Mata Nana tidak terlepas dari jarum jam, handphone dan pintu.
Tin.. tin..
Nana yang mendengar suara klakson dan bunyi mesin motor dimatikan itu langsung berlari ke sumber suara." ABANGGGG..!" Berlari menuju Abang nya.
" Eh udah bangun?"
" Abang... Hiks"
" Kenapa?"
" HUAAAA...ABANGG.."
" Ya Allah.. dek Abang depan kamu loh.. jangan teriak teriak kuping Abang sakit tau."
" ABANGG.. hnggg" semakin mengeratkan pelukannya.
" Ck. Cupcupcup.. maafin Abang ya.. Abang lama ya?."
Nana menganggukkan kepalanya " hngg.."
" Abang habis dari mana? Nana cariin Abang tau ihh.. Nana takut Abang ilang."
" Kalo Abang ilang Nana sama siapa? Nanti..."
" Suttt... Maafin Abang yaa.." mengusap kepala Nana.
" Tadi Abang sekalian beli bensin, terus beli ini buat kamu." Menunjukkan plastik belanjaan di tangannya.
" Kita masuk ya? Abang mau masak. Laper kan?" Tanya Adan
Nana hanya menganggukkan kepalanya. Sementara itu ia tetap merangkul tangan abangnya tanpa sepatah kata pun.
Baru saja ingin memasak, tangannya belum juga di lepas oleh adiknya itu. Tentu saja ia merasa kesulitan nantinya.
Adan menurunkan tangan adiknya pelan.
" Abang mau masak dulu ya.. kamu tunggu disana aja. Tuh Abang beli es krim kesukaan kamu."
Bukannya pergi Nana malah mengambil kursi lalu duduk tak jauh dari Adan.
Adan memakai perlak dan mulai bergelut dengan peralatan masaknya. Sepanjang Adan memasak, tatapan Nana tak pernah terlepas darinya.
" Kenapa si dek? Abang ganteng ya?"
" Hngg."
" Sabar ya dikit lagi matang."
Tiba tiba pandangan Nana beralih ke arah lain. Suasana menjadi hening.
" ... "
" loh kok jadi diam dek?"
" ... "
" Maafin Nana ya bang. Kerjaan Nana nyusahin bang Adan sama Damar terus."
" Aku bisa kok jadi anak baik yang gk ngerepotin banyak orang."
" Ayah.. bunda.. hampir jarang banget punya waktu dirumah."
" Aku tau mereka sibuk."
" Aku cuma punya Abang disini. Tapi.."
" .... " Menyeka air matanya.
" Abang terlalu prioritasin aku, Abang gk pernah perhatiin diri Abang sendiri."
" Aku tau Abang suka telat tidurnya. Kadang sampai jam 2 pagi baru tidur, Entah itu karena tugas atau ada sesuatu yang Abang pikirkan."
" Apalagi Abang anak pertama juga laki laki. Pasti sangat diharuskan untuk berfikir kedepannya. Aku gk mau jadi adik yang egois buat abang."
Tak butuh waktu lama, Adan sudah selesai dengan masakannya. Ia melepaskan perlak yang ia kenakan.
Greb
Adan memeluk Nana sambil mengusap kepala nya.
" Na.. Abang gk pernah ngerasa terbebani kok. Selama ada Abang, kamu juga bagian dari tanggung jawab Abang."
" Abang gpp?"
" Abang selalu gpp hehe."
" Bener?"
" Iyaa bener. Sekarang Abang boleh minta tolong?"
" Boleh banget! Apa bang?"
" Hapus air mata kamu terus senyum. Abis itu siapin piring buat kita makan."
Nana benar benar menghapus air mata nya lalu tersenyum manis di hadapan Adan. Kemudian ia menjalankan permintaan kedua yaitu menyiapkan peralatan makan untuk dirinya juga abangnya.
*
*
*
*
*
Gemes banget ya Abang adek ini.
Mau tau kelanjutannya? Stay di cerita Damar & Janji yaa.Jangan lupa komen sama vote.
Biar author nya makin semangat^^
Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damar & Janji • Kim Doyoung[Hiatus]
Roman pour AdolescentsIni Damar, laki laki dengan sejuta mimpi. Namun sebagian besar dari dunianya telah hilang. Kehidupan nya terasa hampa, dingin, dan begitu sunyi. Suatu pertemuan yang tak pernah ia duga sebelumnya, mempertemukannya dengan seorang gadis kecil yang cer...