27

1.3K 174 16
                                    

"J-jungkookie.."

Getar langkahnya membawa ia pada seseorang yang ia rindukan setengah mati. Netra gelap keduanya beradu, bertemu dalam satu titik yang membawa seribu luka lama. Mengurai sesal yang begitu menyiksa, ingin berlari lalu merengkuhnya, namun ucapannya sedetik lalu masih terngiang apik ditelinganya.

"Aku ingin hidup bersamamu, Seokjinie hyung."

Hampir saja Yoongi kehilangan seluruh akal sehatnya, menantang Tuhan atas ketidakadilan yang ia dapatkan. Tak bisakah ia kembali mendapatkan kebahagiaan? Begitu sulitkah membuat mereka bersama sebagaimana mestinya? Bahkan setelah seribu luka menghancurkan dunianya, tak bisakah ia mendapatkan apa yang ia dambakan? 

Apakah menyelamatkan setitik kewarasan adalah kesalahanku? Lantas, apa yang harus ku lakukan? Bertahan dengan segala luka yang membuatku gila? Sesak, garis takdirku begitu menyesakkan.

Langkah itu semakin dekat, dengan bulir mata yang siap jatuh dalam satu kedipan, menyakitkan. Hatinya diinjak keras, seluruh saraf tubuhnya tersiksa melihat Jungkook yang menatapnya dengan mata berkaca. "H-hyung.."

Satu langkah, dan Yoongi ambruk tepat di hadapannya. Memeluk sisa tubuh Jungkook yang masih tergapai, menangis tersedu, memohon pada semesta untuk mengasihaninya, untuk kali ini saja. "Maafkan hyung, maaf.. Tolong beri hyung kesempatan," ujar nya benar-benar putus asa. "Jungkook, tolong.." Tangisnya tak lagi bisa dibendung, membiarkan Jungkook ikut luruh bersamanya sekedar menarik tubuh ringkihnya begitu halus. "Bangun hyung, tolong jangan begini.."

Hatinya sakit, jiwanya kembali terkoyak melihat seseorang yang dulu begitu dicintainya tak berdaya seperti ini. Ia kira hatinya telah mati untuk seseorang yang kini begitu dibencinya, namun ia salah. Jantungnya kembali berdenyut membawa seribu cinta yang sempat terlupa. 

"Kook, apa yang harus hyung lakukan?" Isaknya menyedihkan. "Ini menyakitkan.."

Jungkook berpaling, membuang tangis yang lama bertumpuk, merasa begitu sesak sebab tiga bulan ia telah berjuang menata kembali dirinya dan hanya dalam satu detik Yoongi mampu mengoyak habis kewarasannya.

"Hyung menyesal.. h-hyung menyesal telah meninggalkanmu malam itu.. Hyung menyesal telah menyerah padamu malam itu. Kumohon kembalilah, hyung membutuhkanmu."

Jungkook tiba-tiba ingin tertawa, bingung harus menyalahkan siapa. Haruskah ia menyalahkan Tuhan yang telah menggariskan takdir buruk untuk hidupnya? Atau pada Yoongi yang kala itu menyerah atas dirinya? Atau juga pada dirinya yang tak bisa menerima semuanya lebih awal? Kenapa Yoongi harus kembali setelah ia berhasil menata kembali hidupnya? Memuakkan.

Menghempas segala tangis yang begitu melelahkan, Jungkook menarik Yoongi untuk duduk di samping ranjang, menatapnya lelah. "Kali ini apa lagi? Bukankah selama ini kau baik-baik saja tanpaku?" Lirihnya begitu menyesakkan, menggali lagi luka yang setengah mati ia kubur begitu dalam. "Apa lagi hyung? Tolong, berhenti menyiksaku seperti ini.. Kau telah bahagia bersama mereka, kini apalagi?"

Jakunnya bergerak gusar, menahan sesak yang menyerang kala Jungkook sibuk menahan tangisnya, bicara dengan tatap menyedihkan, mencoba tak membuka luka namun lagi-lagi ia gagal total. Meski bergetar, Yoongi mengenggam jemari Jungkook begitu erat. "Meningalkanmu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Kumohon, jangan biarkan aku membuat kesalahan baru dengan melepasmu kembali. Jungkook, tolong.. Beri hyung kesempatan untuk menyelamatkan kita," ucapnya seraya menatap Jungkook begitu dalam, berusaha menyampaikan seribu harap yang ia simpan seorang diri.

Tiba-tiba Jungkook berpaling. "Menyelamatkan kita? Maksudmu menyelamatkan perasaan mu atas rasa bersalah telah menelantarkanku bertahun-tahun, begitu?" Hardiknya penuh kecewa. "Kemana saja kau selama ini? Hidup bahagia bersama mereka, lalu apa yang membuatmu ingin membawa ku kembali? Karena rasa bersalahmu itu? Kalau hanya ingin mengasihani, tak perlu. Kalau kau saja bisa bahagia dengan keluarga barumu, aku pun akan menciptakan kebahagiaan itu dengan keluarga baruku," ucapnya dengan perasaan kacau.

