13 - The truth untold

2.9K 381 63
                                    

3 Juni 2013

Saat kehadiran sudah tak didambakan. Saat cinta tak lagi memberi kebahagiaan. Saat luka mengambil peran yang terlalu besar. Aku termenung, memikirkan semuanya.

Kenapa Tuhan menciptakan ku? Kenapa Ibu melahirkan ku? Kenapa Ayah tetap membesarkanku? Apakah bertahan bisa mengubah segala hal?

Aku ingin dicintai, aku ingin dinanti, aku tak ingin terasing. Tapi, ibu yang melahirkanku tak menginginkan ku, ayah yang merawatku mengasingkan ku. Aku sendiri, di dunia yang begitu luas ini.

Dan adikku, memiliki segala hal yang hingga saat ini kudambakan.

Ia mendapat cinta yang banyak. Aku ingin berada di posisinya, meski hanya dalam sebuah mimpi tak berkesudahan.

Jantung nya mencelos, segumpal daging dalam tubuhnya berdenyut kesakitan. Setiap langkah yang di ambil, setiap napas yang terhembus, hanya satu yang dapat dirasakannya; sakit. Jika ia saja bisa sesakit ini hanya karena mendengar suara berat Yoongi yang terputar di balik pelantang suaranya, bagaimana dengan Yoongi yang setiap saat menjalani hari beratnya seorang diri? Bersikap seolah semua baik-baik saja, mengelabuinya begitu mudah. Hingga Jungkook benar-benar merasa telah menjadi adik paling bodoh di dunia, jika saja aku menyadari nya lebih cepat, aku tak akan membiarkan hyung melewati nya seorang diri.

Langkah kaki tak pernah terhenti, hembus angin tak pula berganti; masih ikut berduka sebab tiga hari telah berlalu namun jejak Yoongi tak kunjung ia temui. Satu tempat ke tempat lainnya, satu waktu ke waktu lainnya. Pagi berganti malam, hari berganti bulan. Hingga kapan langkahnya tak menemui arah?

Jungkook telah kehabisan tenaga, semakin jauh melangkah semakin mengecil harapannya. Semua tempat yang dikunjunginya malam itu bersama Yoongi telah ia lalui berulang kali, berhenti sejenak, menunggu tanpa pasti, namun Yoongi masih saja bersembunyi. Semesta benar-benar mencintainya, hingga tak lagi sudi bila Yoongi harus kembali pada pelukan penuh luka yang dimilikinya.

Langkahnya terhenti, menatap kedai tak begitu ramai di ujung jalan sana, saksi bisu kedekatannya dengan sang kakak malam itu, yang naasnya membawa kehancuran pada hubungannya saat ini. Seharusnya aku tak bodoh untuk menerobos hujan malam itu, jika saja aku mendengar ucapan hyung malam itu, apakah hyung akan tetap bersama denganku saat ini? Menggenggam tanganku dan membawa ku ke kedai itu lagi. Hyung.. tolong, aku merindukan mu. Kemana lagi aku harus mencarimu?

Jungkook masuk ke dalam kedai itu, memilih kursi yang sama dengan posisinya malam itu. Bukannya memesan makanan, Jungkook hanya bisa menangis disana, menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan, berdoa pada Tuhan untuk membawa Yoongi kembali padanya. H-hyung.. kumohon..

Kata itu berulang tanpa henti, menghimpit dadanya tanpa peduli. Tangis halus berubah menjadi isak memilukan, dengan lirihan kecil yang menyayat hati. Hyung.. jangan tinggalkan aku, aku ingin bersama dengan mu.

"Maaf, k-kau baik-baik saja?" Jungkook terkejut saat tangan mungil seseorang menyentuh pundaknya, menatap ia khawatir sembari mengigit bibir pulmnya.

Jungkook melepas headset yang sejak tadi menggantung di telinganya, mematikan recorder putih itu karena tak ingin melewatkan satu pun cerita sang kakak. Menghapus cepat air mata menjadi hal yang segera ia lakukan saat menyadari pria dihadapannya masih berdiri disana dengan mata sipit yang sangat bersinar. "A-aku baik-baik saja."

Tanpa mengatakan apapun si pria itu pergi meninggalkan Jungkook, tak lama ia kembali dengan segelas air mineral. "Minumlah. Ada yang bisa aku bantu? Kau ingin makan disini?"

Tak bisa menanggung malu, Jungkook mengangguk. "Ya, tolong berikan aku sup hangat dengan kudapan yang kalian miliki," ungkap Jungkook. Bahkan Jungkook memesan makanan yang sama dengan Yoongi malam itu.

Pria itu mengangguk. "Tunggu sebentar," ucapnya seraya berlalu.

Menunggu pesanan datang, Jungkook kembali memasang headset nya, memulai kembali rekaman-rekaman yang rapi tersusun belum tersentuh.

12 Maret 2014

Hhh- Malang sekali hidup ku, bahkan dalam tidur saja mereka menganggu ku. Kapan kebahagiaan akan menjadi teman ku? Untuk tertidur pun, aku tak bisa melakukannya dengan benar. Tolong, meski aku selalu meminta untuk di cintai, kali ini aku lebih ingin kau mengabulkan doa sederhana ku—biarkan aku tertidur, hilangkan mereka dalam mimpi ku.

Sesak kembali mendera, mengikis ruang napas yang kian menipis, menciptakan friksi hebat yang mampu mencipta tangis. Inikah alasan mengapa Yoongi hyung selalu terlihat lelah di pagi hari? Yoongi hyung mengalami gangguan tidur?

14 Maret 2014

Aku tak sanggup lagi. Hari ini aku menemui psikiater, tanpa Ibu dan Ayah ketahui. Aku tak lagi sanggup menahannya, perasaan mual yang selalu kurasakan, muntah-muntah di pagi hari yang membuat kepalaku sakit. Aku membutuhkan obat, beri aku obat.

Dan malam itu aku bertemu dengannya, Kim Seokjin—orang asing yang menatap ku iba. Sorot mata nya tak bisa kulupakan, aku benci mendapat tatapan seperti itu, tapi malam itu.. aku terjatuh dalam pelukannya, tertidur hingga pagi datang menjemput. Itu, tidur terbaik milikku setelah 6 bulan tak bisa terlelap damai.

Tangis nya semakin menjadi, Jungkook meninggalkan kedai itu, lalu berlari kesetanan. Mengingat ucapan sang kakak tiga bulan lalu tentang Kim Seokjin yang ia lupakan selama ini.

Hyung, aku akan menemukanmu. Bagaimana pun cara nya. Tunggu aku.

Mengingat Kim Seokjin membuat harapan Jungkook kembali memuai, ia benar-benar berharap Yoongi menginap di rumah Kim Seokjin. Tunggu aku.

***

Jimin berdiri keheranan dengan nampan yang ia pegang. "Kemana anak itu?" tanyanya seraya mengedarkan pandangan, mencari keberadaan anak kecil yang tadi menangis tersedu di meja 10.

Yoongi masuk ke dalam kedai, membuka helm nya. "Hei, kenapa melamun?" tegur nya pada Jimin yang masih membisu.

"Bocah itu pergi begitu saja setelah memesan," keluh Jimin sambil menyimpan nampan di atas meja. Tanpa menghampiri sang Ibu, Yoongi mendaratkan bokongnya. "Boleh aku saja yang makan?" tanya Yoongi. Jimin ikut duduk dihadapan Yoongi lalu mengangguk. "Makan saja," jawabnya.

Yoongi menarik nampan itu kehadapannya, dan terdiam sejenak saat melihat makanan yang tersaji. Tiba-tiba ingatannya terlempar pada Jungkook. Menu yang sama. Tak ingin kembali bersedih, Yoongi segera melahap hidangan dihadapannya.

"Hyung, aneh sekali anak tadi, menangis tersedu disini. Aku kira ia baru saja diputuskan kekasih nya. Aku hampir memanggil Ibu kalau saja Ibu tidak sedang memasak di belakang," ucap Jimin seraya memakan kudapan yang ada di atas meja.

Yoongi hanya bergumam tak menanggapi. "Semua pesanan sudah ku antar, apalagi yang harus ku kerjakan?"

Jimin mengedarkan pandangan. "Istirahat dulu saja, biasanya pukul 8 malam waktu paling ramai di kedai ini. Jadi hyung bisa simpan energi sampai waktu itu tiba."

Yoongi mengangguk mengerti. "Biar hyung yang bantu ibu, kau pulang saja. Kau langsung kesini pulang sekolah?"

Jimin menahan senyum bahagia nya, gelenyar perasaan asing menyapa dirinya, memciptakan senyum malu yang berkembang indah. Selama ini ia tak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak, mendapatkan perhatian dan bisa berkeluh kesah. Menyenangkan.

Tiba-tiba suara manjanya keluar tanpa bisa ia kendalikan, membuat Yoongi menghentikan aktivitasnya. "H-hmm, menyebalkan sekali hyung aku mendapat banyak tugas. Sudah diberi waktu tambahan, tugas juga di tambah. Sebal sekali." Bibir nya terpaut lucu, membuat Yoongi tertawa kecil. "Kiyo," gumamnya begitu kecil hingga tak mampu disadari siapapun.

Yoongi bangkit lalu membawa piring kotor, berlalu setelah mengusak rambut lembut Jimin gemas. "Nanti malam hyung bantu. Istirahatlah."

Dan Jimin tak bisa berhenti menyembunyikan senyumnya. Apa Yoongi hyung tak bisa jadi kakakku saja? Aku ingin memilikinya, lagian ia tak memiliki keluarga dan ibu terlihat menyukainya. Tidak ada salah nya kan? Aku akan merebut hatinya agar mau menjadi kakakku. Tunggu saja.

-

Jungkook, hyung merindukan mu.[]

AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang