1. Upacara Pembukaan

450 7 0
                                    

UPACARA PEMBUKAAN

Rayon ¬

“Apa yang kau lihat hah !!” Pria  itu tiba-tiba membentakku dengan suara yang keras, cukup membuat semua mata tertuju padanya lalu kemudian beralih padaku yang sedang jadi objek siksaannya disini

“Eh, ti-tidak ada. Maaf”  Aku hanya menundukkan kepalaku karna takut memandang matanya yang penuh amarah

“lalu mengapa kau memegang tangan Arissa tadi !” suaranya semakin keras dan mulutnya semakin dekat dengan telingaku, membuat tubuhku jadi semakin bergetar karna takut

“a-aku hanya me-menolongnya, ia hampr terjatuh tadi, la-lalu….” Setengah mati aku berusaha untuk menjelaskan padanya tetapi ia seenanknya memotong kalimatku

“alasan !!” nadanya naik satu oktaf lagi, dan hal itu otomatis membuat kepalaku tertunduk lebih dalam lagi.

“Aku ingatkan kau ! jangan sekali-sekali dekati Arissa lagi ! dia pacarku ! Dasar kau bocah culun sialan ! mengapa kau tidak belajar saja agar nilaimu tidak jatuh ha ?”

Yah dia benar. Harusnya aku belajar agar dapat nilai tertinggi, agar ibu bangga padaku, agar ayah tidak memarahiku. Padahal hari ini hari pertamaku masuk SMA, kufikir kehidupan SMP-ku yang suram telah berakhir, tapi ternyata ? Aku terlalu naïf berfikir seperti itu. Bahkan Arissa tidak mengatakan apapun atas kesalahpahaman ini.  Aku hanya ingin menolong, tapi aku tak pernah dapat ucapan terimakasih, yang ada hanyalah celaan. Aku selalu jadi bahan untuk di-bully, aku selalu ingin berubah, tapi tak punya alasan untuk berubah. Aku hanyalah seorang pengecut yang membiarkan orang lain menertawakan semua kekurangan atas diriku didepan mataku sendiri.

“Lihat dirimu ! Mungkin kau memang orang kaya, kau pintar, ayahmu orang yang hebat. Tapi kau tidak lebih dari seorang kutu buku yang culun dihadapanku. Kau benar-benar tak pantas untuk Arissa”  Ia mulai menyusun kata-kata untuk mempermalukanku lagi disini

“Oh ayolah Ray, lihat rambutmu ini, tidakkah ini terlalu licin ? bisa-bisa aku terpeleset saat menginjak kepalamu. Hahaha” teman-temannya mulai ikut-ikutan mempermalukanku. Aku hanya bisa diam disudutkan oleh 3 pria dihadapanku ini. Memangnya aku bisa apa ? melawan 1 pria saja belum tentu aku bisa, apa lagi 3 orang sekaligus

“hei lihat buku ini, kau selalu membacanya setiap saat kan. Sejarah ? huh membosankan sekali, kufukir ini novel atau semacamnya. Pantas saja wajahmu mirip manusia purba. Hahaha “ sekarang bukan hanya diriku, tapi ia juga mengejek bacaanku

“hahaha. Hoy kalian lihatlah ! cowok berkaca-mata ini menyukai Arissa sejak SMP. Ia sudah ditolak tapi masih saja berusaha mendekati Arissa loh. Apakah menurut kalian dia cocok dengan Arissa ?” Kini semua orang mulai memandangiku dengan tatapan aneh. Aku tau tatapan ini. Sama seperti saat aku ditolak oleh Arissa 2 tahun lalu. Aku dipermalukan Arissa untuk kedua kalinya.

“Hah ? Arissa ? cewek yang berambut pirang itu ? Cantiknyaa”

“Siapa yang ditanyakannya ?”

“kacamata kah ?”

“hah cowok itu ? hahaha apa-apan cowok itu, culun sekali”

“Siapa dia ? mana mungkin Arissa mau dengannya”

“hahaha yang benar saja, siapa yang mau ditembak dengan cowok seperti itu”

“dia lebih mirip serangga dari pada cowok hahaha”

Sama. Bisikan –bisakan yang kudengar waktu itu kini terdengar lagi. Aku menyerah. Mungkin aku memang tak bisa lepas dari ejekan-ejekan itu. Itu memang bagian dari diriku. Aku hanya perlu menahannya sedikit lebih lama lagi. Masa-masa SMA-ku yang akan sama suramnya dengan masa SMP-ku. Aku terpaksa harus menerimanya.

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang