"Jangan berekspresi seperti itu dek, mas takut kelepasan" Cukup lama bagiku untuk mengontrol diri setelah kalimat itu meluncur. Entah dari mana hasrat ini muncul, namun ketika melihat matanya yang sayu dan bibir bawahnya yang dia gigit. Ingin sekali rasanya aku menggantikan giginya dengan gigiku bahkan bibirku. Menjapit bibir tebalnya yang menggoda.
"Mas.. geli" yuki menggeliat gelisah. "Nafas mas bikin geli ih"
Refleks aku menjauhi yuki, memalingkan wajahku yang sialnya memanas. Tanganku menggerak gerakan kerah kemeja guna menghasilkan angin. "Mas kepanasan ya? Ac nya nyala kok. Apa mau minum air dingin?"
"Boleh"
Yuki beranjak menuju kulkas, kesempatan itu aku gunakan untuk bernafas lega.
"Isyana?" Perempuan yang duduk di depan kafe menoleh "apa kabar?" Dia berdiri lalu tersenyum padaku. Senyumannya masih sama, manis. "Ayok masuk" berhubung kafe tengah ramai, aku membawanya ke ruangan. Begitu dia duduk, air matanya meleleh. "Kamu kenapa?"
Dia menggeser duduknya untuk memberiku tempat duduk. "Rio maafin aku"
"Iya, ada apa? Suami kamu mana?"
"Di jakarta, aku kabur"
Seketika aku tercengang "kenapa?"
"Dia mukulin aku yo, aku pengen cerai"
"Kenapa?"
Isyana menatapku takjub "kamu masih tanya kenapa? Dia mukulin aku yo ! Hampir setahun pernikahan dia selalu main tangan ! Kamu gila masih pertanyain kenapa?"
"Oke. Sekarang kamu mau bagaimana?"
"Bantu aku cariin tempat tinggal, temani aku ke pengadilan. Please.."
Kalau boleh jujur, aku rada enggan untuk membantunya. Namun saat pandangannya yang memohon, serta memar di sekitar wajahnya membuat aku tidak tega. Dan lagi, ada luka baru di lengannya. Seperti apa suami yang dulu kamu agung agungkan itu isyana? "Bentar, aku ambil p3k dulu"
Aku menarik lengan isyana, menekuk ke arah pundaknya "kamu kenapa bisa gini?"
"Jatuh pas dikejar suruhan vino"
Menuang alkohol ke kapas lalu menempel nempelkan pelan ke lukanya "Awh"
"Sakit ya?" Isyana mengangguk. Untuk mengurangi rasa sakitnya ku tiup pelan luka yang telah bersih. Lalu mengambil hansaplas.
"Iya. Kamu pelan pelan dong mas" tangannya bergerak gerak menghalau rasa perih.
"Mas udah pelan kok, kamunya jangan gerak gerak dong. Nggak pas kan jadinya" hansaplas yang aku arahkan ke lukanya melenceng beberapa centi.
"Sakit mas.. sss.. jangan dipaksa gitu nanti lecet"
Aku tertegun. Apa yang barusan aku lakukan? Kenapa aku seolah akrab kembali dengannya?
"Mas?" Dia memegang tanganku. "Kamu nggak apa apa?"
"Tolong, panggil rio saja" aku berdiri sebelum melangkah aku bertanya "mau minum apa?"
"Terserah kamu aja"
Pintu terbuka menampilkan ofar dengan cengirannya. "Sorry ganggu. Mau ngasih oleh oleh, biasa job sekalian tour"
"Nggak ganggu, ayo masuk sekalian aku buatin minum"
"Nggak usah, gue mau menghibur seseorang dulu. Bye yo, bye isyana" ofar melenggang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk !
RomanceMenikah adalah cara menyempurnakan agama. lalu pondasi menikah itu apa? apakah cinta termasuk pondasi utama menikah? lalu apa bisa menikah tanpa cinta? Begitulah pertanyaan yang berputar dalam benak Yukia tatkala sosok yang baru ia kenal menawarka...