27. Melon

3.2K 424 59
                                    

Alinda akhirnya menyadari bahwa nafsu makan ini-itu dipengaruhi hormonnya. Hanya keinginan makan tanpa benar-benar ingin makan. Nafsu makannya sempat naik turun seperti biasa, dia tidak pernah memikirkan sejauh itu. Dia juga tak mengalami gejala mual sebelum ini. Dia sudah tidak meminta Jane untuk mencarikannya makanan ini-itu agar tidak dicurigai hamil lagi walaupun itu benar.

Alinda tidak tahu siapa orang yang harus dia beritahu mengenai berita ini. Dia tidak bisa asal bicara dengan siapa pun. Alinda menjadi semakin pusing dan dia pulang ke rumah dalam keadaan tidak baik-baik saja. Olan yang menyambutnya terlihat sudah menyadari keanehan Alinda dan langsung bertanya ada apa. Tanpa banyak bicara, Olan langsung membantu Alinda duduk.

"Saya ambilkan minum dulu, Mbak. Sebentar, ya," ucap Olan setelah dia meletakkan tas Alinda di meja. Ketika ingin pergi, Alinda menahannya.

"Mbak, aku enggak mau hamil dan melahirkan sendirian."

Olan terlihat terkejut mendengar ucapan Alinda. "Mbak Alinda hamil?"

Alinda meminta Olan untuk duduk dan menemaninya. "Aku enggak tahu harus bicara sama siapa. Mbak Olan jangan cerita sama siapa pun, ya?"

"Iya, apa Mbak Alinda enggak mau bilang ke Mas Arya? Mas Arya pasti senang dengar Mbak hamil."

Alinda menunduk lalu menggeleng. Dia tidak yakin Arya akan bahagia mendengar berita kehamilannya. "Mas Arya aja jarang tidur di rumah, Mbak. Aku enggak tahu dia tinggal di mana selama ini, mungkin sama Sayaka. Dia enggak pernah benar-benar cinta aku."

Olan tidak berkomentar. Dia tidak tahu pasti apa yang terjadi pada hubungan Alinda dan Arya. Namun, ketika nama Sayaka muncul lagi, dia ingat peristiwa tengah malam dulu ketika seorang wanita datang bersama anak kecil untuk menemui Arya. Dia bisa menduga, tapi tidak ingin ikut campur masalah majikannya.

"Mbak Olan, aku enggak tahu harus apa. Aku benar-benar bingung." Alinda menutupi wajahnya dengan tangan.

"Saya telepon Mas Arya supaya pulang, ya?"

Alinda langsung menoleh ke arah Olan dan mencegahnya. Dia juga memberi tahu bahwa Arya sudah mengabari akan pulang malam ini. "Rasanya aku kayak istri tua yang dimadu sama Mas Arya karena dia lebih sering menghabiskan waktu di luar daripada di rumah ini."

"Mas Arya enggak mungkin kayak gitu ke Mbak Alin. Saya ambilin minum dulu supaya Mbak Alin lebih tenang, ya."

Alinda hanya diam. Olan mungkin mengira begitu, tapi itu mungkin saja terjadi. Arya jarang tidur di rumah. Alinda pun akhirnya membiarkan Olan pergi mengambil air untuknya. Dia masih kaget dan belum sepenuhnya menerima keadaannya saat ini. Dia berniat untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan sebelum memberitahu siapa pun. Hanya saja dia mendadak panik ketika Olan bertanya.

Olan kemudian membantunya lagi ke kamar. Alinda ingin beristirahat dengan tenang. Dia bersyukur tiba di rumah dengan selamat. Seharusnya dia memang tidak menyetir sendiri.

Mas Arya berdiri lama di depan pintu. Saya tahu soalnya mau ngecek pintu depan. Saya tungguin kok enggak masuk, eh akhirnya dia balik ke kamarnya. Besoknya gitu lagi. Saya mau negur tapi bingung. Enggak berani bilang soalnya Mbak Alin kelihatan sedih terus."

Alinda terkejut. Dia tidak tahu bahwa Arya pernah seperti itu di depan kamarnya. "Apa iya Mas Arya bakal senang kalau aku hamil sekarang?"

"Pasti senang, Mbak."

Alinda tidak tahu jawabannya.

"Mbak Olan, aku minta tolong jangan kasih tahu siapapun, ya. Biar aku yang kasih tahu Mas Arya dan keluarga kalau sudah lebih siap."

Olan mengangguk lalu pamit dan membiarkan Alinda beristirahat.

Alinda tertidur saat sedang memikirkan bagaimana hidupnya ke depan. Dia membayangkan hal paling buruk terjadi padanya yaitu merawat bayinya sendirian karena bercerai dengan Arya. Orang tua mereka tentunya akan marah karena perpisahan ini. Ketika terbangun, Alinda merasa lapar dan ingin makan sesuatu. Dia keluar mencari Olan dan minta dibuatkan sesuatu.

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang