Sentakan yang ia dapat membuat Aura sedikit terlonjak kaget. Ia menatap tanpa ekspresi empat orang di depannya. Melayangkan tatapan membunuh pada cewek yang berani mengganggu ketenangannya. Dia, Bella. Salah satu siswi populer di SMAP. Juga, salah satu bodyguard pribadi Azka. Bodyguard dalam artian, membully siapa saja yang berani mendekati Azka.
Bella mencengkram pipi Aura erat. Kuku tajamnya terasa perih di pipi mulus Aura. Ia kira Aura akan seperti kebanyakan cewek yang menjadi korbannya. Nyata nya, Aura masih dengan raut tanpa ekspresi.
"Jalang nya Azka". Ucap Bella dengan nada meremehkan. Memancing emosi Aura sama saja mengundang malaikat maut untuk bersilaturahmi.
"Udah berapa kali lo di pake Azka? Gimana cara lo nge-goda Azka? Ngangkang di depan dia?". Bella tertawa di ikuti teman-teman nya.Melihat raut tanpa ekspresi Aura membuat Bella makin menjadi-jadi. Niat memancing emosi Aura, malah ia sendiri yang emosi.
Aura menurunkan pandangannya dari mata Bella. Meneliti tubuh Bella dari bawah ke atas. Rok setengah paha dengan baju yang sangat pas. Aura memasang seringaian andalannya. Seringaian yang selalu membuat sekitar menjadi panas dingin. Terbukti dengan, keadaan sekitar yang mulai ramai merasa merinding.
"Gede juga. Udah di pake siapa aja?". Aura menatap fokus pada dada Bella. Ucapan frontal Aura itu di sambut sorak-sorak sekitar.
"Gimana sama om kemaren? Puas? Gede gak--- uang nya?". Aura memberi jeda dengan sengaja. Tidak puas dengan wajah merah Bella karena balasan awal nya, Aura kembali mengeluarkan kata-kata menusuk nya. Image Bella yang memang buruk, menambah keadaan semakin ramai dengan sorakan.
Bella melayangkan tangannya hendak menampar Aura dengan wajah merah padam. Sebelum tangannya menyentuh pipi Aura yang belum terkontaminasi bahan kimia apapun. Aura lebih dulu memutar keadaan. Menelintir tangan Bella dan bergantian menyentak nya ke dinding.
"Jangan main-main sama gue Bella! Kali ini gue lepasin". Bisik Aura. Bella sampai tak berkutik mendengarnya.
"Tapi, kalau lo masih berani main-main sama gue. Lo bakal dapat konsekuensi nya". Bella makin bergetar melihat seringaian Aura. Tapi ia tetap menampilkan wajah menantang, tidak ingin menjatuhkan harga diri jika ia menampilkan raut ketakutan.
Aura menyentak Bella kasar. Pergi dari kerumunan dengan seringaian khas nya.
Bella Hardian. Mainan baru nya!
***
Sudah tiga hari Azka tidak masuk sekolah. Aura ingin menghubungi Azka, menanyai keberadaannya sekarang. Tapi, ia belum sempat bertukar kontak dengan Azka. Bisa saja ia bertanya pada Kairez. Tapi, gengsi mengalahkannya.Azka sudah absen sejak pertengkaran Aura dan Bella. Bertanya pada Laisa sama saja mengorbankan diri menjadi bulan-bulanan Laisa.
Bukan tanpa sebab Aura mencari Azka. Pak Wono selaku guru olahraga meminta bantuan nya untuk bekerja sama dengan Azka untuk melatih club basket. Mempersiapkan diri menghadapi pekan olahraga yang di adakan satu bulan lagi. Azka selaku kapten basket putra dan Aura dengan skill basket yang terbilang cukup. Aura sudah pernah di tawarkan menjadi kapten basket putri. Tapi, Aura menolak dengan alasan tidak berminat.
Aura merentangkan tangannya dengan mata terpejam ketika sudah sampai di taman belakang yang selalu sepi. Menikmati semilir angin yang membelai wajah nya. Ia melangkah menuju bangku yang tersedia.
Merasakan pergelangan tangannya yang di tahan, Aura berbalik hendak melihat si pelaku. Belum sempat melihat, pelukan erat langsung menerjang tubuhnya. Aura berontak hingga sebuah suara menghentikan nya.
"Sebentar ra.."
Aroma tubuh dan suara itu membuat Aura tahu siapa yang memeluk nya. Awal nya Aura tidak tau karena orang itu menggunakan pakaian serba hitam. Karena itu lah tangannya terangkat mengelus punggung Azka.
Azka melepas pelukannya. Menatap Aura dengan senyum tipis dan mata menyirat sendu."Nemenin gue mau gak ra?"
***
Sudah cukup lama mereka diam membiarkan hening melingkupi. Aura duduk di atas kursi. Azka lebih memilih duduk di bawah dengan alas sendal jepit nya. Menyandarkan tubuhnya pada kaki Aura yang menjuntai. Tangan Aura tak tinggal diam. Memijat kepala Azka, membantu me-rilex kan kepala Azka yang katanya sakit.
"Jadi, kapan perginya?". Tanya Aura yang masih setia memijat kepala Azka.
"Dua hari lagi. Perlu gue jemput?"
"Gak perlu. Gue bisa pergi sendiri. Lo kirim aja alamat nya". Azka tidak bersuara, hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kata temen gue lo ribut sama si Bella. Ribut kenapa?"
"Gara-gara lo"
Azka mengerutkan kening nya dalam. "Kok gara-gara gue?"
"Kayak gak tau si Bella aja"
"Dia bilang apa?"
"Cari tau sendiri lah!"
"Serius ra.."
"Lo pikir gue bercanda?".
Azka mendengus kesal. Ia bangkit. Merebahkan diri di samping Aura dengan berbantalkan paha Aura. Memejamkan mata menikmati semilir angin, juga usapan lembut di kepalanya.
"Pak Wono nyuruh kita kerja sama buat ngelatih anak basket"
"Buat?"
"Kan sebulan lagi ada pekan olahraga"
"Oh. Lo anak basket ra?"
"Nggak. Gue cuma di suruh ngelatih. Pernah di tawarin jadi kapten tapi gue gak mau"
"Oh"
Hening kembali melanda. Aura memejamkan mata nya. Punggung nya ia sandarkan pada sandaran kursi. Hingga colekan di dagu nya membuat matanya kembali terbuka.
"Jangan lupa dua hari lagi". Ucap Azka mengingatkan. Raut kesal yang di tampilkan Aura membuat senyum tipisnya hadir tanpa hambatan.
"Iya Azka.."
______________________________________________________________________________________
Vote dan comment sebagai bentuk kamu mengharagi penulis☺
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Roman pour Adolescents'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...