Vol 3 - Episode 1

18 0 0
                                    

Aku bermimpi.

Di dalam mimpiku aku tengah menggendong Eris dan terbang bersamanya.

Sekalipun kesadaranku sedang kabur, kenapa aku mendapat perasaan kalau aku memang sedang terbang?

Pemandangan yang ada di hadapanku terus berubah dengan kecepatan yang mengerikan.

Layaknya kecepatan suara atau kecepatan cahaya, terbang ke atas dan ke bawah dengan tidak beraturan.

Aku tidak mengerti kenapa kami bisa berada dalam situasi seperti ini.

Aku hanya yakin kalau aku tidak berhati-hati, ah, tidak, sekalipun aku sangat berhati-hati kecepatanku akan tetap lenyap, dan aku akan jatuh.

Aku terus berusaha untuk fokus mencari tempat mendarat yang aman di dalam pemandangan yang tidak kunjung berhenti berubah seperti ini.

Sekalipun kau bertanya kenapa, aku sendiri juga tidak tahu.

Aku hanya merasa akan mati kalau aku tidak melakukan itu.

Tapi aku bergerak terlalu cepat, pemandangan di hadapanku berubah lebih cepat sebelum mataku dapat beradaptasi dengannya, nyaris seperti putaran slot machine.

Aku terus berkonsentrasi dan mengalirkan Mana ke dalam tubuhku.

Dan kemudian, untuk sesaat, kecepatanku menurun.

Ini gawat, aku akan jatuh.

Saat aku memikirkan itu, aku melihat ada tanah. Tanah itu memiliki permukaan yang rata.

Gawat jika aku jatuh di laut, jatuh di gunung juga gawat, begitu pula di hutan, tapi kalau di tanah yang rata....

Saat harapanku meningkat, tubuhku mulai turun.

Aku berhasil mengurangi kecepatan jatuhku dan mendarat di tanah yang berwarna merah kecoklatan.

Sesaat kemudian, kesadaranku terputus.

Saat kedua mataku terbuka, aku menyadari bahwa diriku sedang berada di dunia yang benar-benar berwarna putih.

Tidak ada apa-apa di dunia ini, dan aku segera menyadari kalau ini adalah mimpi.

Sebuah mimpi yang nyata atau sesuatu semacamnya.

Dan tubuhku benar-benar terasa berat.

"…....Eh?"

Aku melihat ke bawah pada tubuhku, kemudian aku merasa takut.

Itu adalah tubuh berusia 34 tahun yang biasa aku lihat pada kehidupan sebelumnya.

Dan pada waktu yang sama, aku mengingat memoriku di masa lalu.

Penyesalan, perselisihan, kebodohan, dan pemikiranku yang naif.

Saat aku berpikir bahwa 10 tahun yang kulalui ini terasa bagai mimpi, kesedihan yang ada di dalam hatiku tumbuh semakin besar.

Aku telah kembali.

Aku secara intuitif menyadari hal itu.

Dan aku menerima fakta tersebut dengan begitu mudahnya.

Itu memang sebuah mimpi.

Sekalipun itu adalah mimpi yang begitu panjang, aku tetap merasa bahagia.

Lahir dalam keluarga yang hangat dan penyayang, bersama dengan gadis manis selama 10 tahun.

Meski begitu, aku tetap ingin menikmatinya lebih lama.

Aku mengerti.

Semuanya sudah berakhir.......

Mushoku Tensei: Jobless Reincarnation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang