epilog

1.7K 172 24
                                    

Secuil epilog dari aku untuk kalian, semoga memuaskan ^^

***

Gelap.

Tepat saat pintu itu terbuka dan tak ada setitik cahaya yang menyambut, langkahnya terhenti mencerna situasi. Sedikit terkejut sebab tujuh tahun ia bermalam di rumah hangat ini tak pernah sekalipun Ibu atau Jimin membiarkan rumah dalam keadaan gelap. Mereka membenci kegelapan dan Yoongi orang asing yang tahu betul fakta itu.

"Bu?"

"Jiminie?"

Satu langkah ia ambil, entah untuk alasan apa jantungnya berdebar anomali, keringat mendominasi tangan pucatnya. Ia bukan penakut, sungguh. Tapi bayangan menyeramkan terus berputar menganggu akal sehatnya. Semua baik-baik saja kan? Pembunuhan, pencurian, serentet hal buruk yang mungkin terjadi membuatnya dengan refleks mengambil tongkat bisbol favorit Jimin didekat pintu. Telapak kakinya menyentuh lantai terlalu halus, nyaris tak terdengar.

Sial, demi Tuhan Yoongi mengutuk dirinya yang pulang terlambat hanya karena project tambahan. Jika terjadi hal buruk, ia orang pertama yang akan menghukum dirinya sendiri. Ibu dan Jimin bagai harta yang secara tiba-tiba Tuhan beri sebab terlalu iba padanya. Tak mungkin ia sia-siakan apalagi sengsarakan.

Semakin masuk, semakin mengetat rahangnya. Pegangan kuat ia berikan pada tongkat bisbol, mengambil pose siap memukul takut-takut sesuatu mengejutkannya. Jantungnya berhenti berdetak untuk satu detik saat suara aneh tertangkap rungunya. Matanya menajam, pun dengan pendengaran yang semakin menajam. Seketika ia mendekat pada saklar lampu, ia butuh pencahayaan secepatnya, sumpah.

Saat tangan kosongnya hendak menyentuh saklar, cahaya terang menusuk matanya bersamaan dengan ledakan confetti yang mampu membuat nyawanya hampir melayang sia-sia.

DUARR!!

Saengil chukka hamnida! Saengil chukka hamnida!

Saranghaneun uri-Yoongi, saengil chukka hamnida!

Yoongi total membisu dengan posisi memalukannya, masih setia dengan tongkat bisbol dihiasi wajah out of space miliknya. Jantungnya masih berdebar kacau, tapi pemandangan dihadapannya telak membuat bola matanya berair.

Orang-orang yang dicintainya mendekat, dengan formasi yang begitu indah dilihat. Senyum mereka menarik Yoongi untuk ikut tersenyum meski hidung merah menganggu penampilannya. Lagu 'selamat ulang tahun' masih mereka lantunkan, dengan variasi suara yang membuat suasana menjadi luar biasa hidup.

Saranghaneun uri-Yoongi, bahagia selamanya~

Jungkook berada disana, tepat di tengah membawa kue kumamon—karakter favoritnya semasa kecil, tersenyum lebar dengan mata serupa sabit. Disamping kanan ada Ibu yang tersenyum tulus dan dua orang di kiri Jungkook membawa popper confetti lengkap dengan tawa jahil menyebalkan ala mereka—si Jimin dan Seokjin.

Tongkat bisbol jatuh menghasilkan suara yang cukup dramatis, air matanya jatuh tanpa ia kehendaki, perasaannya tiba-tiba penuh, terisi oleh cinta yang terpancar dari orang-orang dihadapannya. Ia begitu terpana menerima kejutan yang tak disangka-sangka, bahkan Yoongi tak mengingat hari ini hari ulang tahunnya, for sure.

"Hyung, kita berdo'a sebelum tiup lilin," ucap Jimin girang. Segera menyatukan dua tangannya seraya menutup mata, diikuti oleh Ibu, Seokjin dan Jungkook setelahnya, sedangkan Yoongi sama sekali tak bisa memejamkan mata, terlalu takut semua akan menghilang didetik ia membuka mata. Tatapnya memindai satu persatu wajah khusyuk mereka, tersenyum simpul melihat gumam tak kasat mata. Lalu ia berdoa begitu tulus pada sang Pencipta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang