Keping 1

10.5K 654 15
                                    

Alinda melirik Arya yang sudah berbaring di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alinda melirik Arya yang sudah berbaring di sampingnya. Ia masih belum terbiasa. Ini adalah hari pertama ia dan Arya tidur dalam satu ranjang. Alinda memainkan jemarinya gelisah. "Ar, kita harus benar-benar kayak suami-istri? Maksudnya ya ... kayak malam pertama?"

Arya menoleh. "Iya, tapi kalau kamu belum mau ya nggak apa-apa."

"Aku belum siap," kata Alinda dengan cepat tanpa berpikir. Ia memang belum siap menjadi istri untuk Arya. Apa pun konteksnya.

Arya mengangguk lalu matanya mulai terpejam. Namun, sedetik kemudian ia menambahkan, "Kamu jangan suruh saya tidur di sofa, ya. Badan saya nanti sakit. Saya nggak bakal sentuh kamu kok."

Alinda mengangguk sekali. Ia juga tidak berniat menyuruh Arya tidur di sofa. Keduanya sudah sama-sama dewasa dan Arya pasti bisa mengendalikan nafsunya. Alinda tidak perlu khawatir karena Arya selalu berusaha menepati omongannya jika pria itu bicara. Ia memang baru kenal Arya lebih kurang satu setengah tahun, tapi setiap Arya berjanji maka pria itu akan menepatinya. Keduanya hanya orang asing yang sebelumnya tidak kenal, lalu dijodohkan dan akhirnya menikah. Klasik.

Sebelum menikah, mereka sempat beberapa kali bertemu dan Arya juga pernah mengunjunginya di Bogor. Saat itu, Alinda masih berpacaran dengan Nadi dan sebenarnya tidak terlalu suka dengan Arya. Ia tidak menyukai sifat Arya yang terlalu pendiam dan jarang bicara. Mereka berdua pernah beberapa kali makan siang berdua, dan Alinda sudah menyimpulkan bahwa Arya memang ganteng tapi tidak hangat. Sikapnya kadang terlalu dingin dan pendiam. Jika Alinda tidak mengajaknya bicara, mungkin Arya akan selalu diam. Namun, hal yang lebih mengherankan adalah sifat itu keluar jika mereka hanya berdua. Arya terkenal ramah dan murah senyum di mata orang lain. Alinda sempat tidak percaya, tapi setelah melangsungkan pernikahan, ia mengerti.

Setelah menikah, keesokan harinya mereka berdua langsung berangkat ke tempat bulan madu. Keluarga mereka menyarankan untuk ke luar negeri ke mana pun Alinda mau. Sayangnya, Alinda tidak menginginkannya. Ia tidak ingin menghabiskan waktu bersama Arya terlalu lama meskipun nantinya mereka akan tinggal bersama. Akhirnya, Alinda memilih Bali sebagai destinasi bulan madu. Arya pun setuju. Jadi, mereka akan berada di sini sampai seminggu di hotel keluarganya. Tempatnya amat romantis, sayang Alinda tidak datang bersama orang terkasih. Tadinya, mereka akan menghabiskan waktu di villa yang romantis tapi Alinda juga menolak. Ia masih belum bisa kalau berdua terus dengan Arya tanpa ada manusia lain.

Selama tiga hari, mereka menghabiskan waktu sendiri-sendiri. Alinda kadang berjemur atau berjalan di pinggir pantai, sementara Arya di kamar atau entah di mana. Keduanya masih sama-sama menjaga jarak dan canggung meskipun sudah setahun bertunangan.

Hari terakhir berada di Bali, Alinda mengajak Arya bicara serius karena nantinya ia akan pindah bersama Arya ke rumah baru mereka. Alinda akan pindah ke Jakarta bersama Arya. Semua bisnis Alinda ikut fokus ke Jakarta.

"Setelah pulang, kita tetap tidur sekamar?" tanya Alinda seraya menatap Arya yang masih fokus menatap tablet dalam genggamannya. Entah apa yang sedang pria itu baca sampai tidak menghiraukan Alinda yang sedari tadi mengajaknya bicara. Alinda merebut gawai itu dari tangan Arya. "Ar, aku serius. Kita perlu bicara. Ini menyangkut masa depan pernikahan kita."

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang