Aura bersembunyi dibalik semak belukar yang ada di sekitarnya. Mata tajamnya mengawasi pergerakan orang-orang yang ada di depan sana.
Sialan! Bisa-bisanya ia terjebak dengan cara tak terduga. Pasti Alvin Radian yang melakukannya, keparat itu benar-benar ingin dihabisi Aura secepat mungkin.
Ia mengeluarkan ponsel dari saku jaket hitam nya. Memberi pesan pada Lucas untuk menyiapkan anak buah yang lainnya.
Lucas, pria yang sudah bernaung selama puluhan tahun dikeluarganya. Salah satu orang paling berjasa di hidup Aura. Karena itu, apa pun kesalahan Lucas akan di maafkan Aura dengan sangat mudah.
Mata beriris kelam itu kembali menatap setiap pergerakan musuh. Sangat mustahil jika ia keluar saat ini hanya dengan tangan kosong, sedangkan musuh di depan sana membawa pistol masing-masing nya.
"Gadis manis, ayo keluar. Biar saya cicipi kamu sebelum saya bunuh" Ujaran Arifin, hal itu mendapat sorak sorai dari anak buah nya. Mereka tentu akan mendapat bagian masing-masing jika bos nya sudah memulai.
Aura merinding jijik mendengar itu. Ia memegang tengkuk nya yang terasa geli. Tangan lainnya sudah terkepal, ingin sekali ia merobek mulut keparat itu, dan sekarang Aura berjanji untuk hal itu. Merasa tidak sabar, ia meraih sebuah ranting yang berada didekatnya. Ia keluar dari persembunyian dengan perlahan.
Melihat senjatanya yang tidak mendukung, Aura harus memutar otak bagaimana caraya agar ranting ini bisa menjadi senjata penolongnya saat ini. Ranting rapuh itu tidak mungkin ia layangkan pada kepala musuh nya. Bukannya pingsan, yang ada mereka malah menyerang balik dengan ganas.
Tepat sekali, salah satu anak buah yang sedari tadi sibuk mencari keberadaannya mendekat. Aura merasa sangat bersyukur memakai stelan hitam hingga sangat sulit dilihat dalam gelap.
Ketika sudah berjarak dua langkah dari Aura, Aura langsung melayangkan ranting tadi ke arah kelemahan laki-laki. Terbukti, pria itu langsung meraung kesakitan sambil bertekuk lutut, memegangi telurnya yang terasa pecah.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Aura mengambil pistol yang tergelatak tak jauh darinya. Ia menembak dua kali dengan asal, saat mendengar semua orang itu mendekatinya.
Lagi, terdengar teriakan kesakitan yang membuat Aura tersenyum miring. Entah skill atau hoki, yang jelas Aura bangga dengan skill nya walau gelap malam dengan sedikit cahaya remang.
Ia kembali menarik pelatuk sebanyak tiga kali, disusul dua teriakan kesakitan yang sangat kontras. Sudah empat musuh yang Aura tumbangkan, tinggal enam lagi termasuk Arifin.
Dor
Aura membekap mulutnya agar tidak refleks berteriak. Kakinya tertembak karena tembakan asal anak buah Arifin. Dengan perlahan, ia menggeser posisi karena ia yakin mereka sudah tahu dimana posisinya saat ini.
Dari posisi saat ini, Aura melihat jelas musuh-musuhnya. Ketika ingik bergerak selangkah lagi, kakinya tidak sengaja menginjak botol minuman. Mereka langsung menoleh cepat.
Walau remang, Aura melihat jelas senyum mesum Arifin yang ditunjukkan untuknya. "Kaki kamu udah pincang sayang.Mending kamu nyerah, nanti kamu dapat yang enak-enak kok"
Aura berusaha berontak ketika dua orang anak buah Arifin menahan tubuhnya dari samping. Aura menendang kelemahan Arifin ketika tua bangka itu mendekat hendak melakukan sesuatu yang menjiikkan terhadapnya. Ia menendang lutut pria di sebelah kanannya. Meski sulit untuk posisi saat ini, Aura harus berusaha untuk melepaskan diri.
Lucas datang dengan anak buah yang cukup banyak. Mereka menyerang anak buah Arifin yang tinggal sedikit. Karena anak buahnya sudah datang, Aura mengistirahatkan diri ditempat yang sedikit jauh untuk memeriksa kakinya.
Arifin yang melihat itu langsung menarik pelatuknya hingga menembus bahu kiri Aura. Aura mengerang, ia berlari dengan cepat menuju Arifin. Menembus jantung Arifin dengan pisau kesayangan yang di bawa Lucas untuknya. Setelah itu Aura benar-benar melakukan janjinya tadi.
Aura menatap mayat-mayat yang tergeletak di bawah. Pandangannya beralih menatap dua orang anak buahnya yang terluka.
"Kasih ke peliharaan gue" Ucap Aura menujuk mayat-mayat itu.
"Lo berdua pergi kerumah sakit!"
Merasa tidak tahan, Aura mendekati Lucas agar lekas membawanya pulang.
***
Aura berdecak melihat pakaian biru kas rumah sakit yang terpasang di tubuhnya. Padahal ia sudah mengatakan agar membawanya pulang, tapi Lucas malah membawanya ketempat sialan ini.
Merasa wajahnya berminyak, Aura beranjak kekamar mandi. Ia mencuci muka hingga wajahnya terlihat bersinar kembali. Ia menanggalkan pakaian biru itu, menyisakan tank top putih bertali kecil ditubuhnya.
Aura mengamati luka tembak yang sudah di jahit itu lewat cermin dengan seksama. Decakan kembali terdengar, sebelum berbalik ia mengamati bahu kanannya yang terdapat dua bekas luka yang sama karena tembakan. Masing-masing nya mendapat jahitan 27 dan 23. Jika melihat luka yang baru, Aura yakin jahitannya lebih banyak karena peluru itu terasa dalam menembus bahunya.
Tanpa memakai baju, ia kembali menuju ranjang. Ia menaikkan sandaran ranjang mencari posisi ternyaman untuknya.
Ceklek
Pintu dibuka, menampakkan Lucas yang membawa sebuah nampan berisi makanan untuk Aura. Aura langsung menaikkan selimut hingga menutupi tubuhnya.
"Gue mau pulang!" Ucap Aura saat Lucas meletakkan nampan itu di atas ranjangnya. Meski pun rumah sakit ini miliknya, tetap saja Aura merasa tidak nyaman berada disini untuk waktu yang lebih lama.
"Nona harus melalui pemulihan terlebih dahulu" Ucap Lucas dengan tegas.
Meskipun Aura adalah bos Lucas, tapi untuk kebaikan Aura Lucas selalu menjadi anak buah pembangkang. Dan Aura hanya bisa menuruti dengan pasrah, meski ia mengutuk Lucas dalam hati.
"Gue mau sekolah!"
"Nona orang yang bodo amat dengan sekolah. Alasan nona terlalu klasik"
Aura menggeram tertahan mendengar itu.
"Beliin bakwan sana!""Ga usah bacot! Beliin sana" Perintah Aura lagi, ketika Lucas ingin mebantahnya. Dengan berat hati Lucas harus keluar mencari pesanan dari nona nya itu.
Ketika Lucas sudah menjauh, Aura berdiri dengan sedikit susah. Ia menyambar kunci mobil yang terletak diatas nakas. Setelah itu keluar, melarikan diri dari tempat terkutuk ini.
______________________________________________________________________________________
Vote sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini☺
Komen juga gak papa.
Jangan lupa follow❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Genç Kurgu'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...