21. y

2.7K 358 44
                                    

Alinda sudah tidak terlalu berharap bahwa Arya akan pulang ke rumah. Dia sudah tidak lagi menunggu sang suami seperti hari-hari biasa. Hari ini, Alinda tidak pulang tepat waktu mengingat tidak ada gunanya dia sendirian di rumah. Dia menghabiskan waktu di bar. Dia tidak mabuk, hanya duduk dan diam. Beberapa pria menghampirinya, tapi Alinda tak tergoda sama sekali. Tampaknya cincin di jarinya tidak begitu terlihat jelas di mata orang.

Sejak terakhir dia sarapan bersama Arya, dia belum bertemu lagi dengan sang suami. Alinda masih mengirim pesan singkat untuk mengingatkannya pulang, tapi Arya juga tidak membalasnya. Kemarin, dia mencoba menelepon Arya pagi-pagi untuk menanyakan keberadaannya. Alinda terkejut karena Arya mengangkat teleponnya. Saat itu, Alinda baru bicara sebentar dan langsung berhenti begitu mendengar suara Sayaka yang mengatakan bahwa Arya sedang mandi. Alinda tidak bisa berkata apa pun dan langsung saja mematikan teleponnya. Arya memang biasa mandi ketika shubuh tapi... Alinda sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Bagaimana Sayaka bisa mengangkat telepon Arya kalau mereka tak bersama?

Alinda selalu berusaha untuk menahan air mata yang hendak menetes. Dia merindukan sosok Arya di sampingnya dan menyesali keadaan hidupnya saat ini. Dulu, mereka memang dekat, tapi hati tak dekat sama sekali. Sekarang, semua berbeda. Hati Alinda mentok di Arya, tapi mereka malah menjauh. Semua karena kehadiran Sayaka lagi di hidup Arya.

Alinda bisa saja mencari pria lain seperti, tapi dia tidak bisa. Ada yang selalu diinginkan Alinda, yang tak pernah dia ungkapkan pada Arya. Dia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup, tapi sepertinya itu tidak mungkin mengingat Arya sepertinya akan kembali pada Sayaka. Alinda tidak ingin dimadu, jadi mungkin dia yang akan meminta cerai. Namun, jika Arya tak ingin menikahi Sayaka, mungkin Alinda akan mempertahankan pernikahan mereka.

Alinda terkejut melihat sang suami sudah tertidur pulas di ranjang mereka ketika dia baru tiba nyaris tengah malam. Dia tak menyangka bahwa Arya akan pulang hari ini.

Alinda akhirnya beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian menjalankan rutinitas harian di wajahnya. Setelah itu dia berbaring di samping Arya dengan posisi menyamping supaya bisa melihat wajah sang suami dengan jelas.

"Ararya," ucap Alinda pelan. Dia yakin Arya sudah tertidur jika dilihat dari napasnya yang teratur. "Aku mau kamu kembali ke rumah, ke aku, terus lupa sama Sayaka."

Arya tiba-tiba membuka mata dan membuat Alinda terkejut setengah mati. Arya menoleh, lalu menatap Alinda yang mendadak kaku.

"Kamu belum tidur? Sorry, kalau ganggu." Alinda segera mengubah posisi untuk membelakangi Arya. "Lupakan aja yang tadi, anggap kamu enggak pernah dengar apa pun, Ar."

"Kamu dari mana, Lin?" tanya Arya.

"Rafeli, tapi aku enggak minum. Aku pikir kamu enggak akan pulang," jawab Alinda dengan posisi masih memunggungi Arya. "Kamu dengar aku tadi bicara apa aja?"

"Enggak, aku ketiduran dan barusan kebangun. Kamu ngomong apa?"

"Enggak ada. Tidur lagi aja, kayaknya kamu capek." Alinda menarik selimutnya hingga menutupi kepala. Namun, Arya menurunkannya dan itu membuat Alinda berdecak sebal. "Aku juga mau tidur, Ar. "

"Kamu enggak biasa tidur kayak gitu. Boleh aku peluk, Lin?"

Alinda terdiam sejenak, lalu dia menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku takut nangis."

"Kenapa nangis?"

Alinda menggeleng dan menolak untuk menjawab. Dia menghindar setengah mati untuk tak mepet ke Arya sejak tadi. Satu minggu ditinggal kerja tak masalah, tapi Arya bukan kerja. Pria itu menghabiskan waktu bersama wanita lain. Bagaimana bisa Alinda tidak sedih?

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang