3. Kenangan buruk

203 4 0
                                    

KENANGAN BURUK

Sudah seminggu sejak kejadian diperpustakaan itu berlalu. Sepertinya Cila baik-baik saja. Dia tidak tampak terganggu dengan sikapku yang menolak jadi temannya. Tanpa kusadari akhir-akhir ini aku jadi lebih sering memperhatikannya. Dia benar-benar gadis yang ceria dan suka tertawa. Bahkan menurutku dia yang paling heboh dikelas ini. Bagaimana mungkin aku tidak mengenal orang yang paling menonjol dikelas ? Tuhan, aku terlalu takut memperhatikan sekelilingku. Selama ini mataku hanya tertuju pada Moon. Aku tidak punya teman lain selain dia, tidak, bukan begitu. Sebenarnya aku memang tidak ingin punya teman lain lagi selain dia.

Aku sendiri tidak mengerti perasaan apa ini. Trauma kah ?  phobia kah ? entahlah. Yang kutau aku tidak bisa berteman dengan perempuan lagi karna masa laluku. Hal itu terlalu menyakitkan buatku. Bahkan mengingatnya saja bisa membuatku menangis. Maka kuputuskan untuk tidak peduli. Sekarang yang aku punya hanya Moon, dia tidak pernah meninggalkanku. Dia sangat berharga, dan aku akan menjaga sesuatu yang berharga milikku. Mungkin karna aku terlalu berusaha menjaga Moon, aku jadi tak memperdulikan yang lain lagi. Menyedihkan. Aku benar-benar menyedihkan.

“Kau kenapa ?” tanya Moon tiba-tiba mengagetkanku.

“tidak” kataku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku

“Oh. Hey aku ada pertandingan persahabatan hari ini, Kau mau menontonku kan  ?” Moon melemparkan senyum manisnya padaku, dia terlihat lebih dewasa saat tersenyum begini.

“Kapan ?”

“Pulang sekolah, langsung kegedung olahraga saja. Aku tunggu disana”

“baiklah” Ucapku diiringi senyum kaku yang sudah pasti disadari oleh Moon. Ia hanya memandangiku dengan wajah datar. Ia tau aku tidak baik-baik saja sekarang.

“Lisa, hari ini kau akan menonton Andre kan ?” Ia bertanya pada seorang cewek yang duduk didepan kursinya.

“tentu saja, aku akan pergi dengan Cila. Kenapa ?” Cewek itu kini berbalik dan memandang kami berdua

“Oh, cari kursi paling depan yah. Ajak dia juga” Ia menunjukku. Apa-apaan ini ? dia menyuruhku pergi bersama cewek ?

“Moon !” seruku spontan

“ha ? Luna mau pergi bersama kami ? Cila pasti senang” Ia tersenyum padaku

“heh ?” kataku dengan wajah bingung

“ya, dia selalu membicarakanmu sejak hari pertama. Sepertinya dia fans beratmu” ia mengedipkan sebelah matanya, apa itu ? dia naksir padaku ? apa yang dia lakukan ? apa itu semacam kode ?

“eh ?” aku masih ter-eh-eh kebingungan. Apa yang sudah dilakukan Moon ! dia tau aku tak bisa berteman dengan cewek, mengapa sekarang dia menyuruhku untuk pergi menontonnya bersama 2 cewek sekaligus. Apa sih yang dia inginkan ? dia ingin aku menangis lagi ? Moon sialan.

“oke, kalau begitu aku tunggu kalian meneriaki namaku nanti” ia mengambil tasnya lalu berlari meninggalkan kami berdua

“Oy sialan, mau kemana kau ?” aku segera beranjak dan mengejarnya

“Moon sialan. Tunggu !!” teriakku seraya mengejarnya.

“Oy, apa maksudmu tadi !” kutarik kerah belakang bajunya dan itu membuatnya hampir terjatuh kebelakang. Aku merasa darahku mulai mendidih sekarang

“et-et-et…. Pelan-pelan Luna, sakit tau !” ia memegang lehernya yang tampak memerah. Untung saja kami sudah berada di luar, disamping gedung olahraga. Jika ada yang melihat aku pasti dicap cewek preman.

“apa yang kau lakukan tadi ?” masa bodoh, aku tak peduli dengan lehernya, aku benar-benar ingin memukulnya sekarang, mumpung disini sepi.

“Apa ? aku hanya memintanya untuk pergi bersamamu nanti. Apa yang salah dari itu ?” jawabnya  dengan wajah lugu tak berdosa

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang