24 - Aku tidak mau berbagi

2.1K 340 115
                                    

Siapa yang nunggu cerita inii? Enjoy ya! Jangan lupa tinggalkan jejak ^^

***

Matanya berpendar menembus langit malam, menanti waktu yang tiba-tiba berjalan begitu lambat. Kakinya bergerak gusar, dengan tangan yang meremas ponsel bisunya berulang. Sekali lagi Jimin membuka kunci ponsel, tak ada satu pun notifikasi yang muncul dibalik layar, menciptakan desah kecewa entah untuk yang keberapa kalinya di hari ini.

Hari sudah semakin malam, namun Yoongi tak kunjung datang atau sekedar memberi kabar. Jimin marah, sepenting apa keperluan orang asing itu hingga untuk membalas pesannya saja tak bisa Yoongi lakukan.

Hingga deru mobil merebut atensinya. Sosok pria yang di tunggunya telah kembali, membawa mata sembab dan segumpal bibir kering. Jimin sontak berdiri, tiba-tiba merasa sakit entah untuk alasan apa, kekhawatirannya semakin berkembang, cairan tipis terpancar begitu jelas dari netranya. "Hyung!" Teriaknya seraya berlari kencang, mendekap Yoongi erat saat tiba dihadapannya.

"Hyung.. kenapa? Kami khawatir.. kau pergi begitu lama dan tak sedikitpun memberi kabar. Ada apa dengan wajah mu? Mengapa kau menangis? Sesuatu terjadi?" rentetan pertanyaan itu tak sedikitpun mewakili isi kepala Jimin yang ribut, berlomba menyuarakan segala keresahannya setelah sembilan jam di tinggalkan Yoongi.

Yoongi melepas pelukannya, meski sulit berusaha tetap memberi afeksi—mengacak surai Jimin seraya mengambil langkah. "Hyung, baik-baik saja. Kita bicara nanti ya? Hyung sedikit lelah," pinta Yoongi mengabaikan Jimin yang telah menunggunya sekian lama, mematahkan harapan Jimin yang akan mendapat penjelasan logis atas janji yang di ingkarinya.

Hatinya tercubit, luar biasa sakit. Jimin mengerjap bingung, dadanya bergelenyar aneh, entah mengapa ucapan Yoongi terasa begitu menyakitkan untuknya.

"H-hyung.. tapi aku sudah menunggumu," lirihnya hendak meraih lengan pucat Yoongi, namun Yoongi mengelak halus yang sayangnya tertangkap jelas oleh netra Jimin, menimbulkan sengatan asing disekujur tubuhnya.

"Jimin, hyung perlu waktu sendiri, oke?"

Jakunnya bergerak gusar, dengan bola mata terlapis cair bening yang terlihat kentara, memaksa senyumnya berkembang meski hatinya merasa pedih luar biasa. "Aku hanya ingin tahu apa yang di lakukan orang asing itu hingga membuat mu menangis dan pulang selarut ini hyung," ucap Jimin bergetar.

"Aku baik-baik saja," timpal Yoongi meyakinkan.

Jimin menggeleng. "Tidak hy-" belum sempat menuntaskan ucapannya, Yoongi memotong. "Aku akan baik-baik saja jika kau bisa sedikit mengerti, Jimin. Saat ini yang ku butuhkan waktu untuk menetralkan perasaan hyung. Tolong.." pintanya sedikit frustasi.

Jimin menggigit bibirnya kuat, tak peduli saat darah segar tercecap indera perasanya. Lalu mengangguk kaku. "A-ah, selamat istrahat hyung."

Yoongi masuk tanpa menoleh, total mengabaikan air mata Jimin yang jatuh berhamburan, merasa di abaikan. Selama enam tahun bersamanya, ini kali pertama Yoongi berhasil mengacaukan perasaan Jimin.

Setelah menghirup napas pajang, melerai luka yang tiba-tiba tercipta, Jimin melangkahkan kakinya, mengabaikan Yoongi yang sedang berbicara serius dengan Ibu. Tangannya sibuk merapikan seluruh barangnya, berniat untuk pulang ke asrama tak peduli sudah segelap apa langit malam.

"Apa yang terjadi?"

Samar, hembus napas Yoongi bergetar, mencoba merangkai kata ditengah pikirannya yang kacau. "J-jungkook.." lirihnya.

Saat nama itu terlontar, pergerakan tangannya terhenti, Jimin tertawa pahit. Jungkook? Yoongi hyung melupakan janjinya lagi karena Jungkook. Ck, setelah menyakiti Yoongi hyung, kini ia kembali. Tidak tahu malu!

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang