Happy Reading.
Jangan lupa vote ya....
😘
🌻🌻🌻Terkadang rasa sakit hati itu perlu untuk menyadarkan kita dan membantu kita mengerti bahwa kita bisa lebih baik dari kondisi yang sekarang." - Mandy Hale-
***
Gus Hamam menghempaskan nafas kasar dan menyodorkan kain berwarna biru muda. Ya, dia memberikan sapu tangannya untukku.Aku mendongakkan kepala, ragu untuk mengambilnya, saat aku menatapnya dia tersenyum dan mengangguk. Aku pun mengambil sapu tangan itu.
"Semoga sapu tangan itu bisa mengobati luka hati sampean," ucapnya.
Aku mulai mengusap wajah dan ingusku dengan sapu tangan yang sudah dalam genggaman. Sekilas aku melirik beliau terlihat wajah tampannya yang tersenyum padaku, lalu aku kembali menunduk.
"Simpan saja sapu tangan itu Mbak, ndak udah dikembalikan. Oh ya, kertas ini tak bawa ya? Saya permisi, sampean juga segeralah kembali ke asrama karena hari sudah semakin larut, assalamualaikum," pamitnya.
Aku pun mengangguk dan menjawab salamnya dengan suara pelan, mungkin hanya bisa terdengar olehku saja. Aku pun beringsut kembali ke asrama dengan langkah gontai.
***
Mungkin memang inilah jalan takdirku. Seharusnya aku tidak selemah ini.
Seharusnya rasa cinta di hati ini tidak boleh lebih besar dari pada rasa cinta kepada Tuhan karena sejatinya cinta yang abadi hanya milik sang maha pencipta. Sehingga saat aku kehilangan seseorang yang aku cintai tidak sesakit ini.Tuhan, Engkaulah maha segala-galanya.
Engkau yang memberikan cinta pada setiap hati manusia.
Jika rasa cinta ini menyakitkan kumohon hempaskan rasa cinta di hati ini pada orang yang tak semestinya untuk diharapkan.Harapan itu pergi dengan takdir yang telah Engaku tetapkan. Dari rasa sakit ini Aku bisa belajar kuat, ikhlas dan sabar. Merelakan apa yang tak semestinya jadi milikku.
Aku percaya, takdirMu lebih indah dari pada harapan-harapan umatMu.
***
Mentari telah menyambut pagi, begitupun Aku yang menyambut pagi ini dengan senyuman walau sakit masih terasa di ulu hati. Bukan karena aku tak ikhlas tapi untuk melupakan seseorang yang pernah mengisi hati itu butuh proses."Nur, Aku ke ndalem, yo," pamitku padanya.
"Sampean yakin ndak papa? wajahe sampean iku pucet lo, Mai," jawabnya.
"Iya, Nur. Insya Allah, ndak papa, selesai masak nanti Aku langsung izin istirahat," ungkapku dengan senyum menyakinkan.
Aku tahu, Nur sangatlah menghawatirkan keadaanku. Selesai salat subuh tadi Aku menceritakan semua isi surat itu padanya. Nur pun tidak menyalahkan Kak Naufal karena bagaimanapun juga ini bukan kesalahannya. Mungkin inilah takdir kisah cintaku pada kak Naufal hanya sebatas kisah untuk dikenang belaka.
"Yowes, nanti sebelum berangkat kuliah sampean harus istirahat," tuturnya.
"Oke," jawabku dengan mengangkat kedua jari jempol.
***
Di sinilah aku sekarang di dapur ndalem membantu masak Mbak Mila. Aku dan Mbak Mila memang di beri bagian tugas memasak. abdi ndalem lainya ada yang menyapu ruang tamu dan halaman ndalem.
"Mai, sampean sakit ta? Wajahmu kok ya pucet ngunu?" tanya Mbak Mila sambil meletakkan telapak tangannya di keningku.
"Lho, anget Mai," sambungnya.
"Aku ndak papa Mbak Mil, Ndak usah kuwatir. Wis ayo masak," protesku sambil mengupas bawah merah.
Sesaat kemudian masakan telah selesai aku bergegas menyajikan semuanya ke meja makan menu sarapan pagi ini adalah rica-rica pedas kesukan Gus Hamam, ada cah kangkung, tempe goreng dan ada ayam goreng beserta sambel kecap dengan irisan bawah merah dan cabai.
Di meja makan sudah ada Ummi Ma'sumah aku pun pamit undur diri karena pekerjaanku pagi ini telah selesai.
Mbak Mila sendiri udah izin duluan karena ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda.Kulangkahkan kaki perlahan untuk kembali ke asrama. Namun, Tiba-tiba pandanganku buram dan semua terlihat gelap.
Bersambung ...
🌻🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati Maira
Любовные романы(Follow dulu sebelum baca🥰) *** Maira Wardatul Jannah, seorang santriwati yang menjadi Abdi ndalem dan diam-diam dicintai oleh Gusnya. Yakni, Muhammad Hamam Al-Azizi. Sedangkan Maira sudah memiliki tambatan hati sejak di bangku Madrasah Aliyah du...