Rayon ¬
Aku mengatakannya ! kata-kata yang paling ingin kuhindari selama ini. Kata-kata yang tak seharusnya ku ucapkan pada gadis yang begitu kusayangi, kata-kata yang pada akhirnya hanya akan menyiksaku sesakit ini.
"menjauhlah dariku"
Begitulah caraku mengatakan padanya. Dengan wajah datar tanpa ekspresiku. Aku mencoba tegar walaupun hatiku memberontak menolaknya. Semua ini kulakukan demi dia. Agar dia bisa mencintai Moon dengan bebas tanpa perlu memikirkanku lagi. Begitu rencanaku, tapi apakah mungkin aku bisa menjauhinya ? aku bahkan tak bisa behenti memikirkannya walau sedetik saja. Dan sekarang aku memintanya untuk menjauh dariku ? hebat ! entah aku masih bisa hidup normal atau tidak setelah ini.
"Pokoknya menjauhlah"
Kakiku lemas, tubuhku gemetaran seakan tak kuat menahan luapan emosi ini. Aku tak menyangka akan sesakit ini memintanya menjauh. TUHAAAN !! apa yang telah kulakukan ? mengusir orang yang paling ingin kujaga dari hatiku, apakah benar ? apakah hal ini tepat untuk dilakukan ?
Aku terududuk ditangga lantai 2. Meratapi kebodohan yang baru saja kulakukan. Dadaku sesak, seakan ada yang meremasnya agar paru-paruku hancur. Sakit. Lagi-lagi aku kehilangan orang yang paling kusayangi. Ibu... Luna... kenapa aku tak bisa menjaga mereka agar tetap disisiku ? agar tetap mencintaiku ? mengapa ? mengapa aku selalu menderita begini ? kenapa harus Moon ? kenapa bukan AKU ??? Bodoh bodoh bodoh !!!
"BODOH !!!" pekikku nyaring sambil memukul-mukul kepalaku sendiri persis seperti orang yang sedang depresi. Tidak, aku memang sedang depresi
Sesuatu yang hangat keluar dari sudut mataku. Mengalir perlahan menuruni pipi dan jatuh kelantai. Heh. Menyedihkan sekali. Bahkan seorang Luna bisa membuatku menteskan air mata lagi sejak aku kehilngan ibuku.
Lucu, ketika mengingat orang yang sering membuatku tertawa dan melayang karna bahagia bisa membuatku jatuh dan berakhir jadi pecundang seperti ini.
Mengapa ? mengapa aku bisa sangat menyangimu Luna ? mengapa ?
***
Author Pov ¬
Sementara yang lain tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, seorang gadis malah asik sendiri didepan cermin. Ia mendekat pada cermin, memandangi wajah cantiknya yang penuh riasan. Merapikan tatanan rambutnya yang sudah di hias sedemikian rupa. Ia mundur kebelakang, menjauhkan dirinya dari cermin. Memperhatikan sosoknya yang tengan berdiri disebrang sana dengan gaun berwarna softpink super cantiknya. Hadap kiri, hadap kanan, putar kiri, putar kanan. Seakan ia ingin sempurna diliat dari sudut manapun.
"Arissa ! jangan bercermin terus, hapalkan dialogmu" pekik seorang wanita dari balik pintu. ia kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang rias.
"Tenang saja, aku sudah hapal semua dialogku" jawab gadis itu enteng tak berpaling dari cerminnya
"yang benar ? awas saja nanti kalau salah. Aku pecat kau jadi pemeran utama"
"tidak akan, kak Merry tenang saja, aku tidak akan mengacau. Aku sudah latihan seluruh adeganku 10 kali sehari" jawabnya yakin.
"serius ?"
"tentu saja"
"emmm, baguslah" Merry mengangguk-angguk seraya berjalan mendekat kearah Arissa. Ia duduk dikursi tepat disebelah Arissa yang sedang berdiri. Memperhatikan Adik kelas yang begitu membuatnya bangga karna kecantikan dan kepandaiannya dalam berakting.
"kau tampaknya tidak gugup sama sekali" katanya tiba-tiba membuat Arissa yang tadinya sibuk membolak-balik tubuh dan gaunnya didepan cermin terhenti dan menatapnya serius

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayon de Lune
RomanceAku tidak percaya ! Bagaimana bisa pria super cupu yang kutemui saat upacara pembukaan kini menjadi cowok paling populer disekolah ? Lagi pula kemana perginya kacamata bulat yang selalu ia pakai ? jerawat-jerawat kecil yang memenuhi pipinya ? tatan...