29.

3.2K 397 38
                                    

Met baca ges...

---

Alinda seharusnya memang tidak boleh percaya ucapan laki-kali termasuk Arya. Sayaka datang lagi ke kantornya untuk meminta hal yang sama padanya seperti beberapa minggu lalu. Kali ini, wanita itu datang sendiri dan mengatakan bahwa Kenzo sedang bersama Arya.

"Apa Arya tahu kamu ke kantorku?" tanya Alinda dengan tenang. Dia tidak mau membuat keributan di kantornya. "Kamu harusnya bicara sama Arya, bukan aku."

"Alinda, aku enggak bisa hidup tanpa Arya. He helped me through everything and couldn't imagine my life without him. He couldn't leave you so please, leave him. I beg you please leave him..."

"Kayaknya Arya belum bilang ke kamu, ya? Aku sedang hamil anaknya Arya, Sayaka. Kami akan punya anak bersama."

"What's the point? Dia enggak cinta sama kamu. Kalau kamu yang ninggalin Arya, dia enggak akan punya pilihan untuk tetap sama kamu."

Alinda menarik napas panjang. "Sayaka, aku bersimpati atas kejadian yang menimpa kamu. Aku turut menyesal itu terjadi sama kamu. Tapi soal Arya, aku enggak peduli apa yang kamu katakan. Aku enggak mau dengar lagi. Urusan kamu dengan Arya sebaiknya kalian selesaikan berdua tanpa aku. Apa pun keputusan Arya, aku hargai. Please, enggak usah buang-buang waktu untuk datang ke sini lagi. Sekali lagi kamu datang, aku enggak akan mempersilakan kamu masuk."

Sayaka kemudian pulang tanpa banyak kata lagi. Alinda hanya bisa termenung di sofa mengingat ucapan Sayaka yang menyatakan bahwa Arya tak mencintainya. Ia tahu harus percaya pada Arya, tapi hati kecilnya meragukan itu.

Alinda tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya. Dia tidak tahu harus mengadu pada siapa selain kakaknya. Siang itu juga, Alinda mengabari sang kakak dan minta izin untuk menginap beberapa hari. Alinda tidak mengatakan alasannya, tapi sang kakak tampak tahu bahwa dirinya sedang mengalami masalah. Setelah itu, Alinda mengabari Arya meminta izin ke rumah kakaknya. Arya tak langsung mengizinkan, tapi akhirnya dia luluh setelah Alinda mengatakan ingin mengobrol pada kakak iparnya mengenai kehamilan dengan harapan bisa mendapatkan tambahan pengetahuan. Namun, itu semua jelas akal-akalannya saja.

***

"Pagi," ucap Alinda dengan ceria seraya duduk di depan sang kakak dan istrinya.

Danendra mengangkat wajahnya melirik sang adik lalu menjawab sekilas.

"Mbak, aku nggak tahu kamu suka sarapan apa, katanya Mas Endra selera kalian mirip, jadi aku masakin yang sama kayak Mas Endra aja," ucap Kasyara.

"Nggak apa-apa, aku jadi ngerepotin nih, tapi aku memang nggak terlalu suka sarapan sih. Tapi thanks, ya," sahut Alinda sambil memamerkan senyum manis.

Danendra menyuruh adiknya untuk makan apa pun yang ada di piring. Alinda menurutinya dan tak banyak protes. Ia memang lumayan lapar ternyata atau bawaan calon bayinya. Di meja makan, mereka tak banyak mengobrol dan hanya fokus makan.

Sesekali Alinda melirik sang kakak dan istrinya yang kelihatan tidak akur tapi kemudian tertawa kecil setelah berdebat kecil. Ia melihat interaksi mereka dan sedikit merasa iri pada istri sang kakak. Danendra terlihat mengagumi Kasyara, apa pun yang istrinya lakukan, Danendra selalu memperhatikannya. Kasyara yang sering protes pun terlihat tak benar-benar ingin protes, pipinya terlihat sedikit merona ketika Danendra memperhatikannya. Ia sempat berpikir, andai Arya bisa seperti Danendra, hidupnya tak akan seperti saat ini.

Setelah selesai sarapan, Danendra mengajak Alinda bicara serius di teras belakang rumahnya. Mau tidak mau, Alinda menuruti kemauan sang kakak. Danendra pasti sudah gatal ingin bertanya apa yang terjadi pada Alinda sampai tiba-tiba datang lalu mengatakan ingin menginap. Tidak mungkin jika kakaknya tidak curiga bahwa terjadi sesuatu antara hubungannya dengan Arya.

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang