"Oh Rudi, kau benar-benar menyukai buku."
Ketika aku berjalan-jalan sambil membawa buku, Zenith pun selalu tertawa saat melihatnya.
Mereka tidak pernah mengonel padaku, ataupun mengambil buku-bukuku.
Aku selalu menyelipkan buku di bawah ketiakku, bahkan saat makan. Namun, aku tidak pernah membaca buku sihir di depan keluargaku
Aku melakukannya bukan untuk menyembunyikan bakatku. Hanya saja, aku belum tahu bagaimana orang-orang memandang sihir di dunia ini.
Dalam duniaku sebelumnya, para penyihir dibasmi selama Abad Pertengahan.
Perapalan mantra selalu dianggap sebagai ajaran sesat, dan mereka pun dibakar hidup-hidup.
Ada buku-buku praktis yang membahas sihir di dunia ini, sehingga mungkin saja penggunaan sihir tidak dianggap sebagai suatu tindakan yang sesat, tapi tetap saja aku belum melihat pandangan orang lain secara keseluruhan.
Mungkin pemahaman umum adalah, sihir hanya dapat digunakan setelah seseorang menjadi dewasa.
Karena bagaimanapun juga, sihir adalah tindakan berbahaya yang akan menyebabkan penggunanya pingsan setelah kelelahan.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa sihir adalah suatu halangan bagi balita untuk tumbuh berkembang.
Dengan pemikiran sepertiitu, aku memutuskan untuk tetap merahasiakan sihir yang sedang kupelajari dari kedua orang tuaku.
Atau mungkin saja mereka sudah lama mengetahui rahasia ini, karena aku pernah menembakkan peluru sihir ke luar jendela.
Aku pun tak punya banyak pilihan. Pokoknya, aku ingin tahu seberapa cepat aku bisa menembakkan sihir.
Si Maid (sepertinya namanya adalah Lilia) sesekali menatapku dengan ekspresi khawatir di wajahnya, tapi sepertinya orang tuaku tidak terlalu mempermasalahkannya, jadi kupikir itu baik-baik saja.
Jika aku berhenti di sini, apa boleh buat, tapi aku tidak ingin kehilangan masa pertumbuhanku.
Bakat akan meredup ketika seseorang mencegah pertumbuhannya.
Aku harus memanfaatkan periode ini sebaik-baiknya
Namun, aku harus terus merahasiakan latihan sihir ini sampai akhir.
Pada suatu sore hari tertentu.
Kapasitas Mana-ku telah tumbuh cukup baik, jadi aku mulai mencoba beberapa mantra level menengah. Aku ingin coba-coba menembakkan meriam air.
Ukuran: 1, Kecepatan: 0.
Seperti biasa, aku ingin melakukannya hanya untuk mengisi air pada tong.
Aku mengira bahwa, aku bisa mengisi tong itu sampai penuh, bahkan sampai meluber.
Tapi tiba-tiba, sejumlah besar air dilepaskan, menabrak tembok, sehingga membuat lubang besar di sana.
Karena seketika terkejut, aku pun tidak sanggup melakukan apa-apa.
Sebuah lubang menganga di dinding adalah bukti jelas bahwa aku telah belajar menembakkan sihir.
Dan aku pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyembunyikannya.
Aku menyerah seketika.
"Apa yang terjadi!? Whoa ........ "
Yang pertama datang menghampiriku adalah si ayah, Paul.
Kemudian, dia menatap dinding dengan mulut ternganga.
"Tunggu....hei, apa .......... Rudi, kamu baik-baik saja ......?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushoku Tensei: Jobless Reincarnation
FantasyPria 34 tahun, yang mengurung diri di kamarnya dan menghabiskan waktu dengan bermain game dan berselancar di internet, mengalami kecelakaan lalu lintas pada hari tertentu dan meninggal... tetapi segera bereinkarnasi sebagai bayi di dunia pedang dan...