Mata hitam lekatnya membawa gue mengingat kejadian tadi pagi, saat gue masih bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi dan sebuah pesan masuk menjawab pertanyaan gue.
Fano
Beruntunglah kamu ada arion, bisa aja aku berbuat lebih dari itu.
Tapi aku sadar, mau bagaimanapun keadaan tidak akan berubah.
Maafkan atas kelakuanku semalam ki. Biarkan rasa ini tetap tumbuh untukmu.Awalnya gue kira itu memang mimpi, mimpi buruk yang terasa begitu nyata. Meski semua orang menganggap itu mimpi, ternyata memang itu terjadi adanya. Dan karenanya gue mengikuti alur yang dibuat mereka. Mama papa dan arion.
Keheningan masih menyelimuti. Luka itu masih terasa jelas, perih di pelipis dan gelenyar aneh di dada.
Jika saja pemilik mata ini nggak datang waktu itu mungkin gue nggak berakhir seperti saat ini. Mungkin akan berakhir lebih parah."Mas" panggil gue membuat rio mengedipkan matanya. "Ya"
"Terima kasih"
"Telah menolongku" lanjut gue dalam hati. Yah gue nggak mungkin mengucap secara gamblang, karena gue udah memilih untuk menganggap kejadian itu hanya mimpi.
"Sama sama" jawabnya dengan tersenyum. Sesuatu berbunyi dari dalam perut gue membuat tatapan dari nya yang semula tenang berganti tatapan geli. "Bentar mas pesanin makanan dulu"
Setelah memastikan rio keluar, gue menggelepar lagi ke sofa. Menutup wajah menggunakan bantal sofa.
Gila. Gue malu banget, seorang kia mempermalukan diri karena lapar. Gue musti gimana? Apa pura pura nggak terjadi apa apa?Oke.
Tarik nafas hembuskan, gue kembali duduk seperti semula, menyandar punggung sofa, kaki menyilang dan fokus ke ponsel. berlagak seanggun mungkin.
Lima menit masih aman, gue masih bisa tersenyum. Sepuluh menit, leher gue udah pegel. Gue renggangin sebentar. Lima belas menit, gue mulai gelisah. Gue malu seriusan, mau ditaruh di mana muka gue?
"Maaf lama"
Gue berusaha tenang dan tersenyum secantik mungkin saat rio menaruh nampan berisi dua cup besar nasi serta lauk dan dua gelas es berukuran besar.
Rio menyodorkan satu cup dan segelas ke hadapan gue, dari sorot matanya berpenjar geli. "Rileks, nggak usah kaya patung begitu"
Mampus.
"Ini menu spesial di sini, nasi ayam suwir sambal dower sama es nanas madu markisa"
Gue cuma meliriknya, sedangkan jari gue masih aktif menscroll layar ponsel.
"Malu sih malu, tapi makan itu harus. Lagian di depan mas, kamu nggak usah jaim. Nggak inget apa sewaktu beberapa kali makan bareng? Kamu nggak cuci tangan, makan kesetanan kaya orang nggak makan setah.."
Jari telunjuk gue maju melintasi meja dan berakhir di depan bibir rio "berisik. Yukia faranisa mau makan menu spesial"
Gue makan dengan lahap tanpa rasa malu sedikit pun, rasa malu gue ambyar pas pertama kali lidah gue ngerasain ayam suwir berlumur sambal. Omongan rio benar adanya, mantap begini pantas jadi menu spesial. Bahkan lidah gue ikut menari saking pendasnya. "Hahh pedas, air mana air.." tangan gue mengipasi lidah yang menjulur keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk !
RomanceMenikah adalah cara menyempurnakan agama. lalu pondasi menikah itu apa? apakah cinta termasuk pondasi utama menikah? lalu apa bisa menikah tanpa cinta? Begitulah pertanyaan yang berputar dalam benak Yukia tatkala sosok yang baru ia kenal menawarka...