7. Tidak berubah

105 5 1
                                    

            Tak terasa akhirnya liburan musim panas datang juga, Seperti yang sudah ku duga sebelumnya, sebenarnya liburan kali ini cukup membosankan. Mana cuaca sedang panas-panasnya. Aku hanya berdiam diri dirumah, berendam setiap badanku mulai gerah, menonton film, memainkan alat-alat musik dirumah, melukis kadang-kadang jika moodku sedang bagus, dan mengganggu Moon pastinya.

Rumah kami bersebelahan, tak heran kalau aku dan dia sangat dekat sejak kecil. Keluarga kami juga sangat dekat. Kadang ketika Moon ditinggal Orangtuanya keluar kota, aku sering mengajaknya menginap dirumahku saat malam, dan bermain dirumahnya sepuasnya saat siang. Berbeda denganku, yang punya saudara, Moon anak tunggal. Jadi saat orangtuanya pergi keluar kota dan dia tidak bisa ikut terpaksa ia harus tinggal sendiri dirumah. Walaupun begitu Moon orang yang sangat mandiri, bahkan dia lebih mandiri dari pada aku. Dia juga lebih pandai memasak dari pada aku. Biasanya saat liburan seperti ini keluargaku dan keluarga Moon pergi liburan bersama, kami pernah kepantai, kegunung, bahkan kami juga sering keluar kota. Tapi itu kan dulu waktu SD, entah mengapa akhir-akhir ini para orangtua malas diajak keluar rumah. Tahun lalu kami tidak berlibur kemana-kemana, karna waktu itu Ibu Moon sedang sakit. Tahun ini sepertinya Moon sibuk dengan tim basketnya yang akan ikut turnamen, jadi dia harus latihan setiap hari dan pergi kemana-mana untuk bertanding. Huft. Untung saja kak Yogi menyarankan untuk mengadakan pameran dihotel dekat pegunungan itu, kalau tidak mungkin aku tidak akan kemana-mana liburan musim panas ini.

“Luna, selamat pagi” Kepala Moon tiba-tiba muncul saat aku membuka pintu teras kamar ku. Aku tidak kaget, sebenarnya malah aku sudah biasa. Moon memang kadang suka langsung memanjat kesitu. Kadang kalau pintunya terbuka dia masuk kerumahku lewat kamarku.  Jika ketahuan ibuku ia sering dimarahi, mungkin ibuku beranggapan tidak pantas seorang cowok masuk kekamar cewek, yah tapi apa boleh buat bagi Moon ini  sudah seperti bagian dari rumahnya sendiri. Yah, kamarku berada lantai atas, begitu juga kamar Moon. Sebenarnya kamar kami beseberangan. Jaraknya mungkin hanya sekitar 5 meter, diantara kamar kami ada sebuah pohon dan pagar yang cukup tinggi. Jadi Moon biasanya memanjat pohon dan berlajan diatas tembok pagar itu, lalu melompat kekamarku. Waktu kecil ia malah membentang tali disitu, ujung yang satu diikat dikamarnya ujung yang satu lagi dikamarkku. Dia bergelantungan ditali itu. Inilah salah satu alasan mengapa aku menyebutnya sibodoh. Karna dia suka melakukan hal-hal aneh seperti ini.

“Pagi” Aku menguap berjalan kebalkon

“Mau  jogging ?” Moon menaikkan alisnya duakali.

“Tidak ah, malas”

 “Ayolah, Lihat-lihat, tidakkah tubuhmu terlalu gendut ? kau harus rajin olahraga Luna” ia memutar-mutar badanku seenak jidatnya

“Ha aku gendut ?” aku mulai panik, benarkah aku gendut ? rasanya aku memang banyak makan akhir-akhir ini.

“Iya, lihat lemak ini, ini ini dan ini” Moon menunjuk bagian-bagian yang memang berlemak. Pinggang, lengan, kaki dan terakhir ia menarik-narik pipiku

“sakit !” aku memukul tangannya agar dia melepaskan pipiku yang malang

“Jadi ?” ia memiringkan kepalanya sambil berjongkok diatas pagar

“Aku ganti baju dulu” Aku masuk kekamar dan menutup pintu, lalu membalikkan badan dan membukanya lagi.

“Kenapa masih disitu ? mau ngintip ! tunggu dibawah sana” kataku membentak

“eh ? hehehe iya iyaa. Aku tau” kata Moon cengengesan lalu melompat turun kebawah. Langkahnya begitu ringan mungkin karna ia jadi semakin tinggi akhir-akhir ini.

Aku segera mencuci muka dan berganti pakaian, masih terlalu pagi untuk mandi. Aku turun keruang makan, lalu kedapur, ternyata Ibu sudah sibuk menyiapkan makanan sementara orang lain masih tidur.

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang