Keping 7

4.6K 490 8
                                    

Alinda diam-diam menatap Arya yang sedang mengancingkan kemeja dan bersiap untuk ke kantor. Alinda sendiri baru saja bangun dan menemukan Arya yang sedang bersiap-siap. Arya dengan kemeja slimfit dan celana yang membalut tubuhnya dengan pas. Alinda masih bisa membayangkan dirinya yang bercinta dengan Arya beberapa hari lalu dan mereka berakhir awkward sampai hari ini. Hal ini agak aneh menurut Alinda karena mereka sama-sama mengakui bahwa the sex was great meski tanpa perasaan. Bukan sebelum-sebelumnya tidak awkward, tapi setelah hari itu mereka malah agak distant meski Arya mengatakan akan membuat pernikahan mereka lebih baik. Namun, setidaknya mereka sudah mulai bicara lagi dan tidak saling mendiamkan. Alinda menggelengkan kepala untung mengenyahkan bayangan saat Arya bersamanya.

"Nanti makan siang sama ayah, jangan lupa," ucap Arya sambil memasang dasi dan merapikannya. Ia kemudian mengenakan jas, merapikan penampilannya sebentar lalu pergi keluar sambil membawa tas.

Alinda akhirnya bangun dan mengikuti Arya ke meja makan untuk sarapan. Pria itu sudah duduk di sana dan Olan sedang memberikan sarapan untuk Arya. Alinda ikut duduk di bangku kosong lalu bertanya, "Makan siang di mana? Ayah aku yang ngajak?"

Arya mengangguk sekali, lalu mulai menyantap nasi gorengnya. Masakan kesukaannya yang hampir setiap hari ia makan.

Alinda hanya diam menatap Arya yang mengunyah nasi goreng sementara dirinya hanya puas dengan satu buah apel. Untuk memiliki tubuh semampai, usahanya tidak mudah, sobat. Terkadang, Alinda ingin sekali mencicipi nasi goreng buatan Olan. Satu sendok sebenarnya tidak masalah, selama seharian ia menjaga makanannya tetap di batas kalori harian, tapi Alinda tidak yakin kalau hanya berhenti di satu sendok. Melihat Arya yang lahap, pasti rasanya enak dan tidak mungkin ia puas dengan satu sendok makan. Ia buru-buru mengalihkan pikirannya lagi dan fokus dengan acara makan siang. "Aku nggak bisa. Mau ketemu dengan istrinya Mas Eda. Kamu aja makan siang berdua sama ayah."

"Sekalian aja ajak istrinya Mas Eda," kata Arya dengan asal.

Alinda berdecak. "Nggak bisa. Acara cewek."

Gantian Arya yang berdecak. "Ayah mau kamu ikut, aku nggak akan maksa kalau bukan permintaan ayah kamu. Kamu nggak gubris pesan dari ayah sama sekali."

Alinda memang menghindar dari sang ayah. Ia masih kesal kalau mengingat dipaksa harus menikah dengan Arya. Ayahnya sering membawa-bawa usia Alinda dan Nadi yang terpaut jauh. Beliau memang tidak menyetujui hubungannya dengan Nadi, dan menentang keras. Sang ayah bahkan rela menyabotase hubungan mereka berdua dengan berbagai cara. Alinda masih gondok kalau mengingat itu semua. "Nanti aku balas, tapi kamu aja yang makan siang berdua. Bilang aja aku sibuk atau apa kek. Kamu kan jago tuh sandiwara."

Arya berdecak lagi tapi tidak menyahut. Ia kemudian menyantap makanan dengan tenang dan setelah berlalu begitu saja tanpa pamit.

Alinda masih duduk di meja makan dan sedang menghabiskan apelnya.

"Alhamdullillah, sudah akur lagi, ya, Mbak," ucap Olan seraya membereskan piring bekas makan Arya. Ia tersenyum pada Alinda.

Alinda membalas senyuman Olan. "Nanti malam, tolong belikan sate kambing sama sop untuk Arya, ya, Mbak. Dia kemarin minta sate kambing, aku lupa bilang sama Mbak."

"Iya, Mas Arya tadi bilang katanya takut Mbak Alin lupa," balas Olan masih dengan senyum yang sama.

Alinda terkekeh-kekeh. Ia memang benar-benar lupa karena kemarin buru-buru ke kantor dan tidak sempat bicara dengan Olan.

***

Alinda mendapat kabar dari Arya bahwa ayahnya membatalkan acara makan siang mereka karena harus bertemu dengan rekan bisnis yang lebih penting. Ia sudah menduga hal itu akan terjadi. Arya tetap mengajaknya untuk makan siang bersama, tapi Alinda menolak karena sudah janji dengan istri kakaknya untuk makan siang bersama. Setelah itu ia akan menemani Kasyara mencari hadiah ulang tahun untuk Danendra. Istri kakaknya yang masih muda itu tiba-tiba menghubunginya karena kebingungan mau mencari hadiah apa untuk sang suami. Alinda akhirnya menawarkan diri untuk menemani. Ia bahkan membatalkan semua jadwalnya hari ini.

"Aku nggak tahu harus kasih Mas Endra apa," ujar Kasyara lagi ketika mereka tiba di mall dan masuk ke gerai pakaian kantor.

Alinda langsung tersenyum. "Sebenarnya, dia bakal suka sama apa aja yang kamu kasih, sih. Dia sudah bucin banget sama kamu, apa aja pasti mau."

"Aku nggak tahu, belakangan aku sering bikin dia kesal jadinya dia badmood terus. Nggak marah sih, tapi diam. Justru itu yang malah bikin aku takut. Mendingan dengar Mas Endra marah daripada diam," kata Kasyara. Ia lalu mengambil salah satu kemeja dan menunjukkannya pada Alinda untuk minta pendapatnya.

Alinda mengangguk. Ia pun lebih suka kakaknya marah daripada diam. Kalau Arya ... marah atau diam sepertinya sama saja.

"Mbak Alin, nggak mau belikan Mas Arya juga?"

Alinda terkejut mendengar pertanyaan Kasyara, ia kemudian tertawa garing. Ia bahkan tidak tahu ukuran pakaian Arya, bagaimana ia bisa membelikan untuk pria itu. Namun, ia bisa mengira-ngira dan ikut mencari sesuatu untuk Arya.

Setelah itu, keduanya melangkah ke toko jam tangan untuk membelikan hadiah yang sebenarnya untuk Danendra. Kasyara sempat khawatir karena takut Danendra tidak menyukai pilihannya, tapi lagi-lagi Alinda mengatakan bahwa Danendra akan menghargai apa pun pemberian Kasyara.

Alinda tersenyum memperhatikan Kasyara yang sedang bingung memilih dibantu dengan pegawai toko. Ia masih ingat cerita sang kakak yang mencoba menaklukan Kasyara yang keras kepala. Danendra sempat menyerah, tapi akhirnya mereka berdua bisa bersama dan bahagia. Terkadang, ia berharap bisa bahagia seperti kakaknya.

"Mbak, thanks banget ya sudah mau repot bantuin aku," kata Kasyara seraya tersenyum begitu mereka keluar dari toko jam.

"Sama-sama. Kamu pulangnya bareng aku, kan? Aku antar sekalian."

"Nggak usah, Mas Endra mau jemput di depan."

Alinda melirik jam tangannya. Ia tidak menyangka bahwa akan menghabiskan waktu sampai sore di mall. Ia sudah lama tidak berjalan-jalan dengan teman wanita, dan ternyata lumayan menyenangkan meskipun Kasyara mengaku tidak suka berbelanja. "Ketahuan dong kalau habis beli jam?"

"Nggak apa-apa, paling juga nanti dia lupa. Eh? Apa kita dinner dulu, Mbak? Ajak Mas Arya juga, pasti Mas Endra mau-mau aja."

Alinda kemudian tersenyum, tapi ia harus menolak. "Lain kali aja, ya. Nanti aku datang pas Mas Eda ulang tahun. Hari ini Mas Arya lagi minta ditemani makan sate kambing, sudah disiapkan di rumah."

Alinda dan Kasyara akhirnya berpisah. Alinda langsung pulang ke rumah dan saat itu Arya belum pulang. Alinda segera masuk ke kamar untuk mengecek ukuran kemeja Arya, dan ia bisa bernapas lega saat ternyata ukurannya sesuai. Ia tersenyum, lalu meletakkan paper bag berisi kemeja di meja kerjanya Arya.

Alinda sudah membersihkan diri dan sedang menggambar di ruang tengah saat Arya pulang. Ia tersenyum menyambut Arya. Pria itu menghampirinya lalu ikut duduk di sofa.

"Kok tumben sudah pulang duluan?" tanya Arya sambil menatap Alinda yang duduk di karpet.

Alinda mendongak. "Aku habis belanja, jadi nggak ke kantor lagi"

"Katanya makan siang aja, kok jadinya belanja?"

Alinda berdecak. "Sekalian, Ar. Aku tadi beli kemeja untuk kamu, nanti dipakai, ya."

Arya mengangguk, ia kemudian bangkit lagi. Namun, Alinda menahannya.

"Mau ke mana?"

"Ke kamar, ganti baju, habis itu makan," jawab Arya santai. "Mau ikut?"

Alinda menggeleng, tapi kemudian ia tersenyum. Ia ingin menggoda suaminya. "Cium dulu, Ar."

Arya langsung menunduk dan mengecup bibir Alinda cepat.

Setelah itu Arya pergi ke kamar dan meninggalkan Alinda lagi. Dia tersenyum tipis lalu ke dapur untuk meminta Olan menyiapkan makan malam.

***

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang