Vol 1 - Episode 11

19 1 0
                                    

Sudah satu bulan semenjak aku mengatakan kepada Paul bahwa aku ingin bekerja.

Hari ini, Paul menerima surat.

Aku merasa bahwa jawabannya akan segera disampaikan padaku, lantas akupun mempersiapkan diri.

Kemungkinan besar, aku akan segera mendengarkan jawabannya setelah pelatihan pedang, setelah makan siang, atau mungkin setelah makan malam.

Sembari berpikir tentang itu, aku terus melatih teknik pedang dengan sungguh-sungguh.

Seraya kulanjutkan berlatih pedang, Paul pun berkata:

“Rudi, aku ingin menanyakan sesuatu.”

“Apa itu, ayah?”

Aku mendengarkan Paul dengan hati-hati, dan ekspresi tegang.

Bagaimanapun juga, ini adalah pekerjaan pertama yang akan kuperoleh. Pekerjaan pertama semenjak hidup di dunia ini, dan juga duniaku yang lalu.

Aku harus bekerja keras.

“Kau ...... Ah. Jika aku ingin kau berpisah dengan Sylphy, maka apa pendapatmu?”

“Hah? Tentu saja aku menolaknya.”

“Benar juga.”

“Ada apa sebenarnya?”

“Tidak, tidak ada apa-apa. Meskipun aku mengatakan alasannya, kau pasti akan menyanggahnya dengan mudah bagaikan merubah putih menjadi hitam.”

Ia langsung saja beralasan seperti itu.

Paul benar-benar sudah berubah.

Walaupun aku masih seorang pemula, aku bisa merasakan aura haus darah yang memancar dari ksatria ini.

“Eh !?”

“....... !!”

Paul mengambil langkah maju dengan aura penuh tekanan.

Kematian.

Kata ini berkelebat di pikiranku.

Aku secara naluriah menggunakan semua sihirku untuk menyerang Paul.

Ledakan angin tercipta di sekitar Paul, aku membuatnya dengan memadukan sihir angin dan api.

Aku melompat mundur, terdorong oleh hembusan angin panas itu.

Aku telah mensimulasikan ini berkali-kali.

Karena lawannya adalah Paul, tidak ada kesempatan untuk menang jika aku tidak menjauh darinya.

Meskipun ledakan angin juga memberikan dampak padaku, aku masih bisa memperlebar jarak dengan lawanku.

Tapi Paul tidak memperhatikan itu, dan terus maju seakan-akan tidak terhambat sama sekali.

(Ternyata sihirku sama sekali tidak efektif!!)

Meskipun aku sudah menduganya, aku masih merasakan hawa dingin yang mengalir di tengkukku.

Aku perlu mengambil langkah berikutnya untuk menghindar.

Mustahil aku bisa mundur ke belakang, karena musuh melesat dengan cepat.

Aku secara naluriah memikirkan itu. Aku membuat gelombang kejut untuk melesatkan tubuhku ke samping.

Dengan kekuatan gelombang kejut, tubuhku pun terpental ke samping.

Suara angin yang terpotong mengusik telingaku, dan keringat dingin pun membanjiri tubuhku.

Aku melihat Paul mengayunkan pedang pada titik dimana kepalaku barusan berada.

Mushoku Tensei: Jobless Reincarnation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang