"Nikah yuk !"
Timun yang gue pegang terjun bebas ke atas piring. Mata gue menatap horor orang di depan gue. Jam berapa sekarang? Gue lirik jam dinding di tembok pintu masuk, bukan jam ganjil karena waktu menunjukan pukul dua belas siang. Lalu apa karena pedasnya sambal ditambah panasnya terik matahari membuat otak rio sedikit eror? Ah mungkin iya.
Gue mengangguk membenarkan opini gue ."Serius kamu mau?"
Gue tergelak, apa mau? Mau apa? "Eh? Tunggu, mau apa?"
"Menikah dengan saya"
Kaget gue berdiri, telapak tangan menumpu pada meja. "Siapa yang setuju? Kamu gila?" Gue kembali duduk, menarik gelas lalu minum lemon tea pesanan gue.
Rio beranjak menuju wastafel lalu menghampiri gue, duduk di tempat semula. Rio menyandarkan punggung pada sandaran kursi, tangannya bersidekap depan dada sedangkan matanya menyorot tajam ke gue. Pandangannya menelisik gue, terpesona eh? Gue yakin dia terpesona. Apalagi gincu merah menyala gue ditambah pedasnya sambal makin membuat bibir gue hot.
Rio tersenyum miring "kamu kira saya terpukau hanya karna memandangi kamu? Saya cuma menelisik penampilan kamu, kenapa kamu yang harus saya nikahi.?"
Sialan.
Gue menjauhkan gelas yang telah kosong, menyandarkan punggung pada sandaran kursi lalu bersidekap sama seperti rio. Bodo amat sama tangan kotor, toh baju bisa dicuci tapi harga diri nggak bisa dicuci. Camkan.
"Kamu fikir saya mau menikah sama kamu? Males banget harus hidup bareng manusia dingin sombong penuh pencitraan yang nolong nggak setengah setengah"
Rio terkekeh "begitu banget ya kamu menilai saya?" Badan rio maju, menatap gue semakin intens. Gue mengikutinya. "Karna kenyataannya begitu mas arion yang mulia raja, raja kutub"
"Dan kamu akan menjadi ratu kutubnya, gimana dong?" Mimik wajahnya berubah sedih. Anjir. Seharusnya dia seneng punya ratu secantik gue. Eh?
Gue mundur menyandarkan punggung kembali. "Jadi atas dasar apa kamu mengajak saya menikah?"
Rio kembali duduk dengan tegak, berdehem lalu berucap "kamu tau kan mantan saya mau menikah dengan mantan kamu?"
Shit. Dada gue mendadak perih. Please, bisa nggak sih nggak usah ingetin itu sama gue? Gue lagi berusaha move on dan gue harus bangkit.
"Oke, lupakan fakta itu. Saya cuma ingin membuktikan, bahwa bukan hanya mereka yang bisa. Tapi kita juga bisa"
Oh begitu. "Jadi aksi balas dendam maksud anda tuan?"
"Ya bisa dibilang seperti itu, saya cuma mau mengajukan kerjasama"
"Lalu keuntungan buat saya apa?"
"Kamu bisa membuat mantan kamu sakit hati, kamu juga bisa memenuhi keingin orang tua kamu tentang pernikahan"
"Lalu setelah berhasil kita cerai, begitu?" Nada gue sedikit naik membuat orang di sekitar melirik kami. Enak ajah. Enak di dia dong, udah ena ena malah cerai, kalo bunting gimana? Tenang kia.. "Nikah itu sakral, bukan untuk ajang main main." Suara gue sedikit berbisik.
"Saya tau, tapi ini yang harus saya lakukan. Dan kamu orang yang tepat jadi partner saya"
"Karna mantan saya yang akan menikah dengan mantan tunangan kamu?"
"Ya" jawabnya enteng bahkan dengan senyuman manis yang menenggelamkan matanya. Gue yakin ini orang udah gila, gila ditinggal menikah sampai sampai rela melakukan berbagai cara dan gue yang jadi korbannya. Kampret. "Saya nggak percaya sama pernikahan dan komitmen yukia, maka dari itu saya ingin pernikahan ini hanya pernikahan kontrak. Berjalan selama enam bulan dan setelah itu kita bisa bercerai" rio membuka tas kerjanya, mengambil map berisi kertas dan mengangsurkan depan gue. Gue buka yang ternyata berisi kontrak, ada beberapa poin yang dilarang untuk dilakukan. Gemblung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk !
RomanceMenikah adalah cara menyempurnakan agama. lalu pondasi menikah itu apa? apakah cinta termasuk pondasi utama menikah? lalu apa bisa menikah tanpa cinta? Begitulah pertanyaan yang berputar dalam benak Yukia tatkala sosok yang baru ia kenal menawarka...