15 - Teman cerita

2.7K 340 26
                                    

Derap langkahnya menggema disepanjang koridor istana—begitu luas nan hampa, tak sedikitpun ada kehangatan.

"Tolong temani Jungkook, ajak ia bicara, ya? Maaf merepotkan, Ibu hanya mengetahui Yugyeom. Saat ini Jungkook sedang kurang sehat," ujar sang Ibu sepanjang perjalanan menuju kamar Jungkook.

Tiga bulan memang telah berlalu, waktu yang cukup banyak untuk membuat kondisi keluarga ini kembali utuh. Tapi utuh tak lagi pantas disandang keluarganya, sebab salah satu anggota telah sirna, terbuang hanya karena ego semata. Maka Jungkook bersumpah, rela menjadi durhaka hingga Ibu dan Ayah mengembalikan Yoonginya, kakaknya, semestanya.

Yugyeom mengangguk kikuk. "Iya, bu. Aku akan menemani Jungkook hari ini," ucapnya tepat di depan kamar Jungkook.

"Jungkook, temanmu datang. Yugyeom ingin bertemu denganmu," ucap sang Ibu diselingi ketukan-ketukan kecil. Tak ada sedikitpun sahutan, seperti tak ada kehidupan. Pintunya tertutup rapat, tak memberi secuilpun akses untuk orang-orang yang dibencinya.

Dengan canggung Yugyeom berujar. "Maaf, bisakah kau percayakan ini padaku? Aku akan menemuinya."

Mengerti, wanita itu melangkah mundur, memberi ruang untuk Yugyeom dan Jungkook, meredam sesak yang kembali membelenggu. Jungkook masih membenciku.

Hanya dari tatapnya, Yugyeom bisa melihat luka itu, menghantarkan friksi menyakitkan bahkan untuk orang asing sepertinya. "B-baiklah, tolong bujuk ia untuk makan, ibu akan menyiapkannya." Anggukan Yugyeom berikan sebagai balasan. Tepat setelah sang Ibu pergi, Yugyeom mencoba peruntungannya. "Jung.. Ini aku. Buka pintunya!"

Dua detik berlalu, Jungkook tak menjawabnya. "Buka bodoh, kau tak mungkin membiarkanku menjadi lumut yang akan mengotori rumah mu, bukan? Cepat aku pegal, tak mungkin juga pulang!" cerocosnya kesal.

"Hitungan ketiga, kau masih didalam sana, kau akan menyesal, Jung!" Desah kasarnya terdengar kesal. "Satu. Dua—"

Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok rapuh Jungkook dengan kantung mata yang menakutkan, terbalut duka yang begitu mendalam, membuat Yugyeom nyaris berteriak kencang. "Hya! Kau kenapa?!"

"Tak usah drama, cepat masuk atau kau kutendang dari sini," jawabnya dingin membuat Yugyeom bungkam total. Kepribadian Jungkook berubah total, mana Jungkook manisnya yang sering merajuk?

Yugyeom masuk ke dalam kamar tanpa berniat melempar canda, situasinya benar-benar tak nyaman. Perasaan duka yang dirasakan Jungkook seolah menguar ke seluruh penjuru kamar. Potongan-potongan fakta terasa berkumpul di kepala Yugyeom, tentang Ibu Jungkook yang tiba-tiba menghubunginya, tentang kakak Jungkook yang tiba-tiba mendatanginya dan kilasan cerita Jungkook tentang kakaknya. Syukurlah ia memutuskan untuk datang sendiri ketimbang membawa komplotannya.

"Kau baik-baik saja, Jung?" tanya nya khawatir, melempar tasnya ke atas kasur dan menarik Jungkook untuk menghadap padanya.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?" tatapnya. Jungkook melepas genggaman Yugyeom, lalu menjatuhkan tubuhnya begitu saja, menatap langit-langit kamar dan air mata kembali bersatu untuk melebur bersama lukanya.

"Ingin cerita?" tanyanya singkat, sebab Jungkook jika tak ingin bercerita tak akan pernah bercerita, Yugyeom terlalu mengenalnya. Ia akan bercerita jika ia memang ingin, memaksa tentu tak akan ada gunanya.

Getar napas satu-satunya hal yang ia dengar, terasa begitu berat hingga Yugyeom mendekat dan memberinya kekuatan dengan tepukan pelan pada bahu ringkihnya. "Jika berat, aku bisa menunggu."

