01 - Harapan

9.1K 568 82
                                    

"Jungkookie.. Kemari sayang, waktunya sarapan!"

Mata kecil yang tertutup damai akhirnya terbuka. Pagi yang sama di hari yang berbeda. Suara lembut itu membangunkannya lagi. Malam berganti pagi, harapan yang semalam dirapalkannya kembali tak terjawab. Dalam kecanggungan pria pucat itu sedikit berharap suatu saat nanti namanya yang terucap. Mungkinkah?

"Whaaa.. Ibu memasak apa? Wangi sekali~"

"Makanan kesukaanmu. Kemari, kau akan terlambat jika tak segera menyantap sarapanmu."

"Bagaimana sekolah mu, boy? Semua baik-baik saja?"

"Semua baik, ayah! Sangat baik! Jangan khawatir, aku akan selalu membanggakan mu!"

"Anak hebat Ayah. Ayah menyiapkan hadiah untukmu, pulang dengan cepat karena Ayah tak mau menunggu, mengerti?"

Percakapan mereka samar menembus lantai atas, mengolok seseorang yang sedang bergelut dengan kucuran air dingin. Kulit pucat nya semakin memucat karena guyuran air yang berlebih, Yoongi tak ingin mematikan keran, fakta bahwa kehangatan di bawah sana sedang berlangsung tanpa dirinya, menusuk hatinya perlahan namun konstan. Yoongi sadar, ia tak pernah menjadi bagian dari kehangatan itu.

Jika Yoongi berharap suatu saat nanti ia akan menjadi bagian dari kehangatan itu, apakah itu merupakan ketidakmungkinan lainnya? Apakah itu terdengar berlebihan?

Sekali seumur hidup, setidaknya ia ingin merasakannya. Cukup satu kali dan Yoongi akan mengingat nya sampai mati.

Andai ia di izinkan..

"Ibu.. Aku mendaftar kelas karate di sekolah. Aku belum meminta izin, mm apakah aku di beri izin?" Jungkook menyimpan sendoknya hanya untuk menatap wajah Ibu penuh keseriusan.

Wajah sang Ibu mengeryit dalam, sarat akan kekhawatiran. "Karate? Kenapa tak ambil yang lain saja? Ibu tak suka kau terluka."

Otomatis Yoongi menatap goresan luka di tangannya. Tapi Ibu baik-baik saja aku terluka.

Jungkook tersenyum kecil lalu menyentuh tangan kecil sang Ibu. "Buu.. Aku sudah besar, aku tidak akan terluka. Lagian kan aku belajar untuk membela diri, bukan untuk berkelahi. Aku ingin menjadi pria hebat, yang bisa menjaga ibu, ayah dan juga Yoongi hyung."

Jonhyun membuka suara nya. "Sayang, kau harus ingat Jungkook itu laki-laki. Jangan terlalu mengkhawatirkannya, aku sangat mendukungnya."

Yoongi menatap replika wajah yang terpantul pada genangan air. Mungkinkah ayah tak mengkhawatirkan ku karena aku laki-laki hebat?

Im Ha beranjak dari kursi, meninggalkan makanannya hanya untuk memeluk Jungkook. "Ibu sangat menyayangimu, kau tahu? Jaga dirimu baik-baik. Ibu memercayaimu."

"Jungkookie anak hebat."

"Anak Ibu paling baik."

"Anak ayah paling kuat."

"Jungkookie.."

"Jungkookie.."

"Jungkookie.."

Pada akhirnya selalu Jungkook dan Jungkook yang menjadi topik di rumah menyesakkan ini, mengubur begitu dalam eksistensi manusia lain yang butuh cinta, yang begitu menamba kehangatan.

Yoongi masih berkutat dengan seragam sekolah nya, menatap pantulan dirinya di depan cermin besar sambil mengancing seragamnya tak bersemangat. Percakapan hangat lainnya menemani kesendirian Yoongi. Disini dingin.. lirih nya tanpa suara. Betapa besar keinginan hati nya untuk mencoba merasakan seberapa hangat berada dalam lingkar itu, lingkar yang tak pernah menerima keberadaannya. Ia hanya ingin tahu bagaimana rasa nya, karena sungguh kini Yoongi hampir mati rasa.

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang