19. Terlalu bodoh

80 1 0
                                    

Luna ¬


Aku melamun, fikiranku melayang kekejadian tadi malam, dimana Ray menyatakan perasaannya padaku dan aku tak bisa menjawabnya dengan benar. Bagimana aku merasa terlalu bahagia saat itu, sampai-sampai ingin melompat kegirangan. Lalu dalam sekejap kebahagiaan yang kurasakan hilang begitu saja saat aku mendengar Moon kecelakaan. Hatiku langsung kacau. Aku tak bisa berfikir jernih, bahkan aku hampir meninggalkan Ray disana. Bodohnya aku ! aku berniat menelponnya sekarang juga, tapi setelah kufikir lagi mungkin sebaiknya aku bicara langsung padanya. jadi kuputuskan untuk mengajak bertemu dan meminta maaf sekaligus menjawab pertayaan semalam.

Mataku kembali menatap layar ponselku, nama Cila dan Lisa ada di list missed call-ku.  Ah iya, aku harus memberitahu mereka kalau moon sekarang ada dirumah sakit.

Akupun menelpon Cila dan Lisa dan menceritakan kejadian semalam, mereka benar-benar kaget. Terutama Cila. Dia begitu panik saat ku bilang moon kecelakaan. Kamipun berjanji akan kerumah sakit bersama jam 11 nanti.

"Moon !" sapaku membuka pintu ruang rawat inap moon

"ah, Luna ! dan cila, dan lisa" katanya mengabsen kami satupersatu, ia lalu beranjak dari tidurnya dan berusaha untuk duduk. Melihatnya yang kesulitan aku langsung membantunya

"thanks" katanya

"susah yah bergerak dengan satu tangan, kiri lagi" kataku

"yah begitulah"

"tangan kananmu patah ?" tanya Cila

"ya, keren kan ?"

"hah ? apanya yang keren !" seru Cila

"hahaha, cowok yang banyak luka itu kan keren. Nanti saat sudah sembuh, aku bisa menunjukkannya dan menceritakannya keorang-orang. Keren bukan ?"

"kau ini bodoh yah ?" omelku

"jangan-jangan kepalanya terbentur sangat keras jadi otaknya agak rusak sekarang" sambung Lisa

"kepalaku baik-baik saja"

"ngomong-ngomong, kalau keadaanmu sudah begini, apa kau bisa main basket ? turnamenmu kan satu bulang lagi" tanya lisa lagi

"ah, aku pasti sudah sembuh saat itu, tenang saja"

"yakin sekali kau ! padahal kau sudah babak belur begitu" sambungku

"tenang saja, aku kan kuat. Btw, kalian tak mau memberikan kuenya untukku ? aku lapar !" katanya melirik cake yang dibawa Cila.

"dasar kau ini!" omel Cila. Iapun lalu membuka bungkus cake isi canele itu dan menyodorkannya pada moon. Dengan cepat moon mengambilnya dengan tangan kiri. Spontan kupukul tangannya. PLAK !

"aduh ! apa sih ?" serunya kesal

"jangan pakai tangan kiri !" omelku.

"memangnya aku bisa pakai tangan kananku ?" balasnya sambil menunjukkan tangan kanannya yang diperban. Oh iya aku lupa, tangan kanannya patah

"sini !" kataku langsung mengambil sebuah canele dan menyodorkannya kemulutnya

"hah ?" seru moon bingung, tapi kesempatan itu kupakai untuk memasukkan kue itu kedalam mulutnya. Mulutnya pun penuh, wajahnya yang kaget itu sangat lucu sampai membuat kami semua tertawa melihatnya.

Kami terus mengobrol dan makan kue bersama. Cila dan Lisa yang usil mengganggu moon dengan memukul-mukul bagian luka moon yang membuatnya ingin menjerit. Saat jam makan siang, seorang perawat masuk dan mengantarkan makan untuk moon. Aku pun berinisiatif untuk mencoba mendekatkan Cila dengannya.

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang