Dilain sisi Arsya yang sedang duduk mendengarkan beberapa penjelasan guru di kelasnya. sesekali arsya melihat keluar jendela dengan memutar mutar pensil di tangannya.
/ XI RPL 1/
" sya." panggil Lucky
Lucky Alamsyah Pratama (Lucky), merupakan teman sekelas Arsya. Posisi duduk nya berada tepat di samping kiri bangku Arsya, selain baik ia juga menabung sebagian uang jajan nya untuk membeli sebuah burger berukuran jumbo yang berada di daerah rumah nya.
" Buset dah ini orang. woy sya!"
" .... "
sama sekali tidak ada jawaban dari arsya.
" Arsya." panggil bu Berta.
Bu berta sudah sangat gemas dengan Arsya yang sama sekali tidak menengok saat dipanggil itu pun mendekati meja Arsya.
Nguinggg..
Satu jeweran mendarat tepat pada telinga kiri Arsya.
" aaa..aaa.. sakit!" teriak arsya.
" Kamu ya dari tadi saya panggil gk ada nyaut nya!" omel Bu Berta
" A.. anu bu."
" Apa?"
" Anuu buu"
" Apa?"
" Itu buu.. anuu.."
" Ona.. anuuu.. ngomong tuh yang jelas! sekarang kerjakan soal matematika di depan."
" sekarang bu?"
" tahun depan ganteng.."
" Alhamdulillah kalau tahun depan mah bu."
" ARSYAAAA..." teriak bu Berta kesal
" Jangan teriak teriak bu.. kasian dede dalam perutnya kaget nanti." ucap arsya polos.
" huft... huft.. maaf ya nak." ucap bu Berta seraya mengelus perut buncitnya.
" sabar buu.." ucap Lucky
" sekarang kamu kerjain soal di depan ya. deket kamu lama lama bisa kontraksi saya."
Dengan wajah datar nya, Arsya berjalan menuju papan tulis lalu mengerjakan semua soal yang ada di depan. sesekali ia menggambar bunga di papan tulis yang tentu saja membuat bu Berta semakin mengelus perut buncitnya.
soal seperti ini tidaklah sulit bagi Arsya, tak butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan 15 soal sendirian.
meletakkan spidol, " sudah bu."
" sudah? cepat sekali. asal asalan ya kamu?" cletuk bu berta.
" coba aja ibu periksa."
" bener yaa.. coba saya periksa."
" monggo bu.." jawab arsya
Bu Berta mengoreksi seluruh hasil pekerjaan Arsya. sulit dipercaya, seluruh jawaban hingga cara jalannya pun benar juga mudah di pahami. bu Berta hanya menggelengkan kepalanya. Arsya adalah murid yang jarang sekali bertanya.
" Kenapa bu?" tanya arsya
" kamu belajar dimana?" tanya Bu Berta.
" maksud ibu? saya belajar sama ibu. kenapa bu? jawaban saya salah semua?"
" sempurna!"
Prok.. Prok..
Suara tepuk tangan dari arah belakang kelas.
" WOAHH... HEBAT! HEBAT! Teman saya itu bu." ucap Lucky dengan semangat.
Seluruh murid dalam kelas terbawa suasana, mereka bertepuk tangan dengan suka cita. Arsya hanya menggaruk kepalanya dengan senyum nya yang khas.
" Ganteng banget astagaa.." ucap seorang siswi kelas.
" siapa itu tadi yang bilang?" tanya bu Berta.
" gk tau bu.."
" Si Luna bu." Cletuk Lucky.
" CIEEE LUNAAA..." sorak murid sekelas
" Ih apaan si gk tau!" luna menunduk malu.
" luna." panggil arsya
" iya."
arsya memberikan satu kali kedipan mata (wink) kepada luna lalu disambung dengan senyuman andalannya yang tentu saja membuat kedua pipi luna memanas.
" mamah.." luna hanya menunduk menyembunyikan pipinya yang sudah memerah itu.
" haha sya udah atuh itu anak orang jadi malu." ucap Bu Berta.
" CIEE LUNAAA.." Sorak murid kelas.
" Apaan si ih." Luna menjawab tersipu malu.
" Eh sudah sudah anak anak.. arsya kamu ibu daftarin olimpiade matematika ya?"
" hmm lain waktu aja bu hehe."
" sayang banget padahal. lumayan kalau menang bawa nama sekolah juga." ucap bu Berta.
" saya pikirin dulu deh bu." jawab Arsya.
" ywdh ibu tunggu yaa.."
" Bu saya izin ke toilet ya."
" oh iya silahkan."
" Makasih Bu."
" Sya kata Luna, i love you!." Teriak Lucky meledek.
" Luckyyyyy.. lu tuh ya!" teriak Luna membalas.
Arsya pergi meninggalkan kelasnya tanpa menanggapi perkataan lucky tadi.
" Cewek gk jelas." Gumam Arsya.
ia merasa sangat suntuk saat berada di kelas, ia sedikit merasa bosan dengan pelajaran yang itu itu saja. bukan Arsya namanya jika tidak melewati kelas nana terlebih dahulu. Seperti biasa ia akan berbutar jalan hanya karena ingin melihat nana dalam keadaan baik saja.
Dari jendela arsya melihat aktivitas nana selama di kelas. Namun, ada hari ini ada hal yang membuatnya semakin malas untuk melihat kelas Nana. Wajah Arsya seketika berubah menjadi sangat masam.
*
*
*
*
*
Waduh kira kira apa ya yang dilihat sama Arsya sampai wajah nya asam begitu?
Stay terus ya sama cerita ini, karena di bab selanjutnya akan ada hal hal menarik lainnya haha.
Jangan lupa ⭐
Salam hangat Zeze.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damar & Janji • Kim Doyoung[Hiatus]
Novela JuvenilIni Damar, laki laki dengan sejuta mimpi. Namun sebagian besar dari dunianya telah hilang. Kehidupan nya terasa hampa, dingin, dan begitu sunyi. Suatu pertemuan yang tak pernah ia duga sebelumnya, mempertemukannya dengan seorang gadis kecil yang cer...