05 - Janji

3.3K 386 46
                                    

"Hyung, tidak akan pergi kan? Hyung sudah janji tidak akan meninggalkanku." Entah sudah keberapa ratus kalinya Jungkook melempar pertanyaan itu, bukti Jungkook menyimpan ketakutan yang cukup serius tentang skenario buruk yang mungkin terjadi. Perdebatan pagi tadi berakhir dengan Im Ha yang pergi menuju kamar, di susul oleh Ayah. Sedang Jungkook memeluk Yoongi erat, menangis bersama. Jungkook memutuskan untuk pergi ke sekolah bersama dengan Yoongi, hujan pun sudah reda. Sepanjang perjalanan Jungkook tak henti memborbardir Yoongi dengan pertanyaan serupa, memastikan Yoongi benar-benar akan tetap tinggal disisinya.

"Tidak akan," lagi-lagi jawab Yoongi sambil menganggam tangan Jungkook yang semakin erat melingkari pinggang nya.

"Kakak, maafkan ibu ya.." pinta Jungkook masih dengan sisa isak tangisnya.

Yoongi tertawa kecil. "Apa yang kau maksud, Jungkook? Hyung tidak marah pada Ibu. Hyung tahu tidak ada perasaan yang bisa dipaksakan. Ibu membenci ku dan aku harus bisa berdamai dengan fakta itu," ucapnya dengan cairan bening yang melapisi bola mata, seolah tak ada luka yang kembali menorah hatinya.

Terasa pergerakkan di balik punggungnya, Jungkook mengusak wajah merahnya pada punggung Yoongi, menghapus air mata yang lagi-lagi berjatuhan. "Pokonya aku akan marah jika hyung bicara seperti tadi lagi. Jangan pergi dari rumah, jangan tinggalkan aku," rajuk Jungkook dengan bibir merah bergelombang nya.

Yoongi menepuk tangan Jungkook yang melingkar apik di pinggangnya. "Maafkan hyung ya. Sebagai permintaan maaf, mm-bilang pada hyung kau mau apa?" bujuk Yoongi tak kuasa melihat Jungkook bersedih terlalu lama.

Jungkook menggeleng. "Tepati saja janji hyung, selalu di sampingku dan tidak akan pernah pergi dari rumah. Aku hanya ingin itu, aku hanya butuh itu." Jungkook tak ingin mengabaikan perasaan buruknya. Entah mengapa, sebanyak apapun jawaban 'tidak akan' yang Yoongi berikan, sama sekali tak membuat perasaannya membaik. Seperti, Jungkook merasa Yoongi akan pergi jauh dari nya.

"Belajardengan baik, pulang sekolah hyung jemput dan kita akan pergi ke suatu tempat."

Yoongi kira tawarannya akan mendapat reaksi baik, siapapun tahu Jungkook mudah senang dengan hal-hal sederhana seperti itu. Tapi yang didapatnya malah pelukan protektif dari Jungkook. "Ini bukan seperti drama yang akan di tinggalkan setelah menghabiskan waktu bersama kan?" tanyanya hampir menangis.

Yoongi terkikik kecil. "Yaampun Kook, makanya jangan sering-sering menonton drama."

Jungkook menarik dalam ingus yang hampir meleleh keluar dari hidungnya dengan lucu. "Aku tidak bisa memaafkanmu jika itu terjadi," gerutu nya penuh ancaman.

Yoongi mendesah panjang, tak tau lagi bagaimana caranya mengambalikan mood Jungkook. Tak sedikitpun terpikirkan olehnya apa yang ia ucapkan pada Ibu pagi tadi akan meninggalkan luka semendalam itu bagi Jungkook. Yoongi menepikan motor nya. "Sudah sampai," ujarnya.

Yoongi membantu Jungkook turun dari motornya, mengetatkan jaket tebal milik Jungkook lalu mengusap kepala Jungkook penuh kasih sayang. "Kita sedang tidak bermain drama, tentu saja yang kau katakan tadi tidak benar. Jangan khawatir, hyung menyayangi mu lebih dari apapun. Kau hanya harus percaya, kalaupun hyung sampai meninggalkan mu, itu sama sekali bukan keinginan hyung."

Huaaaaaa

Yoongi terlonjak kaget, betapa terkejutnya Yoongi saat Jungkook menangis dengan keras usai kalimat nya berakhir.

"KENAPA KAU HARUS MELAKUKAN APA YANG TIDAK KAU INGINKAN?! Jangan tinggalkan aku! Apapun kondisinya! Tak peduli itu keinginan Ibu ataupun Ayah, aku tak mau kau tinggalkan hyung!" amuk nya dengan tangis yang menggelegar.

Yoongi bodoh, untuk apa mengatakan hal sepicisan itu pada Jungkook yang sedang sensitif!

Dengan gusar Yoongi menarik Jungkook ke dalam pelukannya, menepuk lembut punggung nya seraya tak henti merapalkan kata maaf. "Hyung tidak akan melakukannya, apa yang harus hyung lakukan agar kau percaya, hum?"

Jungkook masih belum bisa menghentikan tangisnya, imajinasi datang tanpa permisi, membawa serangkaian kisah menyakitkan jika Yoongi benar-benar meninggalkannya. Jungkook mencengkram erat pinggang Yoongi ketakutan, ingin memusnahkan bayangan buruk yang menghantuinya sejak semalam.

"Sshh- Hyung benar-benar marah jika kau tak mau berhenti menangis Jungkook. Kau sudah menangis terlalu banyak, kepala mu akan sakit. Hitungan ketiga kau tak berhenti menangis, hyung tidak akan menjemputmu!" Ancamnya secara terpaksa.

Seketika Jungkook menghentikan tangisnya, melepas pelukannya dan menatap Yoongi tak terima dengan sisa cegukan akibat menangis terlalu lama. "Aku tak menangis lagi, jadi jemput aku sore ini,"ucapnya dengan nada pelan.

Yoongi mengulas senyumnya lebar sambil mengacak rambut lembut Jungkook. "Anak pintar, seperti ini lah adik hyung. Anak laki-laki tidak menangis!"

Jungkook menarik turun sudut bibirnya. "Kenapa tidak?! Anak laki-laki juga boleh menangis!"

Yoongi mendelik. "Tapi tidak berlebihan seperti ini!" Yoongi menyentil kening Jungkook lembut.

Jungkook melotot tak terima. "Aku tak berlebihan hyung!"

Mengalah, Yoongi akhirnya terkekeh seraya menepuk kepala Jungkook penuh kasih sayang. "Baiklah.. Sudah sekarang kau masuk, jangan pikirkan apapun dan fokus belajar."

Jungkook memeluk Yoongi erat sebelum pergi. "Aku sayang hyung, banyak-banyak. Aku pulang jam 4, aku akan menunggu di kantin. Hati-hati di jalan." Yoongi mengangguk dan membalas lambaian tangan Jungkook.

"Hyung!" Teriak Jungkook saat jarak mereka sudah cukup jauh.

"Oh?" tanya Yoongi tanpa suara.

"Sarangahe!" teriaknya kencang-kencang membuat Yoongi tertawa bahagia di posisi nya. "Na do," balas nya dengan gerakan mulut tak bersuara. Bisa ia lihat Jungkook berlari kegirangan.

Drrtt.. Drtt..

Yoongi membuka ponsel nya yang bergetar, pandangannya otomatis kembali pada Jungkook yang sedang melambaikan ponselnya.

Jungkook : Hyung, ini hari terbaikku sepanjang 13 tahun aku hidup. Aku harap hari-hari selanjutnya akan lebih menyenangkan.

Jungkook : Hyung, aku menyayangi mu, sangat.

Jungkook : Hyung, kau hyung terbaik bagiku. Aku ingin menjadi adik yang terbaik juga untukmu.

Jungkook : Hyung, ayo berterimakasih pada Ibu dan Ayah yang telah membawa mu dan aku ke dunia.

Jungkook : Hyung, bagaimana aku mengatakannya? Aku takut kau tinggalkan.

Jungkook : Hyung, kau akan menepati janji mu kan?

Yoongi kembali mengangkat kepala nya, Jungkook sudah menghilang dari pandangannya, namun rentetan pesan tak berhenti memenuhi kotak pesannya. Yoongi membalas pesan adik nya dengan senyum yang tak luntur sedikitpun.

Yoongi : Mulai saat ini, hyung akan melakukan yang terbaik untuk mu Jungkook. Hyung juga sayang Jungkook. Kau sudah menjadi adik yang terbaik. Selamat belajar!

Yoongi membawa motor nya pergi setelah membalas pesan Jungkook. Jadi, seperti ini rasanya menjadi kakak yang sesungguhnya? Aku telah banyak menghabiskan waktuku untuk hal yang sia-sia. Membenci nya? Hal terbodoh yang pernah ku pikirkan. Aku sudah tersiksa dengan Ibu dan Ayah yang seperti itu kenapa aku harus menyakiti hatiku lebih banyak dengan mencoba membenci Jungkook, adikku satu-satu nya.

***

Adakah yang menunggu? Hehehe


AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang