat diperjalanan Aura mengirim pesan pada Lucas agar mengantar pulang para pekerja yang ada dirumahnya. Akan sangat memalukan jika mereka melihat kemanjaan Aura nantinya.
Azka mendudukkan Aura di sofa seperti permintaan Aura. Mereka berdua duduk di sofa panjang yang berada di depan tv.
Sebenarnya Aura sangat ingin merebahkan diri di ranjang besar miliknya. Tapi, karena ada Azka, tidak mungkin ia meninggalkan Azka sendirian.
Kalau membawa Azka ke kamarnya, yang ada ia yang khilaf bukan Azka.Cuaca terasa dingin karena hujan yang turun mendadak.
"Lo tidur di kamar aja deh Au. Dingin gini" Ucap Azka. Ia menatap wajah lesu Aura dari samping, Azka merasa tidak tega.
Aura menjatuhkan kepalanya di bahu Azka sambil sedikit ndusel disana. "Disini aja"
Azka menghela napas. Ia menatap sekeliling hingga ia menemukan sebuah ide. Ia menggeserkan kepala Aura dengan perlahan. "Bentar Au"
Azka memindahkan meja kaca di depan sofa. Ia menepuk-nepuk karpet bulu warna abu menggunakan seragam yang baru ia tanggalkan.
"Au, selimut dimana?"
Aura menunjuk sebuah ruangan. Azka masuk kedalam ruangan itu. Ruangan itu terdapat berbagai bed cover, bantal dan selimut. Azka mengambil dua buah bantal dan satu selimut tebal kemudian membawanya keluar. Saat membuka pintu, pintu di sebelah ikut terbuka. Ternyata Aura, cewek itu baru saja mengganti baju dengan stelan celana panjang dan baju panjang lengan berwarna biru.
Azka menata bantal di atas karpet berbulu tebal itu. Aura merebahkan dirinya diikuti Azka yang juga merebahkan diri disamping Aura.
Tanpa memikirkan gengsi, Aura langsung memeluk Azka kala merasa selimut tebal ditubuhnya tidak cukup untuk membuatnya merasa hangat. Aura menoleh ketika Lucas baru turun dari tangga. Aura melempar tatapan mengancam saat Lucas menatapnya dengan senyum mengejek.
Tubuh Azka terasa kaku, untuk kesekian kalinya Aura berhasil membuat jantungnya berdebar tidak jelas. Setelah beberapa saat, Azka melingkarkan tangannya di pinggang Aura seraya mengusap punggung Aura agar cewek itu tertidur.
Karena terbawa suasana, Azka pun tertidur dengan posisi berpelukan dengan Aura.
***
Azka terbangun ketika kandung kemihnya terasa penuh. Ia melepas pelukan Aura dengan perlahan, kemudian berlari menuju kamar mandi. Setelah selesai, ia kembali menuju Aura yang masih tertidur nyenyak.
Azka menata bantalnya menyandar di sofa. Kemudian mengangkat kepala Aura secara perlahan ke dada nya. Azka mengelus rambut Aura sayang, perempuan ini berhasil membuat Azka merasakan apa yang belum pernah ia rasakan.
Azka mengeluarkan ponselnya dari saku ketika merasakan getaran dari ponsel itu. Ia membalas pesan-pesan yang berasal dari temannya. Tangannya mengambang di udara saat akan meletakkan ponsel itu. Ia membuka aplikasi kamera kemudian mengarahkannya ke wajah mereka berdua.
Aura sangat jarang menggunakan sosmed . Karena itulah Azka berani memasukkan foto dengan caption '❤' ke sg akunnya.
***
"Si Azka diam-diam mengalirkan" Ucap Desta tiba-tiba.
"Tu anak emang gak bisa di tebak" Sambar Erlan dengan kepala mengarah ke ponsel Desta yang menampilkan sg Azka. Sebuah foto yang berhasil mengguncang jagat SMAP.
"Astagfirullah" Agra mengucap setelah cukup lama mengamati foto itu.
"Napa lo?" Tanya Kairez seraya menghisap vape ber liquid mint.
Agra mencondongkan ponselnya ke depan wajah Kairez. Kairez berdecak, kemudian mendorong tangan Agra sedikit mundur agar ia bisa melihat dengan jelas. "Lo liat posisinya!"
"Gila! Mereka lagi tiduran!" Dheva tiba-tiba bangkit sambil menggebrak meja. Hingga orang-orang dikantin terpaksa mengelus dada sabar menghadapi cowok jadi-jadian itu.
"Azka udah gede. Gak nyangka, padahal waktu ketemu gue dia masih ingusan" Ucap Desta sembari tersenyum haru, hal itu membuat Bima yang berada di hadapannya tidak jadi memakan bakso yang sudah tusuk garpu.
"Iya, inget banget gue gantiin popoknya dia" Ucap Erlan seraya mengelus foto Azka dengan secarik senyuman ke bapak-an yang ia paksa timbul.
"Ngomongin gue?!" Suara Datar dari belakang membuat Erlan dan Desta menoleh dengan senyum cengengesan.
"Kenapa balik?" Tanya Kairez.
Azka mendengus. "Di telpon buk Nita"
"Kasian. Makannya jangan jadi anak kesayangan!" Ujar Dheva dengan semangat.
"Contoh aja gue!" Ucap Desta bangga sambil menepuk dadanya.
Azka mendengus. "Lo-
"INI MAKSUD NYA APA KAK?"
Shit!
Azka refleks mengumpat ketika adik kelasnya yang bernama Fina itu tiba-tiba berteriak di dekat telinganya.
Azka menatap cewek itu dengan kening berkerut tipis. Setan mana yang sanggup merasuki cewe ini?
"Kenapa?"
"Kakak masih tanya kenapa?! Kakak tau kan aku suka kakak, kenapa kakak malah suka sama dia?!" Fina melempar ponsel yang menampilkan foto Azka dan Aura ke atas meja. Ia menyeka air mata yang membasahi pipi nya.
Azka berdiri sambil membuang napas kasar. "Maaf sebelumnya" Ucap Azka walau ia tidak tahu minta maaf karena apa.
"Gue udah pernah bilang. Jangan bawa perasaan sama gue, karena gue gak bisa tanggung jawab"
"Tapi kakak yang bikin aku berharap!" Fina terisak, seluruh orang yang ada dikantin menatap cewek itu prihatin. Cewek yang selalu menjadi satu paralel untuk angkatan kelas sebelas ternyata tidak punya posisi apapun di hati Azka. Mereka memang cukup dekat, itupun karena perintah bu Nita agar Azka menjadi pembimbing untuk fina.
"Gue pikir lo sadar, saat gue berusaha menjauh dari lo itu tandanya gue gak mau bikin lo baper dengan hal-hal gak berarti yang gue lakuin. Dan satu lagi, gue gak pernah ngasih lo harapan, lewat tindakan ataupun kata-kata gue!" Ucap Azka panjang lebar. Ia mengambil teh es di atas meja yang entah punya siapa.
"Cabut!" Azka beranjak, diikuti teman-temannya yang lain.
Desta berhenti di hadapan Fina, ia memberi tatapan serius pada Fina. Jiwa playboy nya seketika menghilang entah kemana. "Gue harap lo nggak ganggu Azka lagi. Jangan kaget, itu Azka yang sebenarnya"
Fina menatap punggung Azka sendu. Itu Azka yang sebenarnya. Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya. Ia paham apa maksudnya, selama ini Azka memang dingin kepada cewek mana pun yang mencoba mendekatinya, tapi Azka tetap ramah meski dengan intonasinya yang tanpa nada. Dan hari ini Fina berhasil membuktikan, bagaimana muaknya Azka selama ini.
Fina mengerti, bahkan sangat mengerti. Tapi, ia sudah terlalu jatuh pada Azka. Ia menatap punggung tegap Azka sendu sebelum akhirnya berlari mengejar Azka yang belum terlalu jauh kemudian memeluknya.
"Please kak. Aku lebih dalam segala hal dibanding Aura"
______________________________________________________________________________________
Vote
Comment
Share
Makasih yang udah baca ceritaku❤
Happy eid mubarak bagi yang mereyakan☺
Makasih 20k❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Teen Fiction'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...