28 - End

2.1K 181 39
                                    

"Hari itu, saat kau memperkenalkan dirimu sebagai kakak Jimin alih-alih memelukku, apa alasanmu?"

Deg.

Yoongi membisu untuk beberapa saat, menghindari tatap tak terbaca Jungkook dihadapannya. Mengepal jarinya erat, kehilangan kemampuan untuk bicara. "H-hyung.. h-hyung bisa jelaskan," ucapnya terbata, menyusun serangkai kalimat dengan sisa kesadarannya.

Jungkook masih menunggu, memberi waktu bagi Yoongi untuk menjelaskan padanya. Ku mohon, jangan kecewakan aku..

Setelah lama netra itu menghindarinya, kini mereka kembali beradu. Tatap sesal jelas terpancar dari kedua netra legamnya, seiring dengan gerak labiumnya. "H-hyung bersalah.."

Dan Jungkook tersenyum kecewa atas jawaban yang ia dengar. "Itu bukan jawaban yang ingin ku dengar hyung, aku butuh alasanmu," ucapnya menahan sesak. Kembali, dadanya di remat habis oleh jawaban Yoongi yang tak di harapkannya. "Enam tahun aku menanti bukan untuk mendengar kau memiliki adik baru dari mulutmu sendiri. Setidaknya beri alasan yang jelas, mengapa kau melakukan itu?" Bulir mata menggenang, mengaburkan pandangan.

Yoongi mendekat seraya memejamkan mata, berusaha meraih Jungkook ke dalam pelukannya, tapi Jungkook memilih menghindar. "Beri aku jawaban."

Yoongi mengangguk cepat, mengakui kesalahannya. "Aku bersalah, maaf karena telah menyakitimu di hari pertama pertemuan kita setelah enam tahun berpisah. Saat itu, aku terkejut luar biasa, kau yang selama ini berusaha aku lupakan, masa lalu yang selama ini berusaha ku kubur dalam tepat berada di depanku. A-aku, masih terluka karena masa lalu."

"Jungkook.. jebal, hyung ingin perbaiki segalanya. Kembalilah bersamaku.."

Jungkook menangis, bahunya bergetar hebat. Dengan mata terpejam, Jungkook berusaha menetralkan perasaan, mencoba mengerti bagaimana situasi Yoongi kala itu, mencoba memahami betapa sulit posisi Yoongi saat itu, mencoba menerima walau jawaban Yoongi jauh dari yang ia harapkan.

Terhuyung, Seokjin yang sejak tadi berada jauh di sudut ruangan mendekat meraih tubuh Jungkook, menariknya untuk duduk di tepi ranjang. "Kook, kau baik-baik saja?" tanya Seokjin khawatir, menghapus air matanya gusar. "Tak usah di paksakan, masih ada waktu. Jangan memaksa dirimu," rapalnya tepat di samping telinga Jungkook.

Tarikan napas dalam sama sekali tak membantunya, wajahnya total memerah dengan urat leher yang menegang, hampir kehabisan napas. Matanya masih terpejam erat, dengan tangis yang berhambur masai, mengepal jarinya erat, mencoba kembali tersadar, namun tangis itu tak bisa ia hentikan, rasa sakit tak bisa ia kendalikan. Sesak hyung, Seokjinie hyung.. b-bantu aku, sakit.. dadaku sakit sekali.

Dalam pijaknya, Yoongi menangis penuh khawatir, ingin ikut menangani tapi tubuhnya tak bisa bergerak, lidahnya terlalu kelu, otaknya berhenti pada satu pertanyaa, Jungkook ku kenapa?

Satu pelukan hangat Seokjin berikan, membalut tubuh tegang Jungkook dengan kelembutan yang ia miliki. Bergumam halus disamping rungunya dengan usapan halus di balik punggungnya. "Shh- hyung disini, jangan paksakan dirimu. Semua baik-baik saja," rapalnya dengan mata berkaca, mengerti Jungkooknya terlalu memaksakan diri. "Bila terlalu sulit, jangan di paksakan, kita mengerti.. Yoongi pun akan mengerti."

"Aku mengerti dirimu, aku disini untukmu.."

Detik berlalu tubuhnya semakin tenang, tangisnya mulai mereda, menyisakkan hembus napas tenang di balik lelapnya Jungkook di pelukan Seokjin, dan Yoongi terpaku hebat melihat semuanya. Kembali menelan kecewa sebab miliknya terjatuh di pelukan orang lain.

Seokjin membaringkan Jungkook di atas ranjang pesakitan, mengelus dadanya kala Jungkook kembali terisak dalam tidurnya hingga ia kembali terlelap damai, dengan hidung merah dan wajah berantakan.

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang