Aku masuk sekolah seperti biasanya. Menyapa Marco seolah tak terjadi apa-apa kemarin, ia tampak bingung dengan sikapku. Tapi aku tak mau pusing-pusing memikirkannya. Seperti biasa pertanyaan-pertanyaan bodohnya selalu kujawab dengan jawaban asal dan ekspresi yang datar. Dia lalu memberiku buku PR-nya untuk kusalin. Ya PR yang kemarin ia kerjakan dengan Luna, aku menolaknya tetapi entah mengapa buku itu tiba-tiba ada didalam tasku. Dasar Marco. Aku bolos dijam ke-4 sampai bel pulang. Aku bosan berada dikelas, lagipula aku tak pernah berniat mendengarkan ocehan guru yang mengajar, jadi dari pada hanya jadi pajangan, lebih baik keluar.
Seperti biasa aku menghabiskan waktuku diatap sekolah, makan makanan yang kubeli dikantin dan kemudian tidur siang. Hari ini aku tidur cukup lama, mungkin karna semalam aku sulit tidur.
“Oy” Samar-samar kudengar seseorang membangunkanku, dia mengetuk jidatku beberapa kali. Tidak sopan. Aku berusaha membuka mataku dan yang kudapati adalah dua pasang mata aneh yang sedang menatapku. Ditambah wajah yang seram dan rambut yang terjuntai mengenaik wajahku. Nenek sihir !
“Huaa” pekikku kaget. Aku refleks terbangun dari posisi tidurku dan segera duduk. Tapi sialnya jidatku menabrak sesuatu, sesuatu yang kuyakini adalah nenek sihir.
“Aduuh” pekik nenek sihir itu. Kupandangi ia yang tengah sibuk memegangi jidatnya, sama seperti yang kulakukan.
Aku mengucek mataku beberapa kali berharap pandangan yang kabur ini menjadi jelas dengan segera. Loh ? bukankah ini.. “Luna ?” Dia menoleh dan benar saja. Ini Luna.
“Apa yang kau fikirkan bodoh ! sakit tau” ia mengomeliku, sekarang dia benar-benar seperti nenek sihir
“Ah sorry, jika kau bersedia tidak mengetuk-ketuk jidatku seperti itu lagi aku berjanji tidak akan mengulanginya” sindirku
“Ya, lain kali akan kutarik hidungmu” ucapnya galak. Dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali !
“terus, apa maumu ?” tanyaku to the point
“kau bolos kan ? iya kan ? kau bolos !! mengaku saja !” Apa-apaan sih pertnyaannya itu ?
“ya” jawabku santai bersiap mendengar omelan darinya
“ya ? kau mengaku begitu saja ? bahkan tidak mengelak sedikitpun ? ada apa denganmu ? lagipula apa-apaan nada santai itu ? kau mengejekku ? ataukah bolos adalah hal biasa bagimu ? dan kau membolos hanya untuk tidur siang diatas sini ? ha ?”
“ya ya tidak ada, biasa saja, tidak juga, ya dan ya” jawabku cepat, kali ini aku benar-benar mendengarkan semua pertanyaanya
“ha ?” ia mulai memasang ekspresi bingung, lucu sekali. kurasa dia benar-benar kesal padaku.!
“hey, dahimu merah” kataku yang spontan langsung memegang dahinya
“sakitkah ?” tanyaku pelan
“tidak juga” katanya sok kuat
“Maaf, aku benar-benar tidak sengaja”
“tak apa, salahku juga. Sudahlah, ayo keruang klub” ia langsung berdiri dan mengambil tasnya. Aku mengikutinya dibelakang. Dia tidak mengomeliku lagi ? baguslah.
Kami berjalan keruang klub, ketika sampai hanya ada Yogi disana.
“Ray, Luna” serunya
“kak yogi, belum ada yang datang ?” Tanya luna
“ah maaf, aku lupa memberitahu kalian kemarin, soalnya kalian pulang duluan sih. Sebenarnya hari ini pak pembina sedang keluar kota, dia bilang kita tidak ada kegiatan hari ini, jadi klub diliburkan”

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayon de Lune
RomantikAku tidak percaya ! Bagaimana bisa pria super cupu yang kutemui saat upacara pembukaan kini menjadi cowok paling populer disekolah ? Lagi pula kemana perginya kacamata bulat yang selalu ia pakai ? jerawat-jerawat kecil yang memenuhi pipinya ? tatan...