I

585 77 24
                                    

"SAH !" Semua orang yang terlihat di layar televisi kompak mengucap satu kata itu. Sedangkan gue yang sekarang sudah diubah bak putri raja dengan balutan gaun pengantin biru muda serta hijab dengan warna senada, tersenyum haru.

Gue istri arion keanu mahendra, mulai detik ini. Gue bener bener nggak nyangka, gue bisa menikah di usia muda . Dua puluh enam tahun, gue mampu nggak yah mengemban status sebagai istri? Gue takut.. gue takut, gue nggak mampu dan pernikahan ini berujung perceraian. Astaghfirullah.. amit amit, nggak mau gue nyandang status janda.

"Ki.. kia? Yukiaa.." suara lembut mama menyadarkan gue dari lamunan. Mama tersenyum, tangannya menuntun gue untuk berdiri keluar dari kamar. Gue, diapit mama sebelah kanan dan ariel sebelah kiri, kami jalan beriringan menuju halaman rumah dimana tempat berlangsungnya ijab berada .

Mata gue bertemu pandang dengan mata mas rio, suami gue. Duh gue jadi rada gimana gitu nyebut doi suami, kaya ada manis manisnya.
Di seberang sana mas rio tersenyum, senyumnya nggak hilang sampai gue sampai di sampingnya. Setelah tanda tangan, gue dan mas rio diarahkan penghulu guna untuk memakai cincin lalu mas rio mencium kening gue.
Mau tau rasanya? Rasanya dagdigdug kampret. Malu banget coy, ini pertama kali mas rio nyium gue di depan publik. Semua nampak bersorak ria, teman teman mas rio ada yang berseru..

"Kurang lama bro"

"Lanjut cium bibir yo"

"Anjir, cium kening ajah sweet apalagi cium bibir"

Kampret bener itu mulut pada, belum tau aja mas rio sekali nyium bibir gue jadi dower seketika. Tuh kan jadi malu..

"Kamu malu?" Bisik mas rio, gue hanya mengangguk. "Jangan didengerin"

"Mas malu?" Tanya gue balik dengan nada berbisik.

"Engga, kenapa malu? Mas bahagia bisa nikahin kamu, cium kamu di depan publik"

Gue geplak lengan mas rio "bagian yang cium bisa nggak? Nggak usah diomongin." Mas rio hanya terkekeh.

Kegiatan bisik bisik terhenti oleh intrupsi pak penghulu yang ingin berpamitan karena masih harus menikahkan yang lain lagi.

Acara berlangsung hingga pukul sepuluh malam, sumpah kaki berasa mati rasa, badan terasa remuk. Bayangkan dari pagi sampai dzuhur mengikuti adat pernikahan, setelah itu istirahat dilanjut jam lima sore sampai jam sepuluh malam berdiri menyalami dan meladeni tamu meminta foto bersama.
Capek bin remuk. Rasanya pengen langsung rebahan tapi apa daya harus bersih bersih makeup ditambah harus lepas gaun pengantin yang ribet. Huh boleh nggak sih tambah ngeluh? Resleting gaun susah banget dicapai.

Ceklek. Suara pintu terbuka menampilkan mas rio, tampilan mas rio nggak kalah nampak lelah dari gue . Rambut yang semula tersusun rapi oleh jel kini nampak terurai menutup kening, jas hitam tersampir di lengannya, lengan baju putihnya sudah tergulung hingga siku dan ujung baju hanya sebelah kanan yang masuk. Tahu nggak sih? Berantakannya itu enak dipandang.
Mas rio mau dari segi apapun emang enak dipandang kok guys, bangun tidur pun doi masih tetap tampan.
Suami siapa dulu itu, yukia faranisa.
Sombong banget gue ya? Haha..

Menghilangkan rasa malu, gue memanggil mas rio "mas.. boleh minta bantuan?" Tanya gue seraya membalikan badan nggak lupa mata melirik resleting gaun . Tanpa menjawab mas rio sudah ada di belakang gue, dengan santai dia membuka resleting gaun gue. Sedang gue? Degdegan banget guys, padahal mas rio sudah pernah liat punggung telanjang gue. Sedangkan ini ada penutup lain.
Eh gue lupa, mas rio kan udah hatam beginian yak? Hihi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nikah Yuk !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang