24. Kep 24

2.8K 396 82
                                    

Perkataan Nadi mengenai Yunus yang melihat Arya bersama Sayaka lambat laun mulai menggerogoti pikirannya. Dia ingin tahu seberapa sering Arya keluar bersama Sayaka dan Ken karena tampaknya sang suami lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka. Sekarang, dia tahu rasanya melihat Arya bersama Sayaka. Apa pun yang dia katakan pada Nadi bahwa dia tidak mau bercerai dengan Arya, tampaknya gugur.

Alinda sengaja mampir ke restoran tempat kerja Arya untuk bertemu dan makan siang bersama. Namun, dirinya kaget ketika melihat Arya bersama Sayaka bak keluarga kecil bahagia. Dia tidak menyangka bahwa akan melihat mereka hari ini. Hatinya pilu juga iri melihat mereka. Arya memangku anak Sayaka dan mereka sedang bercanda. Seandainya, dia dan Arya memiliki anak apakah suaminya akan sebahagia itu?

Alinda memutuskan untuk kembali ke kantor tanpa menemui Arya. Sekuat hati dia tersenyum dan menahan tangis agar pegawai Arya tidak curiga. Dia tidak habis pikir bagaimana Arya membawa Sayaka ke restoran tempat kerja dan terlihat akrab sementara semua orang tahu bahwa Alinda adalah istrinya yang sah.

"Alinda!"

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara berat Arya memanggil. Alinda menarik napas panjang sebelum mengatur ekspresinya agar tak terlalu kentara bahwa dirinya ingin menangis. Dia balik badan sambil tersenyum manis. Hati Alinda tidak terbuat dari baja, dia pun bisa merasakan sakit. Meski Arya mengatakan bahwa dia tidak memiliki hubungan dengan Sayaka, tapi Alinda berhak merasa tidak aman melihat mereka berdua.

"Kenapa keluar lagi?" Tanya Arya sembari mengelus lengan Alinda lembut. "Kamu enggak bilang kalau mau mampir."

"Harus, ya? Takut ketahuan soal yang lain? Sorry, lain kali aku bilang dulu, Ar," jawab Alinda yang kemudian mencari kunci mobilnya. "Aku pergi dulu, Ar."

"Kamu sudah makan siang?"

Alinda menggeleng. "Ini mau balik ke kantor, makan siang di sana aja."

"Makan siang di sini aja."

Alinda menggeleng lagi. "Aku ke kantor lagi aja. Kamu—aku enggak mau ganggu kamu dan Sayaka."

Alinda kemudian pamit. Dia tak menunggu Arya mencegahnya pergi. Namun, dia tahu bahwa Arya mengikutinya hingga sampai depan mobil. Arya kemudian mengatakan bahwa dia akan menjemput Alinda nanti sore. Wanita itu hanya diam dan mengangguk sekali. Dia bahkan tidak tahu apakah Arya akan menepati kata-katanya. Meski begitu, dia berharap Arya benar-benar menjemputnya.

Sayang sekali, itu tak pernah terjadi. Arya mengabari bahwa dia masih bersama Sayaka dan anaknya di tempat bermain. Alinda sudah tidak kaget jika Arya lebih memilih Sayaka. Mereka benar-benar tampak seperti keluarga bahagia.

Alinda memutuskan untuk pulang cepat malam itu. Olan menawarinya makanan ini-itu, tapi dia menolak. Dia sudah tidak memiliki nafsu makan. Alinda mengatakan dirinya akan beristirahat dan tidak ingin diganggu. Tengah malam dia terbangun dan terkejut ketika mendapati sebuah tangan memeluknya dari belakang. Dia menoleh dan Arya di sana. Alinda berusaha melepas tangan itu dari tubuhnya. Alinda menggumam, "Jangan peluk, nanti ada yang marah."

Alinda tidak yakin apakah Arya mendengarnya atau tidak, tapi kemudian sang suami melonggarkan pelukannya. Alinda menarik napas panjang setelah merasa terbebas. Dia memijat pangkal hidung dan kepalanya. Setelah itu, dia membuka mata dan membalikkan tubuhnya. Dia melihat Arya sedang menatap ke arahnya. Pria itu kemudian menarik Alinda ke dalam pelukannya.

Alinda tak lagi menolak. Dia bahkan membalas pelukan Arya dan membaui aroma tubuh sang suami. Masih tercium samar aroma wanita, tapi itu aromanya sendiri. "Wangi kamu kayak wanginya aku."

Arya tak menyahut. Dia mengelus punggung dan kepala Alinda. "Maafkan aku, Alinda."

Alinda melepas pelukannya, lalu dia duduk menghadap Arya. "Ar, apa artinya aku buat kamu selain teman seks? Selain orang yang kamu nikahi secara terpaksa demi membahagiakan orang tua kamu? Aku mencoba mencari alasan untuk tetap bertahan sama kamu."

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang