22 - Terungkap

2.2K 358 96
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaaa mentemen :)

*** 

Jimin membuka pintu kamar penginapan Yoongi. "Hyung, kau di cari seseorang."

"Siapa?"

Jimin menjatuhkan tubuhnya di sisi ranjang. "Tidak tahu."

Yoongi bangkit dari posisinya, mengacak surai Jimin sebelum menepuk pipinya pelan. "Kenapa masih murung? Hyung sudah janji akan membayar kesalahan hyung kemarin, kan?"

Jimin menggeleng kecil lalu menatap Yoongi dengan bibir plump nya yang bergelombang. "Kenapa orang asing itu mencari mu?" tanyanya tak suka.

Yoongi mengedikkan bahunya ringan. "Masalah pekerjaan, mungkin? Hyung akan menemuinya, kau siap-siap saja dulu, kita pergi setelah tamu hyung selesai dengan urusannya."

Desah napas Jimin reaksi yang sungguh tak memuaskan bagi Yoongi. "Mana senyum mu? Atau hyung pulang saja kalau kau masih marah begini?"

Jimin semakin di buat kesal, lalu tangannya memegang lengan Yoongi. "Kalau sudah berjanji harus ditepati, ya. Jangan sampai orang asing itu membawa mu pergi."

Yoongi tertawa kecil lalu mencubit pipi Jimin gemas. "Mahasiswa macam apa yang masih menggemaskan begini. Hyung keluar dulu sebentar ya," ucap nya seraya berlalu.

***

Tubuhnya membeku, hampir saja lupa bagaimana cara bernapas. Sosok berperawakan tinggi itu membelakangi nya, tepat setelah pintu tertutup ia membalik tubuhnya.

"Bagaimana kabar mu, Yoongi?"

"H-hyung?"

Kim Seokjin, tiba-tiba tenggorokan Yoongi tercekat, otak nya terlalu sibuk untuk bisa mengolah kata menjadi sapaan indah, dadanya bertalu hebat, seketika matanya terlapisi cairan bening. "S-seokjin hyung?"

Senyum itu terulas, berjalan mendekat dan menepuk puncak kepalanya. "Sudah lama sekali, bagaimana kabar mu?"

Matanya bergerak gusar. "A-aku baik-baik saja. Dari mana kau tahu aku disini, hyung?"

Seokjin terkekeh. "Aku boleh duduk? Atau kau tak mengizinkan ku masuk?"

Tiba-tiba Yoongi seperti menjadi orang bodoh, sedikit linglung karena keterkejutannya. Bagaimana tidak, Seokjin adalah dokter jiwanya dulu, melihatnya kembali setelah enam tahun dengan kondisi berbeda membuat jantungnya berdetak anomali.

"A-ah, maaf." Yoongi menilik jendela kamar yang menyembunyikan sosok Jimin di dalamnya. "Kalau disini, bagaimana?" tunjuknya pada dua buah kursi yang bersampingan, terhalang oleh satu meja kecil.

Seokjin mengangguk. "Kenapa wajah mu tegang sekali? Aku datang bukan untuk membuatmu tidak nyaman, Yoon."

Yoongi menggaruk kepalanya. "Tidak.. hanya saja.. yah, sedikit terkejut."

"Anak itu, siapa? Yang datang menyambut ku tadi," tanya Seokjin seolah tak tahu apa-apa.

Yoongi meyentuh belakang leher nya. "Dia Jimin," ucapnya menggantung.

"Adiknya, aku Jimin adik Yoongi hyung," interupsi Jimin dengan dua cangkir teh yang dibawanya, membuat jantung Yoongi berhenti berfungsi untuk beberapa saat, ganjalan besar terasa ditenggorokannya.

Mata Seokjin membola, seolah informasi itu baru pertama kali ia dengar. "Ah, terimakasih atas minumannya, Jimin," ucap Seokjin setelah menerima cangkir yang diberikan Jimin.

"Yoon, dia adikmu yang selalu kau cerita kan padaku?" tanya Seokjin tak peduli pada jakun Yoongi yang bergerak terlalu cepat. "Namanya baru kudengar, omong-omong."

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang