8. Naufal 1

43 7 2
                                    

Happy Reading 😘Jangan lupa vote ya I love you 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading 😘
Jangan lupa vote ya
I love you 😘

🌼🌼🌼
POV Naufal.

Maira, gadis berparas cantik berpenampilan sederhana yang mampu memikat hatiku dengan senyumam manisnya dengan gigi gingsulnya. Saat itu dia kelas sepuluh  dan aku kelas tiga Madrasah Aliyah.

Entahlah, aku sendiri tidak tahu kapan Aku menaruh rasa pada dirinya. Beberapa kali berpapasan ketika di kantin atau di Perpustakaan. Dia yang selalu menundukkan pandangan ketika bersitatap dengan lawan jenisnya.

Aku hanya mampu mencintainya dalam diam, mengawasinya dari kejauhan tanpa berani menyapa dirinya.

Mana mungkin aku berani? Kami sama-sama santri di Pondok Pesantren Al Fatah. Jika ketahuan teman-teman lain pasti akan menjadi fitnah dan aku tidak ingin  itu terjadi. Aku memang mencintainya tapi juga ingin menjaga marwahnya sebagai seorang wanita dan santri.

Hingga suatu hari kuberanikan diri untuk mengirimkan goresan pena pada lembaran kertas origami warna-warni.
Bukan kata cinta yang kutulis, melainkan kata-kata motivasi.

Surat-surat itu tidak aku berikan pada dirinya langsung, melainkan pada sahabatnya. Yang kutahu namanya Nur dan ternyata Nur adalah sepupu dari temanku Dhani, hanya saja Dhani tidak mondok. Dia hanya sekolah saja.

Awalnya aku takut untuk mengirimnya. Ada perasaan cemas yang menghampiri hati ini. Takut jikalau tidak mau menerima atau membalas tulisan-tulisan recehku. Namun, kecemasanku seketika musnah saat kutahu Maira menitipkan surat balasan pada Nur.

Sejak saat itu kami saling tukar kabar atau sekedar coretan saling memotivasi.
Dan Nur lah yang setia menjadi kurir surat-menyurat itu.

Tidak kah ketahuan pengurus pondok? Hal itu juga sering datang tiba-tiba yang membuat diri ini menjadi cemas. Walaupun kami saling berbalas suratnya saat  di Madrasah. Tapi syukur Alhamdulillah selama satu tahun saling kirim dan berbalas surat  semuanya aman dan lancar. Tentunya semua atas kehendak Allah.

Perpisahanan  kelas pun tiba, setelah wisuda aku menitipkan surat Kembali pada Nur. Bukan aku, melainkan perantara Dhani. Karena jika mereka bertemu tidak akan ada yang curiga karena mereka sepupu.

Surat terakhir yang kutulis di kertas origami itu Aku mencurahkan isi hatiku padanya. Iya, aku mencintainya. Kuungkapkan semua yang menjadi beban hatiku selama setahun ini.

Aku tidak memintanya untuk membalas surat terakhirku, yang aku ingin hanya dia tahu perasaanku padanya. Dengan berat hati aku juga izin pamit pindah mondok ke Jogja sekaligus kuliah di sana.

Perlahan tapi pasti kakiku mulai menjauh meninggalkan Pondok Pesantren Al Fatah. Setelah pamit pada Abah Kyai Khalid dan Ummi Ma'summah. Sebelum melangkah keluar gerbang Pondok Pesantren. Aku berhenti sejenak  dan menoleh kebelakang, dia berdiri di mushola samping ndalem di temani Nur.

Dia menganggukan kepala dan tersenyum padaku. senyumannya terlihat begitu jelas dan membekas di kalbu.
Entahlah, apa arti dari senyuman manisnya. Maira? Tidak kah sedih karena Aku akan pergi?
Maira, kan kupinjam namamu untuk ku mintakan pada sang Illahi Rabbi.

Selama empat tahun menuntut ilmu di Jogja, atas saran Abah Khalid dan Ummi Ma'summah. Aku mondok di pesantren 'Roudlotut Tholibin' milik saudaranya. Dan menjadi Abdi Ndalem di sana.

***

Waktu Terus berlalu, saat itu Abah bersilaturahmi di pesantren 'Roudlotut Tholibin' dan menawarkanku untuk kembali ke Al Fatah menggantikan ustaz yang akan boyong.

"Naufal, kuliah mu piye? Wes rampung?
tanya Abah Khalid.

"Nggeh, sampun Abah Kyai," jawabku.

"Boyong kembali ke Al Fatah, mau, Le?

Sungguh kebahagiaan menghampiri jiwa dan raga ini. Bagaimana tidak? Karena Aku merindukan Mairaku, merindukan senyuman itu. Berharap saat Aku kembali di sana. Maira masih menuntut Ilmu di Pondok Pesantren Al Fatah.

Keputusan menerima tawaran Abah Khalid tak kusia-siakan. Tentunya atas izin Kyai Dahlan dan Ummi Marhamah.
Sore itu aku mulai melakukan perjalanan dari Jogja ke Ngawi Jawa tengah. Kurang lebih memakan waktu 4-5 jam untuk sampai ke Pondok Pesantren Al Fatah.

Kedatanganku di sambut hangat oleh Abah Kyai Khalid dan Ummi Ma'summah pun dengan Gus Hamam.

Malam pun tiba pemberitahuan ustaz baru pun akan di umumkan setelah jam ngajar selesai. Semua para ustaz dan ustazah sudah mulai berkumpul.  Aku terperangah kala melihat sosok wanita berhijab pink mulai masuk ke aula. Tatapan kami bertemu, dia gadis yang selama ini aku rindukan, Maira.

Sepertinya Dia juga kaget akan kedatanganku di sini. Bagaimana tidak? empat tahun diriku tanpa kabar kini aku ada di hadapannya.

"Maira, kau masih disini. Kita dipertemukan lagi di tempat yang sama dengan hati yang sama cinta yang sama, semoga kau pun begitu. Dan semoga ini jalan takdir Tuhan untuk mempersatukan kita kembali," batinku.

***
Jarak mengajarkanku banyak hal, bersabar menanti pertemuan. Menahan gejolak rindu yang menguasai kalbu.

Maira, Aku akan menghitbahmu, semoga kau masih sendiri dan menyimpan cintamu hanya untukku.
***
Bersambung ...

Lentera Hati MairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang