💕 Happy Reading 💕
🌿🌿🌿
Pagi hari, langit sedikit cerah bersahabat.
Kediaman Wang.
Wang Yibo sudah berdandan dengan elegan dalam setelan resmi serba hitam. Bergegas menuruni anak tangga dan melihat asistennya yang berdiri di dekat pintu kaca.
“Ada kabar dari Xiao Zhan?” dia bertanya setelah berada di anak tangga bawah. Tangannya membenahi klip dasi yang menempel.
Paul sedikit bingung ditanya seperti itu. Dia hanya takut berita tentang Xiao Zhan akan meruntuhkan semangat bosnya.
“Kenapa diam? Dia bisa datang atau tidak?” Yibo menancapkan tatapan menuntut pada asistennya.
Belum sempat menjawab, Paul mendengar Wang Haoxuan berkata dari atas tangga. Membuat bos muda itu berpaling ke arah suara adiknya.
“Kenapa kau masih mencari Xiao Zhan? Dia sekarang sudah memiliki orang lain,” Haoxuan menapaki anak tangga.
“Aku hanya ingin melihatnya. Apa yang dia katakan?” Yibo melayangkan pandangannya kembali pada Paul.
Asisten itu sedikit berdehem sebelum bicara. Dia berharap bosnya tidak terpengaruh seperti yang dia takutkan.
“Tuan Muda Xiao – tidak bisa datang karena – ehm – Dia sedang ke Paris bersama kekasihnya,” ujar Paul dengan nada lambat dan hati-hati.
“Paris?”
Wang Yibo sejenak tertegun. Hatinya merasakan kepedihan luar biasa. Seakan dirajam ribuan jarum, begitu menusuk dan berdenyut. Tangannya menggapai pegangan tangga, menahan dirinya untuk tidak terjatuh karena lututnya yang mendadak lemas.
Dia mengusap dadanya yang sesak, sementara rasa panas mulai menyerang matanya.
“Paris...?” ia kembali bergumam lirih.
Wang Haoxuan segera mendekati kakaknya dan memegang bahunya yang sedikit gemetar.
“Sudahlah, Ge. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri. Dia sudah melupakanmu,” ujarnya ikut prihatin.
Wang Yibo tertunduk dan memejamkan mata. Menahan sekuat tenaga agar airmata yang hampir memenuhi pelupuk matanya tidak keluar disaat seperti itu. Jarinya tampak memutih karena mencengkeram balustrade sangat kuat.
Melihat kondisi kakaknya, Haoxuan mengajaknya duduk beberapa saat di ruangan samping. Lantas meminta bibi Ann membuatkan minuman.
Setelah menepuk bahu kakaknya memberi semangat, dia beranjak bangkit.
“Aku berangkat lebih dulu. Kau dan kakak bisa menyusul. Lagipula kemunculannya hanya untuk membuktikan kalau dia selama ini baik-baik saja,” Haoxuan berkata pelan pada Paul yang mengangguk.
Dia pun berjalan keluar, mendekati mobilnya dan melaju meninggalkan kediaman Wang.
Wang Yibo bersandar lemas sambil memejamkan mata. Berusaha menenangkan diri, walaupun hatinya tetap merasakan pedih dan pilu yang begitu menyakitkan.
Paul mendekat dan menempati sofa kosong di depannya, sesaat mengangguk samar pada bibi Ann yang membawakan secangkir teh lemon hangat.
“Zhuocheng yang mengabarimu?” akhirnya Yibo menegakkan punggung dan meraih gagang cangkir setelah menghirup aroma lemon.
“Hmm, dia bilang tuan muda Xiao tidak menerima job apapun selama seminggu,” sahut Paul sambil membuka-buka ponsel.
“Seminggu? Dia di Paris selama itu?” gumam Yibo, berusaha menahan cangkir dengan kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓑𝓮𝓽𝔀𝓮𝓮𝓷 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓲𝓷𝓮𝓼 [𝓢𝓮𝓪𝓼𝓸𝓷 2][ᴇɴᴅ]
Romance𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒇𝒓𝒐𝒎 𝑳𝒐𝒗𝒆 𝒊𝒔 𝑰𝒎𝒑𝒍𝒊𝒆𝒅 𝒃𝒚 𝑨𝑹 𝒀𝒊𝒛𝒉𝒂𝒏 Naik turunnya kisah Wang Yibo dan Xiao Zhan, kesalahpahaman dan kepercayaan yang diuji. Xiao Zhan harus menerima kenyataan bahwa dirinya mencintai orang lain disaat terpisah d...