28. kalem

3.3K 425 56
                                    

"Ibu Alinda Devi!"

Alinda langsung bangkit menuju ruang dokter. Setelah hampir setengah hari menangis di kamar bersama Olan, Alinda akhirnya memberanikan diri untuk ke dokter. Tadinya, Olan menawarkan diri untuk menemani, tapi Alinda menolak. Dia ingin bisa mandiri.

Alinda deg-degan tapi tetap melangkah dengan yakin. Begitu di dalam, dokter langsung menyapa dengan ramah.

"Ibu Alinda, ya? Sudah terlambat berapa lama, Bu?" tanya dokter sembari menuliskan sesuatu di kertas. Setelah itu, dia menatap Alinda dan tersenyum.

Alinda lalu menjawab agak ragu-ragu. Dia juga menjelaskan mengenai tes yang dia lakukan sendiri. Dokter tersenyum kemudian meminta izin untuk melakukan USG. Dokter memberitahu bahwa sudah terlihat ada kantung di rahim Alinda. Sudah terlihat bahwa dirinya benar hamil.

Alinda menutup matanya sesaat, lalu setelah membuka mata dia tersenyum.

"Selamat, ya, Ibu."

"Makasih, dokter. Saya harus apa, ya?"

Dokter tersenyum. "Ibu jaga kandungan baik-baik, jangan stress, kalau diet, sebaiknya jangan ya. Apa ada keluhan?"

Alinda menggeleng. Dia memang belum mual.

Setelah memastikan kehamilannya, sekarang Alinda kebingungan bagaimana memberitahu Arya. Apakah Arya akan menerima anaknya? Alinda hamil di saat yang tidak tepat. Dia memutuskan untuk mampir ke kantor Arya sebentar. Biarpun nanti mereka berpisah, dia ingin tetap mengabari Arya.

Alinda kembali terkejut ketika melihat Sayaka di sana. Arya dengan anaknya Sayaka. Kali ini, Alinda tidak ingin balik badan. Dia berjalan menghampiri meja mereka. Beberapa pegawai tahu siapa Alinda dan mulai berbisik-bisik. Dia tetap tersenyum dan tidak peduli apa yang mereka gosipkan

Alinda memanggil Arya dengan suara yang cukup bisa didengar oleh suaminya yang sedang bercanda dengan anaknya Sayaka. Apakah Arya bisa sebahagia itu dengan anaknya nanti?

Raut Sayaka yang tadinya semringah mendadak kaku, tapi dia masih berusaha tersenyum pada Alinda. Sayaka menyapa Alinda dengan ramah hingga akhirnya Arya menyadari keberadaan istrinya.

"Alin, kenapa ke sini?" Arya bertanya seakan-akan Alinda mengganggu waktunya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Alinda.

"Mau ketemu kamu sebentar," jawab Alinda pendek. Arya kemudian berdiri dan menghampirinya. Dia mengecup pipi Alinda di depan Sayaka dan orang banyak. Alinda tak tahu apakah Arya hanya akting seperti biasa atau memang benar-benar tulus dari hatinya. Alinda tidak lagi berharap pada Arya setelah melihat dia dan Sayaka lagi hari ini di depan orang banyak. Begitu Arya ingin duduk lagi, Alinda menahan tangannya. "Aku mau bicara. Penting."

Arya sepertinya sudah bisa menduga apa yang ingin dibicarakan Alinda.

"Enggak di sini, bicara di ruangan kamu aja," ucap Alinda. Dia tak mau obrolannya menjadi bahan gosip. Sudah cukup drama yang mereka tampilkan hari ini.

Arya kemudian pamit pada Sayaka dan Kenzo. Dia kemudian merangkul pinggang Alinda dan mengajaknya ke ruangan pribadinya. Alinda tidak bisa menghindar. Begitu pintu ditutup, Arya langsung melepaskan tangannya. "Kamu sudah periksa ke dokter?"

Alinda mengeluarkan selembar kertas hasil pemeriksaannya tadi. Dia tak perlu bicara, biar Arya melihatnya langsung. Suaminya itu terlihat terkejut—amat terkejut. Dia berulang kali menatap Alinda dan kertas di tangannya bergantian. "Aku tahu kamu pikir ini bukan anak kamu, tapi ini anak kamu, Ar. Aku enggak minta macam-macam, pokoknya jangan ceraikan aku dulu. Setidaknya sampai aku melahirkan karena aku enggak mau stress dan anakku ikutan stress."

"Anak kita," Arya mengoreksi perkataan Alinda. Dia kemudian diam sebentar, lalu menambahkan, "Aku enggak akan menceraikan kamu. Kamu sama anak kita adalah tanggung jawabku."

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang