20. Hdh 20

2.8K 353 42
                                    

Tarik napas dulu ... lalu embuskan .... yak met baca

---

Dugaan Alinda terbukti benar. Semenjak kemunculan Sayaka, Alinda bisa menghitung dengan jari kapan Arya pulang dan tidur di rumah. Selama beberapa hari ke belakang, Alinda selalu menunggu Arya pulang ke rumah. Arya tak pernah menjelaskan ke mana dia selama ini, tapi Alinda bisa menduga bahwa sang suami pasti menemui Sayaka.

Arya bahkan lupa dengan janjinya untuk membantu membenahi bisnisnya. Weekend yang biasa Arya habiskan menyiram tanaman, membaca di halaman belakang atau di ruang depan kini berganti. Arya selalu pergi menemui Sayaka. Alinda bahkan pernah memergoki Arya tersenyum melihat foto Sayaka dan anaknya di layar ponsel ketika kebetulan pria itu berada di rumah.

Alinda tersenyum tipis melihat Arya yang sedang tertawa sambil menatap layar ponsel. Dia kemudian sengaja duduk di samping Arya. "Ar, kamu ngapain sih kok senyam-senyum sendiri gitu. Kayaknya lagi happy, ya?"

Arya menoleh, kemudian tanpa diduga menunjukkan layar ponselnya Alinda. "Anaknya Sayaka. Kemarin aku bawa mainan buat dia, ternyata suka."

Alinda tersenyum kecil melihat foto yang ditunjukkan Arya yaitu seorang anak laki-laki sedang duduk di atas sepeda roda empat sambil tersenyum. Tatapan anak kecil itu terlihat begitu bahagia apalagi ketika Arya menunjukkan video yang direkam oleh Sayaka. "Siapa namanya?"

"Kenzo. Ken."

Alinda masih tersenyum lalu dia melirik Arya yang juga tersenyum menatap layar ponselnya. Arya bahkan tertawa kecil mengulang-ulang saat Ken berterima kasih dan mengajak Arya bermain. Mau tidak mau, Alinda tersenyum lalu merasakan perasaan yang aneh. Dia menatap Arya, lalu sedikit menjauhkan diri dari sang suami, dia tak lagi ikut tertawa seperti Arya. Alinda makin berpikir apakah nantinya Arya akan sebahagia ini jika mereka memiliki anak sendiri. Perlahan dia mengelus perutnya yang rata. Dia masih belum hamil.

Dia tahu pikirannya sudah kelewatan saat dia pernah berpikir bahwa sebenarnya Ken adalah anak Arya meskipun tidak ada kemiripan antara mereka. Arya terlalu dekat dengan Sayaka dan anaknya. "Yakin ini bukan anak kamu, Ar?"

Arya berdecak lalu menarik ponselnya dari wajah Alinda. "Bukanlah. Kamu pikir aku suka menebar benih sembarangan?"

"Ya itu kan mantan kamu, Ar."

"Ya tapi enggak berarti itu anak aku, Lin. Aku putus beberapa bulan sebelum dia menikah. Sayaka juga enggak langsung hamil begitu aja," jelas Arya sambil meletakkan ponsel sembarangan ke meja dan meraih perangkat elektronik untuk membaca.

Alinda mengangkat kakinya ke sofa lalu menekuk dan merapatkan ke dadanya. Kepalanya bertumpu pada lutut. "Kamu bahagia bisa ketemu sama Sayaka lagi?"

"Mungkin."

"Kenapa mungkin? Aku bahagia kalau bisa ketemu sama Nadi lagi."

Arya menghela napas. "Kamu mau ketemu sama Nadi?"

Alinda menggelengkan kepala. Dia pun menghela napas lalu berkata, "Aku cuma pengin bahagia apa pun kondisinya. With or without Nadi—ataupun kamu, I want to be happy, Ar."

Arya hanya diam tidak menanggapinya.

Alinda menduga bahwa Arya memang masih mencintai Sayaka. Hubungan yang dia miliki dengan Arya hanya hubungan semu yang tidak ada artinya. Mungkin dia harus segera sadar untuk tidak terlalu jatuh hati pada Arya. Mencintai orang yang mencintai orang lain itu menyakitkan. Satu sisi ingin melihat dia bahagia, tapi sisi lain tidak mau melepaskan. Alinda harus melindungi hatinya sebelum semua terlambat apa lagi mereka sedang berusaha memiliki keturunan.

Alinda tersenyum ketika melihat mobil Arya terparkir rapi di garasi rumah. Arya pulang. Setelah beberapa hari terakhir Alinda belum bertemu Arya, akhirnya dia bisa menemuinya. Belum ada yang lebih membahagiakan dari hari ini. Alinda berjalan ke rumah agak cepat, dia mencari Arya tapi hanya menemukan Olan sedang menata meja makan. "Mas Arya pulang, Mbak?"

Olan tersenyum menyambut Alinda lalu mengangguk. Dia mengatakan bahwa Arya sedang di kamar. Tanpa membuang banyak waktu, Alinda bergegas ke kamar. Ketika tiba, dia mencari Arya tapi yang terdengar hanya suara shower dari kamar mandi. Dia menahan diri untuk tak masuk ke kamar mandi.

Begitu Arya selesai, Alinda segera berjaga dan duduk dengan tegap. Dia berharap Arya juga merindukannya sama seperti yang dia rasakan saat ini. Alinda tersenyum dan menyapa Arya. "Aku senang kamu pulang."

Arya menjawab singkat lalu langsung berbaring di atas ranjang membuat Alinda terheran-heran karena Arya tampak ingin tidur.

"Kamu enggak makan malam dulu? Lagi disiapkan sama Mbak."

"Sebentar aja, aku capek, Lin."

Alinda ikut berbaring di samping Arya yang sudah memejamkan mata. Dia sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa benar-benar melihat Arya. It's so stupid. Jatuh cinta dengan suami sendiri tapi suaminya mencintai wanita lain. Alinda ingin sekali memberitahu Arya perasaannya, tapi dia tidak siap mendengar penolakan.

***

Alinda keluar dari kamarnya dan menemukan Arya sudah duduk di meja makan sedang menyantap sarapan pagi. Alinda mengembuskan napas panjang lega karena masih bisa melihat Arya setelah semalam ditinggal tidur begitu saja. Dia lalu menyapa Arya ramah dan ikut duduk di kursi seperti biasa. Alinda sudah merasakan perubahan Arya sejak kemunculan Sayaka malam itu, tapi dia tetap berusaha baik-baik saja di depan sang suami.

Arya kembali menjadi dingin padanya. Keduanya tak ada yang bicara. Arya hanya melirik Alinda sedikit dari ekor mata ketika dirinya duduk. Alinda senang bisa sarapan dengan Arya lagi pagi ini.

"Mbak Olan, aku mau sarapan kayak Arya, masih ada?" tanya Alinda pada Olan yang baru saja memberikan salad padanya.

Olan terkejut dengan permintaan Alinda. Begitu pula dengan Arya yang langsung melirik Alinda. Olan lalu minta izin ke dapur untuk melihat wajan. Ia kemudian kembali dan bertanya pada Alinda, "Ada, sih, Mbak. Tapi enggak banyak, paling cuma beberapa sendok aja. Mau diambilkan?"

Alinda mengangguk. "Eggak apa-apa, sedikit juga nggak masalah. Aku pengin nyicip aja."

"Telurnya mau diceplok atau dadar?"

"Dadar aja deh. Thanks, Mbak."

Olan langsung menuju dapur menyiapkan sarapan pagi untuk Alinda.

Arya melirik Alinda sesekali dan wanita itu memergokinya. Namun, Arya santai saja. "Tumben kamu makan nasi goreng."

"Ya nggak apa-apa, kan pengin," sahut Alinda. Dia kemudian tetap menyantap salad yang sudah diberikan oleh Olan. Dia menawarkan Arya untuk mencoba salad miliknya, tapi tentu saja Arya menolak. Alinda tersenyum lalu meledeknya. Alinda kemudian mengajak Arya bicara lagi, "Ar, nanti jemput aku ke kantor, ya? Kita makan malam bareng. Sudah lama kita enggak nge-date."

Arya mengangkat wajahnya lalu terlihat berpikir sebentar. "Enggak bisa, Lin."

Alinda yang hendak mengambil gelas berisi jus tiba-tiba berhenti. Dia ingin bertanya apa alasannya, tapi sepertinya dia sudah tahu. Sayaka. "Oh, sorry ... aku—oke aku baru ingat kalau ada acara malam ini."

"Lin—"

"Aku sudah selesai sarapan," potong Alinda sembari bangkit dan pergi dari ruang makan. Dia tak ingin mendengar apa pun yang akan dikatakan Arya jika itu menyangkut Sayaka. "Bye, Ar. Hati-hati di jalan."

***

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang