8. Senyumannya, tulus.

121 3 0
                                        

Hari ini aku berencana mengemasi barang-barang dan mempersiapkan bawaan untuk besok. Karna besok aku akan pergi ke hotel dekat pegunungan untuk acara pameran lukisan seperti yang direncanakan kak Yogi. Aku mulai mengemasi baju-bajuku kedalam koper yang cukup besar karna kak Yogi bilang kami akan menginap untuk beberapa hari sekalian berlibur. Sore hari aku meminta Moon menemaniku berbelanja ke Supermarket. Membeli beberapa cemilan dan beberapa barang seperti Lotion, parfume, sabun dan shampoo. Moon mengomel-ngomel karna ingin ikut tetapi tidak bisa karna besok dia ada latihan dan pertandingannya 3 hari lagi. Kami juga membeli bahan makanan yang disuruh Ibu. Malam harinya Moon ikut makan bersama dirumahku. Tadinya ia juga ingin tidur bersamaku tetapi aku menendangnya keluar kamar karna takut ketahuan Ayah dan Ibuku. Memang terdengar cukup lebay, tetapi kami memang tidak pernah tidak bertemu satuharipun. Bahkan waktu kecil jika aku pergi berkunjung dan menginap kerumah nenekku, dia ikut dan akhirnya dianggap cucu juga oleh nenekku. Sebaliknya jika Moon diajak Orangtuanya pergi keluar kota ia akan mengajakku, dan memaksaku untuk ikut bersamanya. Sekarang ketika Moon sudah besar, ia tidak lagi ikut dengan orangtuanya jika pergi keluar kota. Ia lebih senang tinggal dirumah sendirian dari pada ikut jalan-jalan bersama orang tuanya.

Esokharinya aku berangkat pagi-pagi sekali kesekolah, karna kak Yogi meminta kami semua berkumpul dan pergi bersama naik mobil. Tentu saja Moon yang mengantarku kesekolah, ia membawakan koperku dengan tabahnya. Tapi setiap kali kulirik, wajahnya cemberut, ia masih sebal karena tidak bisa ikut. Selama dijalan ia terus menceramahiku. Ia bahkan lebih cerewet dari ibuku. Aku hanya tertawa geli melihatnnya. Sesampai disekolah ternyata semua sudah berkumpul digerbang, ada 1 buah mobil dan 1 mini bus. Aku langsung menghampiri kak Yogi.

“Maaf kak, aku terlambat” kataku sesaat ketika sampai tepat didepannya

“tidak kok, kita juga baru akan berangkat” kak Yogi tersenyum

Aku menoleh kesekeliling, sepertinya ada beberapa orang yang sudah masuk mini bus. “apa semuanya ikut ?” tanyaku

“Roy dan Zila tidak bisa ikut, Roy harus latihan basket dan Zila bilang ia dan keluarganya sedang diluar kota” kak Yogi menjelaskan

“Oh Roy tidak ikut ? kukira dia akan ikut bersama kalian” kata Moon tiba-tiba menyambung obrolan kami

“tidak, katanya ia akan latihan, walaupun pelatihnya bilang dia hanya akan jadi cadangan dipertandingan nanti” Kata kak Yogi langsung menanggapi Moon

“Benarkah ? bodohnya anak itu, jika aku jadi dia aku pasti sudah meninggalkan latihan basket dan ikut bersama Luna, eh maksudku ikut liburan bersama kalian” Moon langsung panic ketika ia keceplosan menyebut namaku. Memalukan.

“haha kalian makin hari makin mesra saja yah” kak yogi terkekeh melihat sikap Moon

“Kak Yogi, sudah kubilang kami tidak pacaran” aku mendebat kata-kata kak Yogi. Sementara Moon hanya tertawa bodoh bersama kak Yogi. Tiba – tiba Cila meneriakiku dari dalam mobil.

“Lunaaaaa. Kesini-kesini” ia melambai-lambai memberi isyarat agar aku duduk disampingnya. Yah teman sekelasku yang menyebalkan ini juga juga anggota klub. Sebenarnya dia orang yang sangat baik, hanya saja ia terlalu berisik dan suka membahas hal-hal aneh yang tidak ku mengerti. Aku pura-pura tidak mendengarnya dan berbicara pada kak Yogi.

“Kak, di bus masih ada kursi kosong kan?” tanyaku pada kak Yogi

“Sepertinya masih ada satu. Tidak ikut naik mobil saja ? di mobil cuma ada cila dan kakak loh, masih luas” kata kak yogi menyarankan

“Ah aku sedang ingin naik bus saja kak hehehe” jawabku cengengesan

“Yasudahlah, kalau begitu naik sekarang, kita akan segera berangkat. Moon taruh saja kopernya dibagasi mobil” kak yogi lalu berjalan kearah mobil dan moon mengikutinya. Aku berjalan disamping Moon lalu menepuk pundaknya dan berlari mendahuluinya yang sedang mengangkat koperku.

Rayon de LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang