Sekolah sangat berisik hari ini, lebih berisik dari biasanya. Tentu saja. Karna hari ini nilai ujian akan ditempel di madding sekolah. Dikelas murid-murid sibuk merencanakan liburan musim dingin yang sebentar lagi akan tiba. Padahal ini masih musim gugur walaupun hawa dingin mulai terasa menusuk kulit.
Aku duduk dipojok kelas –tempat dudukku- dan melamun menghadap jendela. Diluar kulihat anak-anak ramai berkeliaran ditaman dan disekitar halaman sekolah. Entah mengapa semuanya tampak sangat riang tertawa bersama orang-orang disekitarnya. Kadang aku iri dengan cara mereka tertawa yang terlihat sangat ringan tanpa beban. Seakan hidup mereka semua lancar-lancar saja selama ini.
Mataku sibuk menilik satupersatu dari mereka, hingga kutemukan seorang yang tak asing disana. Luna. Matanya menyipit seiring dengan tawanya yang meledak, sangat khas dan menyejukkan untuk dilihat. Ahh kalau boleh jujur, sebenarnya aku sangat merindukannya.
Disampingnya ada Moon yang tengah berusaha berjalan dengan bantuan tongkat yang dijepit di lengan kanannya. Pelipis kirinya ditutupi perban hingga menutupi alisnya. Pipinya masih tampak biru lebam. Dia benar-benar babak belur. Sementara Luna dan Cila –gadis yang kuketahui menyukai Moon- dengan sabar membantunya berjalan. Membuatku semakin sakit hati.
"Apa yang kau lihat ?" tanya Marco tiba-tiba mengejutkanku
"tidak ada" kataku langsung mengalihkan pandanganku kearah lain
"emm, kau merindukannya yah ?" tanya Marco usil
"untuk apa ? lagipula dia sudah bahagia disana"
"itu tidak ada hubungannya kan ?"
"sudahlah jangan membuatku sebal" bentakku kesal, walaupun sama sekali tidak mirip bentakan yang umumnya nyaring. Karna aku kembali jadi sidatar tanpa ekspresi.
Marco hanya mengerucutkan bibirnya manyun. Dasar lebay !
Aku yang merasa moodku hancurpun beranjak dari kursiku, meninggalkan kelas yang memang sudah terasa agak sepi karna para penghuni yang berisik sudah beralih tempat.
"kemana ?" tanya Marco dingin saat aku berjalan melewatinya
"kantin" kataku datar tanpa mengehentikan langkahku. Dia cukup mengerti untuk tidak mengikutiku, mungkin dia sadar kalau aku ingin sendiri. Baguslah, aku bersyukur walaupun dia cerewet dia orang yang cukup pengertian.
Aku pergi kekantin menuju mesin penjual minuman dan membeli sekaleng kopi. Setelah minum seteguk dan merasakan pahit dipangkal lidahku, aku berjalan meninggalkan mesin penjual minuman itu.
Diujung lorong anak-anak kelas 2 sibuk mengerumuni madding, rupanya hasil ujian telah ditempel disana. Aku pun melangkahkan kakiku menuju kerumunan itu. Tiba-tiba seorang menepuk pundakku.
"Hei, mau lihat pengumuman ?" sapanya lembut seraya tersenyum manis padaku
"Ah, ya" jawabku membalas senyumnya
"Ayo kita lihat bersama" katanya seraya menggandeng tanganku, aku yang terkejut hanya bisa diam dan mengikutinya.
"Arissa, Arissa, Arissaaa..." Dia menilik satu persatu barisan nama itu dengan telunjuknya mencari namanya sendiri "Ahh ! nilaiku turun lagi !" eluh Arissa murung
"mana ?"
"urutan 7" jawabnya manyun "padahal kemarin aku masuk 5 besar"
"Nilaimu masih bagus kok, percayalah aku pernah jatuh lebih dalam darimu" sambungku ketika aku mengingat nilaiku semester lalu, benar-benar menyedihkan.
"eh ? yang benar ?"
"ya"
"hehe, kau urutan keberapa sekarang ?" tanyanya lagi, aku pun mulai melirik papan madding itu lagi dan mencari namaku diurutan atas, aku cukup percaya diri semester ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayon de Lune
RomanceAku tidak percaya ! Bagaimana bisa pria super cupu yang kutemui saat upacara pembukaan kini menjadi cowok paling populer disekolah ? Lagi pula kemana perginya kacamata bulat yang selalu ia pakai ? jerawat-jerawat kecil yang memenuhi pipinya ? tatan...