Kebebasan
Rayon ¬
Aku ingat betul, satu bulan yang lalu. Saat ibu akan pergi meninggalkanku. Ia terlihat begitu kurus dan lemah. 3 tahun yang lalu Ibu divonis mengidap kanker darah. Setelah mengikuti serangkaian kemoterapi Ibu berhasil sembuh dari penyakitnya. Tapi takdir berkata lain, kankernya muncul lagi dan Ibu harus dirawat dirumah sakit dalam beberapa bulan terakhir. Aku selalu mengunjunginya setiap hari, aku selalu memasang wajah ceria saat bertemu dengannya, jujur saja semua ini menyiksakku. Aku selalu berpura-pura kuat saat kondisi ibuku semakin memburuk. Bahkan selama ini, aku selalu berpura-pura jadi anak yang baik dan pintar untuk Ayah. Aku selalu menjadi sosok yang diinginkan oleh keluargaku. Aku harus jadi orang yang pantas untuk meneruskan perusahaan Ayah. Aku harus bisa jadi anak yang baik untuk membahagiakan ibu. Kufikir semuanya akan berjalan lancar, kufikir belajar mati-matian bisa membuat Ayah bangga padaku, kufikir selalu memperhatikan ibu bisa membuatnya sembuh. Tapi yang kulakukan hanya sia-sia. Ayah marah padaku karna aku tidak mendapat juara pertama disekolah. Ibu akhirnya pergi meninggalkanku karna penyakitnya. Semua usahaku sia-sia. Bahkan aku yang selalu berpura-pura ceria dihadapan ibu akhirnya menangis saat detik-detik terakhirnya, justru Ibu yang mengalami sakit yang amat sangat malah menyemangatiku dengan senyuman dibibirnya. Aku begitu lemah ! aku yang terburuk !
Flashback ¬
Hari ini adalah pengumuman hari pengumuman kenaikan kelas. Seperti biasa, aku mendapat rangking 1 dikelasku. Rasanya aku ingin cepat-cepat kerumah sakit untuk memberitahukannya pada Ibu. Ia pasti sangat senang. Setelah menerima buku rapor-ku, aku berjalan keluar kelas melewati segerombolan anak-anak yang tengah sibuk mengelilingi papan pengumuman.
“Luna kau ada diurutan 1, nilaimu paling tinggi lagi. Hebat !”
“Serius ? mana-mana ? aku mau lliat ! Ah benar ! Luna selamat yah. Kau keren sekali”
Mendengarnya membuatku menghentikan langkahku. Aku mencuri-curi pandang kearah papan pengumuman. Benar saja, namanya berada diurutan satu dan namaku berada dibawahnya. Hebat, dia jenius. Padahal setiap keperpustakaan dia hanya membaca novel. Terlebih lagi, dia dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya. Aku iri padanya. Sebenarnya aku ingin mengucapkan selamat juga padanya, tapi kurasa dia tengah jadi pusat perhatian sekarang, jika aku tiba-tiba muncul dan mengucapkan selamat padanya, mungkin aku hanya dianggap pengganggu oleh teman-temannya. Hmmm, yasudahlah.
“Oy, apa yang kau lakukan” seseorang menepuk pundakku dari belakang. Sudah pasti itu Marco, aku tau itu dia bukan karna aku punya indra keenam atau apa, tapi karna hanya dia satu-satunya teman yang aku punya.
“Tidak ada, nilaimu bagaimana ?” tanyaku
“oh, lumayan. Kau ? ah sudah pasti juara satu lagi kan ?”
“ya, kali ini hanya dikelas” jawabku sambil tersenyum
“eh ? hanya dikelas ? memangnya kau biasa juara satu dimana ?” tanyanya bingung
“disekolah. Tapi kali ini aku kalah olehnya” kataku sambil tersenyum
“siapa ?”
“saingan, mungkin” jawabku pura-pura tak peduli
“oh. Kau mau kerumah sakit ?” tanyanya mengalihkan pembicaraan
“ya, kenapa ? kau mau ikut ?”
“ya, aku ikut” ucapnya gembira.
Dia satu-satu teman yang kupunya didunia ini. Aku berteman dengannya sejak SD, tapi ia kemudian melanjutkan SMP-nya diluar kota. Ayahnya seorang polisi, selama tiga tahun kami berpisah dan akhirnya ia kembali lagi. Ia bilang ia melanjutkan SMA disini karna tau aku ada disini. Berbeda denganku yang culun dan hanya memikirkan belajar, ia adalah orang yang cukup terkenal. Sebenarnya baru-baru ini ia menjadi model dibeberapa majalah dan iklan. Tentu saja, ia tinggi dan tampan. Berbeda sekali denganku. Yang gemuk dan culun. Tapi ia tidak pernah mengejekku seperti yang lain. Ia berteman denganku karna ia bilang aku orang yang baik. Entah apa alasan itu masuk akal atau tidak, tapi hanya dia satu-satunya teman yang kupunya. Walaupun dia konyol, tapi dia berharga untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayon de Lune
RomanceAku tidak percaya ! Bagaimana bisa pria super cupu yang kutemui saat upacara pembukaan kini menjadi cowok paling populer disekolah ? Lagi pula kemana perginya kacamata bulat yang selalu ia pakai ? jerawat-jerawat kecil yang memenuhi pipinya ? tatan...