Bahunya bergetar, Yoongi menangis tanpa suara, begitu lelah tapi ia tak ingin menyerah begitu saja. Wajar, apa yang Jungkook lakukan saat ini masuk akal. Manusia mana yang akan menerimanya dengan mudah setelah seribu luka yang selama ini ia torehkan.

"Ini juga sulit untukku," lirihnya. Netra nya mengunci tatap Jungkook, membiarkan air mata melintasi pipi pucatnya. "Meninggalkan orang-orang tercinta demi menyelamatkan setitik jiwa yang masih tersisa, semua ini terlalu berat untukku. Kau adalah sumber kebahagiaanku, Ibu dan Ayah juga. Tapi takdir baik tak pernah berjalan untukku. Ibu dan Ayah hanya mencintaimu, dan aku terbuang dalam lingkar yang aku dambakan."

Yoongi memutus pandangan sesaat, sekedar mengumpulkan kekuatan untuk mengungkap hal yang begitu menyiksa. "Malam itu aku tak lagi bisa bertahan, sekedar menetap saja aku sudah tak bisa. Ayah mengusirku dan Ibu tak pernah ada untukku. Kau, hanya satu-satunya harapanku. Malam itu aku ingin memelukmu, berbagi luka yang sibuk ku pendam sendiri. Aku ingin menangis bersamamu, mengatakan bahwa semua terlalu berat untukku. T-tapi, kau terlalu kecil untuk mengerti segalanya. Tekanan itu terlalu kuat dan aku tak lagi mampu memikulnya seorang diri."

Ingatannya terlempar pada masa itu, masa paling menyakitkan dalam hidupnya. "A-aku, hampir menyerah malam itu. Menyerah pada hidupku yang begitu menyedihkan, mengemis cinta pada orang yang tak bisa mencintaiku. Lalu mereka hadir, bukan sebagai penggantimu, tapi sebagai penghibur untukku. Sebab, kehadiran mereka tak mampu membuatku melupakanmu."

"Enam tahun aku hidup dalam asumsiku, bertahan sebab berfikir kau hidup dengan bahagia bersama Ibu dan Ayah, menjadi kekuatan meski sebatas bayang di ujung kewarasanku. Kau selalu menjadi sumber kekuatanku, untuk tak lagi mencoba menyerah, untuk menjalani hidup lebih baik, untuk menerima segala takdir yang Tuhan gariskan."

Detik selanjutnya, air matanya kembali terjatuh. "Lalu semua hancur saat aku mengetahui bagaimana hidupmu. Jungkookie, adik kecilku menyimpan seribu luka karena ku. Bertahan seorang diri padahal aku--orang yang paling mencintaimu ada disini. Hatiku hancur, dunia ku runtuh."

Jungkook bergetar ditempat nya berpijak, kilas hari-hari menyeramkan tanpa Yoongi kembali menyapa, membayangkan betapa kacau hidup mereka kala itu membuat air matanya kembali berhambur. "H-hyung.."

Yoongi mendekat, memberi pelukan hangat. "Rasa sakit itu, ingin ku perbaiki. Enam tahun kita, ingin ku ganti. Jungkook, maaf telah menjadi kakak yang begitu buruk untukmu."

Dan Jungkook total menangis mendengar segala penjelasan langsung dari labium sang kakak tercinta, yang begitu ia rindukan meski telah menebar banyak luka. Tapi Yoongi tetaplah Yoongi, berapapun banyak luka yang ia berikan, bagi Jungkook kehadirannya akan selalu menjadi penawar rasa sakitnya.

"Kesalahanku memang tak mudah di maafkan, tapi aku ingin kau mengerti.. Aku melakukannya bukan karena ingin. Saat ini Tuhan memberi kesempatan untuk kita, kembali bersama atau memilih pergi adalah keputusan kita selanjutnya. Ingin tetap tersiksa atau kembali menyecap bahagia juga pilihan kita. Dan hyung, ingin memperbaiki segalanya dengan mu. Untuk kembali merasakan kebahagiaan yang utuh."

"Ibu dan Ayah telah tiada, tak ada yang bisa ku perbaiki antara aku dengan mereka. Tapi kau masih disini, tepat dihadapanku. Berapa banyak malam yang telah ku lalui demi melihatmu tepat di hadapanku? Memelukmu sebanyak yang ku mau? Dan menjadi kakak yang di damba adiknya. Tolong beri hyung kesempatan.."

Akhirnya Jungkook mengangkat pandangan, meremas jemarinya. "Hari itu, saat kau memperkenalkan dirimu sebagai kakak Jimin alih-alih memelukku, apa alasanmu?" Satu pertanyaan yang begitu mengusik harinya kini terlontar, memotong segala penjelasan sang kakak untuknya. Menatapnya dengan sorot tak terbaca. 

Dan Yoongi, total membisu untuk beberapa detik kedepan.

Tolong jangan buat aku kecewa dengan jawabanmu, hyung. Jika kau menjawab dengan benar, mari perbaiki segalanya.

***

Ini belum berakhir gaes, hehehe. Silakan tebak kemana akhir cerita ini bermuara!

See ya!

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang