13. Aku kembali

77 4 0
                                    

Aku sampai dirumah lebih awal dari ayahku, hal ini jarang terjadi akhir-akhir ini. Karna aku sering keluyuran dan pulang malam, sebenarnya aku menghindari makan malam bersama ayahku.  Aku benar-benar tak ingin bicara dengannya.

Aku masuk kerumah dengan tatapan aneh semua pelayan dirumahku. Mungkin karna langit cerah-cerah saja sementara pakaianku basah kuyup.

“Tuan muda, anda baik-baik saja ?” Pak Koko satpam dirumahku langsung berlari membukakan pagar untukku. Wajahnya tampak heran

“ya, aku tidak apa-apa” jawabku datar

“mau saya ambilkan handuk ?” tanyanya lagi

“tidak usah, itu bukan tugasmu kan ? tutup saja pagarnya” kataku cuek

“baik tuan” jawabnya cepat

Aku berjalan melewati halaman rumahku yang cukup luas, kadang aku kesal dengan ayahku. Kenapa ia harus membuat halaman seluas ini. Aku hampir sampai didepan pintu dan seorang pelayan sudah menyambutku disana.

“Selamat datang Tuan muda” Sapanya sambil membungkuk padaku.

“ya aku pulang” jawabku datar

“Tuan, anda basah kuyup. Anda tidak baik-baik saja ?” tanyanya khawatir, dia pasti berfikir aku habis jatuh kesungai atau semacamnya. Yah tidak salah sih, karna aku memang jatuh tapi disengaja

“Ya, aku ingin mandi” jawabku dingin sambil menyelonong masuk rumah. Pelayan rumahku pasti sibuk mengepel lagi. Maaf ya, aku tidak sengaja pulang basah-basah kuyup begini.

“Baik, segera saya siapkan airnya” jawab pelayan itu langsung pergi dengan cepat. Sementara aku pergi kebelakang mengambil handuk dan melepas pakaian basahku. Hah dingin sekali. Aku ingin cepat-cepat mandi…

Aku berendam dengan air hangat yang nyaman sekali. Tubuh-tubuhku yang kaku terasa lebih ringan sekarang. Aku berendam cukup lama sampai kudengar ayahku pulang. Aku segera naik dan berpakaian lalu pergi menuju meja makan.

Aku sampai 10 menit lebih awal dari ayahku. Dia begitu terkejut melihatku duduk disini. Entah senang atau tidak tapi dia berusaha untuk tetap tenang dan duduk dikursinya. Gawat aku sangat tegang ! mengapa makan malam bersama ayah yang biasanya santai bisa jad setegang ini sih ? mungkin karna sudah lama aku tidak duduk disini. Aku mengambil nasi dan lalu setelah ayah, kemudian makan dengan perlahan tanpa bicara sedikitpun. Apa yang harus kukatakan ? aku bingung. Yang terfikirkan olehku adalah memperbaiki hubunganku dengannya yang telah rusak gara-gara aku. Sucks ! Ternyata memperbaiki hubungan jauh lebih sulit dari pada merusaknya.

“bagaimana sekolahmu ?” Suara dingin Ayah tiba-tiba memecah kesunyian yang konyol ini

“biasa saja” jawabku dingin, biasanya aku menjawab “baik-baik saja” tapi karna kurasa akhir-akhir ini tidak ada hak baik yang terjadi jadi aku jawab saja seperti itu

“benarkah ? kudengar kau masuk klub lukis” Tanya ayah membuatku terkejut

“Ayah tau dari mana ?” sahutku dingin

“dari seorang siswa kenalan ayah” jawab ayah enteng

“siapa ?” tanyaku

“ada, nanti aku kenalkan padamu”

“ayah memata-mataiku ?” tanyaku dengan PD-nya

“tentu saja tidak, lagipula aku baru bertemu dengannya satu kali” yah tentu saja, tidak mungkin dia memata-mataiku, dia kan tidak peduli. Agrr apa sih yang kufikirkan ! saat ini aku  ingin memperbaiki hubunganku dengannya tapi aku malah berfikiran seperti itu

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang