Dulu aku yakin luka yang menganga akan kehilangan ajeng istriku akan tersembuhkan dengan sendirinya, namun keyakinan itu salah. Seiring berjalannya waktu, rindu yang menumpuk hanya mampu menoreh luka semakin dalam. Semilir angin kesepian menghasilkan perih yang jujur sulit aku terima.
Ajeng..
Haruskah aku terkapar sendiri? Haruskah aku terus menggumam namamu berharap kamu menjawab sapa ku?
Tidak.
Dalam sebuah kasus ada masalah pasti ada solusinya. Ada luka, ada obat untuk mengobatinya. Ada lubang, ada penambalnya. Dan aku yakin ada solusi untuk diri ini, aku hanya butuh sosok untuk memenuhi rongga yang berlubang dengan kehadirannya di sisiku
Aku hanya butuh sosok yang mampu mengobati luka ku yang menganga dengan kasih sayangnya.
Aku hanya butuh sosok yang mampu menaburiku dengan tawanya.Tapi siapa?
Hatiku hanya mampu mengingat satu orang, yukia faranisa. Sosok lucu yang kadang menggemaskan namun juga rapuh. Hanya melihatnya energi yang hilang karena bekerja seakan kembali terisi.
Aku gila?
Sepertinya, Ya. Aku merasa mulai terinfeksi penyakit gila. Rasa lelah setelah bergelut berjam jam dengan setumpuk pekerjaan membawaku ke tempat ini, pukul dua malam aku telah berada di depan rumahnya. Mengamati lekat lekat jendela kamarnya yang telah padam dari dalam mobilku. Tanpa sadar senyumku terbit begitu saja membayangkan yuki tertidur dengan mulut menganga.
Dari depan mobil melintas sosok berbaju hitam membawa sebuah tangga, dia masuk begitu gerbang terbuka. Berjalan mengendap endap menyusuri depan rumah hingga berakhir samping rumah, tepat di bawah jendala kamar yuki dia meletakan tangga tadi.
Aku segera keluar dari mobil dan berlari menyusul sosok hitam yang telah lenyap masuk ke dalam kamar yuki. Mengikuti langkahnya, aku menaiki anak tangga dan pemandangan yang aku benci terpapar di depan mata.
Yuki terpojok dan stefan hendak menciumnya. Tanganku siap menarik stefan namun terhenti saat stefan meninju dada yuki membuat yuki limbung ke kanan dan kepalanya terbentur kepala ranjang.
Emosiku membuncah.
"Bajingan !" Menarik dan melemparnya ke lantai, aku menindihinya. Tanpa segan aku pukul stefan dengan membabi buta membuat darah keluar dari sudut bibir dan pelipisnya.
Om naryo menarik ku ke sudut ruangan lalu membantu stefan duduk, sedangkan tante tina histeris melihat yuki.
Shit.
Aku melupakan keadaan yuki, tanpa pikir panjang aku menaiki ranjang. Yuki pingsan hanya menggunakan tanktop putih dan hotpans coklat yang sangat minim. Ku lepas jaket lalu memakaikannya ke yuki.
Setelah membenarkan posisi tidur yuki, aku duduk di sampingnya . Punggung tanganku mengelus pelipis yuki yang sedikit berdarah.
"Biar tante yang obatin"
Tante tina datang membawa peralatan p3k, aku mengangguk lalu keluar kamar mencari keberadaan stefan yang dibawa terlebih dulu oleh om naryo. Di ruang tamu aku menemukan mereka tengah duduk berhadapan terpisah oleh meja, raut wajah om naryo penuh dengan kebencian sedangkan stefan begitu tenang tanpa rasa salah sedikit pun.
Dengan langkah ringan aku menghampiri mereka, duduk di samping om naryo . "Jadi atas dasar apa kamu melakukan itu sama anak saya?"
"Saya nggak mau kehilangan kia om, saya mencintai kia "
Om naryo berdecih "kamu sadar apa yang udah kamu ucap?"
"Saya sadar om, tapi saya nggak terima kia jadi milik orang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk !
RomanceMenikah adalah cara menyempurnakan agama. lalu pondasi menikah itu apa? apakah cinta termasuk pondasi utama menikah? lalu apa bisa menikah tanpa cinta? Begitulah pertanyaan yang berputar dalam benak Yukia tatkala sosok yang baru ia kenal menawarka...