Keping 14

3.7K 426 13
                                    

"Akhirnya ketemu juga nih sama pengantin baru," ucap Sara setelah menyalami Arya yang berdiri di samping Alinda. Dia kemudian tersenyum tipis. "Mas Arya, Alin pokoknya jangan dibiarkan jalan sendiri terus, banyak yang mau sama dia nih. Sudah nikah aja masih sering digoda sama laki-laki lain."

"Ya Mas Arya sibuk, Sar, nggak mungkinlah ikut gue ke mana-mana mulu." Alinda menyahut sebelum suaminya membalas Sara. Kemudian Alinda mengajak Arya untuk masuk ke rumah bersama Sara yang masih terkekeh-kekeh menggoda mereka.

Di villa itu sudah ada beberapa teman Alinda yakni Sara dan suaminya—Ael, Kelvin dan pasangannya--Giva, serta Eri dan pasangannya Uly. Mereka semua sudah lebih dulu sampai di sana karena memang berangkat lebih dulu sementara Alinda menunggu Arya yang mendadak harus menerima telepon dan malah mengobrol lama. Akhirnya, waktu keberangkatan mereka tertunda.

"Lin, gue bilang kan mending kita ke pantai. Tanjung Lesung atau Pulau Seribu juga nggak apa-apa, daripada di sini dingin," protes Kelvin begitu Alinda menyapa teman-temannya yang lain dan mengenalkan Arya.

Arya memang sudah pernah bertemu dengan teman-teman Alinda semasa SMA dulu saat resepsi pernikahan, tapi ia tampak tidak terlalu ingat dengan mereka

"Iya nih, mau dingin-dingin gini sih Puncak aja yang dekat dari Jakarta. Kok ya segala ke Lembang banget, Lin." Eri menambahkan sambil menggelengkan kepala.

Alinda berdecak. "Bukan gue yang pilih tempat, Sara tuh. Protes sama Sara. Mentang-mentang rumahnya di Bandung jadi maunya yang dekat aja."

Sara terkekeh-kekeh lalu mengucapkan maaf. Wanita itu tidak mengelak bahwa dia memang sengaja mencari tempat yang dekat dengan tempat tinggalnya sekarang. Lagipula teman-temannya belum pernah ke sini. Ia pun sedang hamil dan tidak ingin bepergian jauh.

Malamnya ada acara barbeque. Mereka bicara, bercanda dan tentu saja minum dan merayakan ulang tahun Alinda. Alinda menerima hadiah dari teman-temannya meskipun sudah mengatakan tidak perlu membawakannya hadiah. Alinda menerima sebuah jam tangan dari Sara, hand bag dari Kelvin dan voucher belanja dari Eri.

"Really, Ri? Lo setiap tahun nggak ada usahanya banget cuma bawa voucher belanja dari toko premium punya bokap," Kelvin berkomentar seraya menggeleng-gelengkan kepala.

"Iya, super kreatif," sindir Sara menimpali.

Eri berdecak. "Tapi itu juga berguna kali. Voucher yang gue kasih akhirnya juga pada lo pakai. Gue tahu lo semua suka belanja. Apalagi, sih, yang lo butuhkan di umur sekarang selain belanja?"

"Biar aja, nggak apa-apa kok. Lumayan buat belanja," kata Alinda sambil tersenyum lalu ia mengucapkan terima kasih pada teman-temannya. Ia meletakkan hadiahnya dengan rapi kemudian bersulang dengan teman-temannya.

"Thirty one, Alin, semoga Alinea bisa tetap berkembang dan yang di Bogor cepat buka lagi," kata Sara.

Alinda tersenyum. "Semoga, suatu hari nanti bisa buka lagi."

"Lagian misalnya lo nggak tinggal di Bogor lagi kan masih bisa tetap buka, Lin."

Alinda mengambil gelas wine-nya. "Niatnya kan memang tetap buka, tapi jadi nggak terurus. Gue di Jakarta, klien maunya ketemu gue langsung otomatis yang di Bogor jadi sepi karena tahu gue di Jakarta. Yang di Jakarta juga awalnya sepi tapi jadi ramai setelah gue pindah karena ya pada ikut gue. Gue nggak ngerti kenapa bisa gitu. Padahal gue handle semua."

"Apalagi setelah banyak artis ke butik lo, pasti langsung wow banget ya, Kak," ucap Giva pacarnya Kelvin. "Ya wajar sih kalau ramai, jahitannya rapi dan desainnya bagus. Bahannya juga premium. Yang waktu itu aku pakai aja nih langsung banyak yang tanya beli di mana. Bagus soalnya."

Stay Close ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang