Azka menampilkan senyum terimut miliknya saat Kairez menatapnya tajam dari bawah. Setelah kelaknatan seorang Azka Dentara, lebih dari setengah murid IPA 2 harus berjemur dengan kaki terangkat sebelah dan kedua tangan yang menjewer kuping.
Murid yang lainnya tampak sangat menikmati kebahagian yang melanda dibawah sana, khususnya Azka dan Bima. Mereka sedang berdiri di balkon lantai dua, tempat kelas mereka berada. Mereka berdua sampai membeli jus jeruk dikantin untuk membuat panas orang-orang dibawah sana.
"Oh iya Azka, Bima. Kalian harus ikut olimpiade matematika nanti. Apalagi ini tahun terakhir kalian. Kalian bantu juga ngajarin adek kelas kalian, khususnya Fina. Dia yang sebelas duabelas sama kalian soalnya" Ucap Bu Nita dengan lembut membuat Giro yang berada disamping Azka berdecak. Giro itu salah satu anggota geng Vergen yang secara kebetulan juga sekelas dengan mereka.
Azka dan Bima mengangguk. Hal itu spontan menampilkan tarikan lebar dibibir bu Nita.
"Yaudah, ibu kebawah dulu. Menyaksikan kebahagiaan itu harus dari dekat" Ucap Bu Nita seraya terkekeh.
"Bu Nita seru juga" Ucap Bima, ia mengangkat alisnya seraya menyeruput jus ditangannya ketika Agra menatapnya dan dibalas kepalan tangan oleh Agra.
"Pala lo asik! Asik nya cuma sama lo dua!" Ucap Giro, kentara sekali nada kesal dalam kalimat nya.
"Emang. Lagian gue gak nyebut lo"
Giro berdecak, daripada semakin emosi ia lebih baik tiduran dikela. "Serah lah"
Setelah tersisa berdua di luar, Bima mulai menanyakan pertanyaan yang cukup membebaninya. "Lo bawa kemana cewek kemaren?"
Azka menoleh dengan alis terangkat "menurut lo?"
"Gak mungkin kekamar kan?"
"Gak"
"Terus kemana?"
"Wpo"
Bima tertawa bangga. Syukurlah masih ada yang waras dalam pertemanannya.
"LAISA PERGI KAMU KALAU GAK MAU IBU HUKUM!"
Teriakan itu membuat mereka menoleh. Ada Laisa yang tersenyum cengegesan. Cewek itu mencoba memberi minuman untuk Agra. Cewek itu memakai seragam olahraga, pantas saja Azka sempat melihat salah satu anggota yang bebas berkeliaran dilapangan.
"ODGJ sih, aura si Aura tu emang gak main-main" Ucap Giro yang tiba-tiba berdiri disebelah Azka.
Azka mengerutkan keningnya mendengar kata awal Giro. Setelah itu ia ber-oh ria ketika mengerti maksud Giro.
"Aura itu yang mana sih?" Tanya Azka sedikit penasaran. Sebagai murid yang cukup populer, tentu saja Azka sering mendengar gosip anak geng nya tentang Aura.
"Tuh" Azka mengikuti arah jari telunjuk Giro. Ia melihat seorang perempuan yang duduk dibawah pohon mangga disamping lapangan. Cewek itu terlihat memakai seragam biasa, tidak ikut olahraga seperti anak kelas nya yang lain. Azka terus memperhatikan cewek itu, mulai dari cewek itu memegang bahunya dengan raut aneh diwajahnya hingga beralih memegang betis dari balik kaus kaki selutut nya.
"Tertarik? Kalau iya minta bantu Laisa aja, mereka temenan"
"Gak" Azka mengakui, jika Aura itu sangat cantik. Cewek itu seperti punya sihir yang membuat Azka betah melihatnya berlama-lama. Tapi, hanya sebatas itu, untuk tertarik tidak.
"Gak tertarik masih diliatin" Celetuk Bima.
Laisa menghampiri tempat Aura duduk. Entah kemana Laisa mengajak cewek itu pergi, yang jelas Azka hanya melihat cewek itu berjalan dengan sedikit pincang.
Azka menghembuskan napas kasar metika melihat Fina yang berjalan dengan senyum lebar kearah nya.
"Kak Azka ajarin aku yang kemaren dong"
***
Dengan kaki yang pincang, Aura berjalan cepat menuju ketempat Wira. Sudah satu minggu ini cowok tidak jelas iu selalu mengerjainya dengan mengempeskan ban motornya.
Sesampainya ditempat yang dituju, Aura langsung menarik kerah seseorang yang dia kira Wira. Jelas itu Wira, karena dari informasi yang ia dapat, cowok itu sedang berada di rooftop.
"Maksud lo apa ganggu gue?"
Cowok itu melepas paksa tangan Aura yang berada dikerah nya. "Menurut lo?"
"Gak usah nyari masalah"
"Gue gak pernah nyari masalah sayang" Cowok itu membelai rambut Aura dengan lembut membuat Aura bergidik jijik karenanya.
Aura mempelintir tangan cowok itu hingga Wira mengaduh dengan refleks. "Apapun tujuan lo, yang jelas jangan ganggu gue lagi!"
Cowok itu menyentak tangan Aura hingga tangannya terlepas. Ia mencengkran rahang Aura, jempolnya mengusap bibir Aura yang berwarna pink. "Boleh gue coba?"
"Anjing!" Aura melayangkan tangannya hingga hidung cowok itu berdarah. Cowok itu terkekeh. Ia mendorong bahu Aura dengan kasar hingga bekas jahitan Aura kembali terbuka. Baju nya mulai memerah karena darah yang perlahan mengalir.
"Lo yang minta gue kasarin!"
Ketika cowok itu mendekat, Aura langsung menendang bagian perut cowok itu hingga cowok itu jatuh. Karena kondisi yag tidak memungkin kan, Aura berlari keluar dengan kaki yang pincang. Sebelum berlari lebih jauh, tangan Wira tiba-tiba mencekal kakinya hingga Aura jatuh dan lututnya luka.
Pintu rooftop dibuka kasar. Memunculkan sosok yang lumayan sering Aura lihat, tali tidak tahu siapa namanya. Cowok itu tersenyum miring "Banci!"
______________________________________________________________________________________
Jangan lupa vote comment ya>3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Teen Fiction'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...