20. Menghindar

46 1 0
                                        

Hari keempat, dia menemukanku. Aku pura-pura tidak melihatnya dan menyelonong pergi dari kelas.

"Rayon !" teriaknya tak kuhiraukan

Aku tau dia gadis yang gigih, tapi apa dia memang segigih ini ? padahal sudah kuabaikan 3 hari berturut-turut.

Bukk.

Aku menabrak sesuatu.

"Aww ! Ssshh" Desis seorang cewek yang sudah jatuh terduduk didepanku.

"Ah maaf, maaf. Kau baik-baik saja ?" tanyaku mengulurkan tangan

"Kau ini memang hobby menabrak orang yah ?"

"Eh ? Arissa ?" ya itu memang Arissa. Dia menarik uluran tanganku dan berdiri. Lalu membersihkan rok-nya yang sedikit kotor

"Kau sedang dikejar-kejar siapa ?" tanyanya yang kemudian membuatku teringat kalau Luna sedang mengejarku.

Kulirik Luna dibelakang, ia tampak bingung sedang mencari-cariku. Spontan aku langsung berlari meninggalkan sekolah. Lebih tepatnya meninggalkan Luna.

"Eh ? Ray ! Ray !" Suara Arissa terdengar begitu dekat denganku. Tunggu dulu, kami masih bepegangan tangan ?

"Ha ! kenapa kau mengikutiku ?"

"kau menarikku !" Oh iya, aku masih memegang tangannya. Ah cerobohnya aku, spontan aku langsung melepaskan genggaman tanganku

"Eh ? Maaf" kataku kemudian,

"Ahh, apa yang kau lakukan, padahal aku ingin kekantin tadi" gerutunya kesal, aku jadi merasa tak enak dengannya.

"kau mau makan ?" tanyaku ragu-ragu

"eh ?"

"aku traktir sebagai permintaan maaf"

"tidak-tidak. tidak usah"

"Tidak apa-apa, aku juga sedang ingin makan sesuatu" Kataku yang akhirnya membuatnya mengangguk setuju.

Kamipun pergi kerestoran junk food yang ada didekat sana. Aku memesan 2 burger, kentang goreng dan cola. Sementara Arissa memesan spageti dan parfait.

Ia tampak sangat menikmati parfaitnya

"Kau suka ?"

"eh ? apanya ?"

"parfait"

"oh, ya suka sekali"

Aku tersenyum tipis melihat kegirangannya yang seperti anak kecil ketemu permen.

"kau mau ?" dia tiba-tiba menawariku parfaitnya, mungkin karna ia sadar aku memperhatikannya dari tadi

"eh ? tidak tidak"

"cobalah, enak loh" ia menyodorkan sesendok parfaitnya, tampaknya enak.

"Enak kan ?" katanya saat ia menyuapiku, rasanya agak memalukan tapi parfaitnya memang enak.

"Em, enak" kataku mengangguk

"Jadi, kenapa kau lari tadi ?" Kufikir dia sudah melupakannya, tapi akhirnya ditanyakan juga

"emm..." aku berfikir mencoba menemukan alasan yang masuk akal, karna menurutku jawaban 'Luna mengejarku karna aku tak mau menemuinya' akan sulit dimengerti olehnya. Lagipula aku sedang tidak mau membahas itu

"kau dikejar siapa ?" tanyanya lagi

"Pak Jason, dia mengejarku karna seragamku berantakan" Aku menjadikan Pak Jason guru killer yang suka memarahi murid-muridnya karna hal sepele seperti perihal seragam dan aksesoris yang berlebihan. Marco sering dikejar olehnya karna dia mempermak seragamnya dan memakai kalung juga banyak gelang ditangannya.

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang