19

20.5K 1.2K 25
                                    

Abel dan Abi kini tengah menunggu antrian dimana mereka akan masuk untuk pemeriksaan.

Banyak ibu-ibu yang memandang mereka dengan tatapan sinis, namun mereka tak perduli sama sekali.

"Udah berapa bulan kandungannya, dek?" tanya seorang ibu.

"Sudah empat bulan dua minggu, bu!" balas Abel mencoba seramah mungkin, meskipun dia sangat risih.

"MBA, ya?" tanyanya lagi.

Abel hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Makannya dek, kalo pacaran jangan keterlaluan, kalo udah kaya gini'kan berabe,"

"Iya, bu. Terima kasih sarannya," balasnya dengan mencoba tetap tersenyum.

"Nyonya Abel Feranika?!"

Abel pun berdiri ketika mendengar namanya di sebut, di susul oleh Abi.

Mereka bedua pun memasuki ruangan.

"Silahkan berbaring di sini, kak!" ucap bu dokter ketika melihat Abel dan Abi masuk.

Abel pun menurut, kemudian berbaring di brankar. Sedangkan Abi dia hanya duduk sembari melihat apa yang di lakukan bu dokter pada Abel.

"Sudah berapa bulan kandungannya, kak?" tanya bu dokter sembari memeriksa keadaan kandungannya.

"Sudah empat bulan dua minggu, dok!"

Dokter tersebut mengangguk mengerti, "sudah pernah di periksa kandungannya?"

"Belum, dok," balasnya meringis pelan.

"Kenapa? Harusnya di cek sebulan sekali, supaya kita tau bagaimana perkembangan janinnya!"

Lagi-lagi Abel hanya bisa meringis malu, "belum ada waktu, dok," alibinya.

Bukan karena tidak ada waktu, namun siapa yang akan perduli dengannya? Bahkan suaminya pun tidak perduli sama sekali.

"Kita cek dulu berat badannya ya, kak!"

Abel mengangguk singkat kemudian turun dari beranker, kemudian dia naik ke timbangan.

"Sudah. Mari duduk di sini, kak!" ajak bu dokter dan di angguki oleh Abel.

Abel pun duduk di depan bu dokter di susul oleh Abi yang duduk di sebelahnya.

"Setelah saya memeriksa kandungan kakak, sepertinya ada sedikit masalah! Dari detak jantung janin pun berdetaknya sedikit lambat, berat badan kakak pun sangat sedikit untuk ukuran ibu hamil!"

Abel diam mencerna setiap perkataan dari dokter.

"Jadi istri saya harus bagaimana, dok?" tanya Abi yang sedari tadi diam menyimak.

Abel menengok ke arah Abi, hatinya tiba-tiba menghangat ketika mendengar kata 'istri saya' yang di ucapkan Abi.

Bu dokter tersenyum singkat, "saya sarankan untuk selalu meminum susu ibu hamil! Jaga pola makan, tidur jangan terlalu larut, dan jangan terlalu setres juga!"

Mereka berdua pun mengangguk mengerti.

"Ini saya buatkan resep vitamin, kalian bisa tebus di apotek!"

"Baik. Terima kasih, dok!" ucap Abel dengan mengambil kertas berisikan resep vitamin.

"Terima kasih, dok. Saya permisi," sambung Abi.

Dokter tersebut pun mengangguk singkat mempersilahkan mereka untuk keluar.

Mereka berdua pun berlalu untuk menebus vitamin dan juga membayar administrasi.

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang