Di hari Minggu siang yang terik ini, Azka lebih memilih melajukan motornya menuju rumah Kairez. Hari ini ia dan teman-temannya janjian untuk nongkrong di rumah Kairez.
Halaman rumah Kairez sudah banyak terparkir motor yang jelas di kenal Azka. Azka menghela napas nya sebelum masuk. Pasti akan banyak pertanyaan mengenai keterlambatan nya. Mengingat itu Azka berdecak kesal. Sepertinya malam ini ia akan menginap di rumah Kairez.
Mengucap salam dan melangkah masuk. Ia bisa melihat jelas tiga makhluk jadi-jadian yang berkedok temannya sedang bermain monopoli di karpet bulu abu-abu milik Kairez. Siapa lagi kalau bukan Agra, Desta dan Erlan. Sedangkan Bima lebih memilin duduk di atas sofa berbincang dengan Kairez yang di tangannya terdapat segelas es teh.
"Waalaikumsalam"
"Ngaret amat lo Ka". Ucap Erlan tanpa menoleh.
"Ho'oh. Pipel enam dua banget". Ucap Desta ikut-ikutan. Rasanya Azka ingin memelintir leher Desta saat mendengar ucapan cowok itu.
Azka menjatuh kan bokong nya di samping Kairez. Kairez segera meletakkan es teh nya dan menatap Azka serius.
"Muka lo kenapa?". Sontak mereka menoleh mendengar ucapan Kairez. Kecuali Desta yang sibuk memindahkan bidak milik Erlan dan Agra agar ia bisa menang.
"Dikeroyok geng nya si Aroon kemaren"
"Kenapa bisa?"
Azka berdecak. "Ya bisalah". Azka mengambil kotak monopoli di atas meja itu. Menimpuk kepala Bima keras. "Gara-gara lo. Tugas gue jadi double!"
"WOY. KALAU RUSAK LO GANTI YA KA. GAK MAU TAU GUE!".Teriak Erlan.
Bima hanya menunjukan wajah tak berdosa. "Bonyok parah muka lo"
"Padahal ini udah berkurang. Gak separah kemaren"
"Kenapa lo gak nelpon kita bangsat?!". Ucap Desta sambil melemparkan dadu di tangannya membuat Erlan lagi-lagi menjitak kepala cowok itu.
"Gak sempat"
"Trus siapa yang nolongin lo?". Tanya Agra tanpa menoleh. Cukup trauma setelah di curangi Desta.
"Aura. Dia kebetulan lewat".
"GILA. HOKI JUGA LO KA!" Desta kembali berulah. Dia melempar tiga buah properti hotel membuat Erlan memukul pundak nya keras.
"INI PUNYA SIAPA?!". Teriak Desta sambil menunjuk monopoli yang terletak di atas meja.
"PUNYA LO!". Ucap Erlan tanpa beban.
"NGAPAIN LO YANG MARAH?!"
"YA IYALAH!LO BELI NYA NGUTANG PAKE DUIT GUE YA!"
Perdebatan itu masih berlanjut. Kairez kembali menatap Azka. "Berapa orang?"
"Lima belas"
"Parah sih. Apalagi keroyokan". Ujar Bima menimpali.
Azka menatap Kairez dari samping. "Gue nginep"
Kairez mengangguk sambil menepuk pundak Azka. Ia mengerti alasan sahabatnya menginap di rumahnya.
"Gue juga deh. Bosen di rumah".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Genç Kurgu'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...