"Yoongi hyung pergi," ujarnya dengan suara bergetar, menahan sesak yang menghimpit dada, menahan air mata agar tak kembali menyapa. Lelah, ia menangis terlalu banyak sejak kepergiannya.

"Apakah ini akhirnya? Ibu dan Ayah sudah keterlaluan pada Yoongi hyung, tanpa aku tahu alasannya. Yoongi hyung meninggalkan ku Gyeom.. Aku sudah mencarinya dan keberadaannya tak bisa kutemukan dimanapun. Sudah tiga bulan, bagaimana jika hal buruk terjadi pada kakakku? Gyeom.. aku ingin bertemu dengannya." Tangis Jungkook pecah, isaknya menambah kekacauan pada jantung Yugyeom yang hampir saja berhemti berdetak.

Aku bertemu dengannya, Jung. Aku bertemu dengan hyungmu, beberapa saat lalu. Dan aku harus menyembunyikannya dari mu. Bagaimana bisa? Apa yang harus kulakukan?

"Semua akan baik-baik saja, kakakmu pasti kembali, Jung," lirih Yugyeom pada akhirnya.

"Dan jika tidak?"

Tatapnya menghunus jiwa bersalah Yugyeom, menghantarkan pilu yang begitu menyakitkan.

Jungkook menatap recorder putih Yoongi dengan tatapan nanar. "Jika kau mendengar seluruh isi cerita dari sini, ucapanmu tadi terdengar mustahil, Gyeom."

Air mata nya kembali jatuh membelai pipinya begitu lembut. "Kenapa aku tak bisa menjadi adik yang baik untuknya? Gyeom.. bahkan kau tahu hal terkecil dari kakakmu, tapi aku tidak.. Yoongi hyung tak pernah bercerita apapun padaku, Yoongi hyung sudah banyak merasa sakit. Yoongi hyung bilang, ia tak mau bersama dengan keluarga ini. B-bagaimana? Aku harus bagaimana?"

Yugyeom menarik Jungkook dalam pelukannya, membagi detak anomali miliknya akibat menyembunyikan hal gila dari sahabatnya. "Semua akan baik-baik saja, aku pasti akan membantumu. Jangan menangis terlalu banyak, kau akan sakit Jung. Jika kau ingin bertemu dengannya, bukankah kau harus bangkit dan berjuang untuk mencarinya? Aku akan membantumu, pasti. Ayo kita cari bersama."

Tawanya tiba-tiba menggema, mengabaikan tangisnya yang kian menderas. "Mencarinya? Kau pikir tiga bulan ini aku diam saja? Aku mencarinya, setiap saat, disetiap tempat. Tak ada, Yoongi hyung tak ada. Dan mungkin tak akan pernah ada."

Maafkan aku Jung.

**

Yugyeom kini sedang sibuk dengan ponsel pintarnya, meminjam kamar mandi sebagai tempat persembunyiannya. Getaran demi getaran terus bersahutan, bertarung dengan detak jantungnya yang kian berdebar.

Yoongi Hyung : Yugyeom? Bagaimana keadaan Jungkook?

Yugyeom : Jungkook tidak baik-baik saja, hyung. Ia menangis sangat banyak.

Yoongi Hyung : Tolong beri aku kabar jika Jungkook akan pergi keluar.

Yugyeom : Apakah hyung akan menemuinya?

Yoongi Hyung : Aku ingin melihatnya..

Yugyeom : Tapi Jungkook membutuhkan mu, hyung..

Bukankah kau tidak boleh seperti itu hyung? Aku merasa menjadi orang jahat karena tak memberitahu keberadaanmu pada Jungkook. Aku tak ingin menjadi pengkhianat.

Yoongi Hyung: Banyak yang harus kupersiapkan untuk membawa Jungkook bersama denganku. Sampai saat itu tiba, tolong jaga Jungkook untukku.

Aku pasti akan kembali membawa Jungkook. Jangan khawatir.

--

Tunggu hyung, tunggu sebentar. Hyung pasti kembali, membawamu pergi bersamaku. []

***

Aloha, lama tidak menyapa! 

Aku sedang berusaha rutin repub answer, hal yang sedikit menyulitkan disini adalah aku merevisi banyak hal. Jadi teramat sangat membutuhkan waktu untuk update. Semoga kalian suka dan rela menunggu ya!

Mm, kalau Answer aku jadikan Novel, menurut kalian kira-kira kapan ya waktu yang tepat?

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang